Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya setiap pekerjaan pembangunan dalam bidang konstruksi


selalu berkaitan dengan masalah pekerjaan tanah. Pekerjaan tanah dalam skala kecil
seringkali dilakukan dengan cara manual atau dengan menggunakan tenaga
manusia. Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan
dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara
mekanis atau dengan kata lain menggunakan bantuan peralatan mekanis dalam hal
ini adalah alat berat.
Maka pemakaian alat berat pada proyek pembangunan “Villa di Jimbaran”
sangat diperlukan, mengingat luas areal pekerjaan dan serta lokasi daerah tersebut
berupa daerah perbukitan yang akan diratakan permukaan tanahnya, sehingga perlu
dilakukan pekerjaan penggalian, penimbunan dan pemadatan. Untuk
mempermudah dan mempercepat pekerjaan tersebut maka digunakan alat berat
seperti excavator, dump truck.
Dalam menentukan kebutuhan penggunaan alat berat pada pekerjaan galian
dan pemindahan tanah sebaiknya memperhatikan kondisi tanah di lapangan dan
banyaknya volume pekerjaan yang dikerjakan, sehingga perbandingan jumlah alat
berat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Penggunaan
alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan.
Banyaknya penggunaan alat berat pada proyek pembangunan tentunya akan
memperbesar biaya pelaksanaan pekerjaan. Sebaliknya apabila jumlah alat berat
yang digunakan pada pekerjaan ini sedikit , hal ini akan menyebabkan
keterlambatan proses keja di lapangan, yang akhirnya akan mengakibatkan
kerugian pada perusahaan tersebut. Agar dapat mengetahui jumlah alat yang
digunakan pada saat proses pekerjaan galian dimana saat excavator bekerja
melayani dump truck maka perlu dilakukan peninjauan kembali secara khusus baik
itu jumlah alat yang digunakan maupun besarnya biaya pelaksanaan. Untuk itu
dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mencoba untuk menganalisa keperluan
alat berat, sehingga didapat hasil kerja yang paling optimal
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas pada penulisan ini adalah:
1. Informasi alat yang digunakan
2. Menhitung produktivitas alat
3. Menghitung baiaya satuan alat
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jumlah dan jenis alat berat yang dipergunakan dalam
pekerjaan galian tanah.
2. Untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam penggunaan alat berat
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat Berat
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan
alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di
dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat ( Rochmanhadi, 1985 ).

Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitas / usahanya,


pasti dihadapkan pada teknologi yang akan mencerminkan kekuatan perusahaan
dalam mencapai tujuan. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba dalam hal
teknologi salah satunya penggunaan alat berat guna mencapai sasaran.

Menurut Ir. Susy Fatena Rostyanti Msc dalam bukunya Alat Berat Untuk
Proyek konstruksi (2008) menyebutkan bahwa bonafiditas suatu perusahaan
konstruksi tergantung dari aset-aset teknologi yang dimiliknya, salah satunya
adalah alat berat. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan konstruksi akan
sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi secara
otomatis hal tersebut akan mencerminkan kekuatan perusahaan tsb.

Menurut ( Rohman, 2003 ) melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti


menggabungkan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang
diinginkan, pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 – 15 % dari
biaya proyek, Peralatan konstruksi yang dimagsud adalah alat/perlalatan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi secara mekanis. Artinya
pemanfaatan alat berat pada suatu proyek konstruksi dapat memberikan insentif
pada efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan maupun hasil yang dicapai.
2.2. Fungsi Alat Berat
Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya :
- Alat Pengolah Lahan
- Alat Penggali

- Alat pengangkut material

- Alat pemindahan material

- Alat pemadat

- Alat pemroses material

Dari ke Tujuh fungsi dasar alat berat tersebut yakni akan menganalisa pada
jenis fungsi alat untuk penggali, pemindah dan pengangkut, pada jenis alat penggali
jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Yang termasuk dalam kategori
ini adalah , Front Shovel, Dragline, dan Clamshell. Secara umum alat excavator
terdiri atas struktur bawah, struktur atas, sistem dan bucket

.Struktur bawah alat adalah berupa penggerak yang dapat berupa roda ban atau
Crawler, alat gali mempunyai as ( Slewing ring ) diantara alat penggerak dan badan
mesin sehingga alat berat tersebut dapat melakukan gerakan memutar walaupun
tidak ada gerakan pada alat penggerak atau mobilisasi. Kemudian sistem pada alat
gali ada dua macam yaitu sistem hidrolis dan sistem kabel. Backhoe dan Power
Shovel disebut alat penggali dengan sistem hidrolis karena bucket digerakan dengan
sistem pompa minyak hidrolis. Sistem hidrolis ini selain menggerakan bucket juga
menggerakan boom dan arm. Pada backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu
struktur atas yang dapat berputar, boom , lengan ( arm ), bucket, Slewing ring, dan
struktur bawah boom, lengan dan bucket digerakan oleh sistem hidrolis.

2.2.1. Excavator

Excavator atau sering disebut dengan Backhoe termasuk dalam alat


penggali hidrolis memiliki bucket yang dipasangkan di depannya. Alat
penggeraknya traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara
menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat.
Sebaliknya front shovel bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah atas dan
menjauhi badan alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe menggali
material yang berada di bawah permukaan di mana alat tersebut berada, sedangkan
front shovel menggali material di permukaan dimana alat tersebut berada.
Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan, atau
basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian,

5
tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan
pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material
keras. Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang rata.
Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.

Gambar 2. 1 Backhoe
Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat
berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah. Boom,
lengan dan bucket digerakkan oleh sistem hidrolis. Struktur bawah adalah
penggerak utama yang dapat berupa roda ban atau roda crawler. Ada enam gerakan
dasar yang mencakup gerakan 24 gerakan pada masing-masing bagian, yaitu :
a) Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang
mengarahkan bucket menuju tanah galian.
b) Gerakan bucket menggali : merupakan gerakan bucket saat
menggali material.
c) Gerakan bucket membongkar : adalah gerakan bucket yang
arahnya berlawanan dengan saat menggali.
d) Gerakan lengan : merupakan gerakan mengangkat lengan dengan
radius sampai 100°.
e) Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan
agar bagian atas backhoe dapat berputar 360°.

f) Gerakan struktur bawah : dipakai untuk perpindahan tempat jika


area telah selesai digali.
Cara kerja backhoe pada saat penggalian adalah sebagai berikut :

a) Boom dan bucket bergerak maju.

b) Bucket digerakkan menuju alat.

c) Bucket melakukan penetrasi ke dalam tanah.

d) Bucket yang telah penuh diangkat.

e) Struktur atas berputar.

f) Bucket diayun sampai material di dalamnya keluar.

2.2.2. Dump Truck

Seperti yang telah diketahui bahwa truk sangat efisien untuk pengangkutan
jarak jauh. Kelebihan truk dibanding alat lain :

a) Kecepatan lebih tinggi.

b) Kapasitas besar.

c) Biaya operasional kecil.

d) Kebutuhannya dapat disesuaikan dengan kapasitas alat gali.


Gambar 2. 2 Dump Truck

Sumber: www.hargahino.com

Namun, alat ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain karena truk
memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan konfigurasi
truk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu material yang akan diangkut
dan excavator atau loader pemuat. Truk tidak hanya digunakan untuk pengangkutan
tanah tetapi 40 juga material-material lain. Untuk pengangkutan material tertentu,
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :

a) Untuk batuan, dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak.
b) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada
permukaan bak.

c) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.
Dalam pengisian baknya, truk memerlukan alat lain seperti excavator dan loader.
Karena truk sangat tergantung pada alat lain, untuk pengisian material tanah perlu
memperhatikan hal-hal berikut :

a) Excavator merupakan penentu utama jumlah truk, sehingga tentukan


jumlah truk agar excavator tidak idle.

b) Jumlah truk yang menunggu jangan sampai lebih dari 2 unit.

c) lsi truk sampai kapasitas maksimumnya.

d) Untuk mengangkutan material beragam, material paling berat diletakkan


di bagian belakang (menghindari terjadinya kerusakan pada kendali
hidrolis).

e) Ganjal ban saat pengisian.

Volume material yang diangkut harus sesuai dengan kapasitas truck. Jika
pengangkutan material oleh truk dilaksanakan melampaui batas kapasitasnya maka
hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti :

a) Konsumsi bahan bakar bertambah.

b) Umur ban berkurang.

c) Kerusakan pada bak.

d) Mengurangi produktivitas.
Kapasitas dan ukuran truk sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan ukuran truk
sangat penting karena truk besar atau kecil akan memberikan beberapa keuntungan
dan kerugian.

1. Kelebihan truck kecil terhadap truk besar :

a) Bergerak lebih leluasa dan kecepatan lebih tinggi.

b) Kerugian dalam produktivitas akan lebih kecil jika salah satu truk
tidak dapat beroperasi.

c) Kemudahan dalam memperhitungkan jumlah truck untuk setiap alat


pemuat.

2. Kerugian truck kecil terhadap truck besar :

a) Kesulitan bagi alat pemuat dalam memuat material.


b) Jumlah truck yang banyak maka waktu antrean (ST) akan besar.

c) Memerlukan lebih banyak supir.

d) Meningkatkan investasi karena jumlah truck yang banyak.

3. Keuntungan truk besar terhadap truk kecil :

a) Jumlah truck yang sedikit menyebabkan investasi berkurang (bensin,


perbaikan, dan perawatan).

b) Kebutuhan supir yang tidak banyak.

c) Memudahkan alat pemuat dalam memuat material.

d) Waktu antre (ST) akan berkurang.

4. Kerugian truck besar terhadap truck kecil :

a) Bila alat pemuat kecil maka akan memperbesar waktu muat (LT).

b) Beban yang besar dari truk dan muatannya akan mempercepat


kerusakan jalan.

c) Jumlah truck yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat.

d) Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada


truck besar.

2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat

Kemampuan alat dalam manghasilkan produksi sangat dipengaruhi oleh


berbagai faktor. Ketelitian dalam menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi
kemampuan produksi alat akan memberikan nilai atas faktor-faktor tersebut.
Diantaranya yakni akan menghasilkan ketepatan perhitungan produksi peralatan
sekaligus memberikan ketepatan waktu penyelesaian dan ketepatan biaya produksi
. Berikut merupakan faktor-faktor tersebut.

2.3.1. Faktor Kondisi Peralatan

Produksi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari alat
tersebut, hal ini terjadi akibat penurunan kondisi mesin akibat dari adanya keausan
komponen mesin. Semakin tinggi jumlah jam operasional maka, potensi terjadinya
kerusakan komponen-komponen mesin. Kondisi peralatan layak operasi ditinjau
dari aspek ekonomi yakni sebagai berikut:

K = 100% sebagai kondisi umum

K = 60 % sebagai kondisi minimum

Pada pengoperasian normal 2000 jam per tahun, maka penurunan kondisi

peralatan per jam secara garis lurus ( straight Line ) yakni :


∆K = ( 100 – 60 ) / UE……( % jam ) (2.1)
Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang
sudah dicapai adalah :
K = 100 -∆K.t (%) (2.2)
= 100-((100-60)UE) x t (%) (2.3)
Dimana :
UE = Umur ekonomis alat dalam jam
t = Jam operasi yang sudah tercapai

Tabel 2.1 Klasifikasi kondisi peralatan

No Klasifikasi Kondisi Nilai Kondisi (%)


1 Prima 100 – 90
2 Baik 90 – 80
3 Cukup 80 – 70
4 Sedang 70 – 60
Sumber : Dept. PU (1998)
11
2.3.2. Faktor Kondisi Medan dan Faktor Material

Kemampuan alat untuk memproduksi secara optimal akan sangat


dipengaruhi oleh kondisi medan di lapangan. Salah satunya yakni kondisi tanah,
yakni meliputi :

- Keadaan asli yakni : keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,


dinyatakan dalam ukuran alam Bank measure (BM)

- Kondisi lepas, yakni : keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, yag


dinyatakan dengan istilah Loose Measure ( LM)

- Kondisi padat, yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan


dipadatkan, dimana volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih
besar atau sebaliknya lebih kecil dari volume keadaan Bank Measure
(BM), hal ini sangat dipengaruhi oleh usaha dalam pemadatan tersebut.

Faktor tanah berikutnya yang dapat mempengaruhi produktifitas alat berat


diantaranya :

1. Berat material, per M3 yakni berpengaruh terhadap volume yang diangkut,


hubungannya terhadap alat adalah tenaga tarik alat tersebut.

2. Kekerasan yakni makin keras tanah akan makin sukar untuk dikerjakan oleh
alat, sehingga sangat berpengaruh terhadap produktifitas alat tersebut, dilain
sisi alat tersebut akan bekerja ekstra dan akan berdampak pula terhadap
kebutuhan biaya penggunaan alat tersebut.

3. Kohesivitas / daya ikat, yakni merupakan kemampuan ikat butir tanah


tersebut, tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda pula,
sehingga akan berdampak kembali terhadap produktifitas alat tersebut.

4. Bentuk butir / Material, yakni besar kecilnya rongga, sehingga akan


berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat.
Jadi suatu medan disebut Ideal, Ringan, Sedang dan berat bergantung pada

jenis peralatan yang dioperasikan dilapangan. Berikut adalah daftar kondisi


klasifikasi kondisi lapangan.

12
Tabel 2.2 Kondisi medan

Klasifikasi Kriteria

IDEAL - Lapangan datar kering


- Jalan hantar lurus, keras / aspal ,datar
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas

RINGAN - Lapangan datar lembab


- Jalan hantar lurus
- Ruang gerak luas
- Lingkungan Bebas

SEDANG - Lapangan kering bergelombang


- Jalan hantar tidak lurus, bergelombang
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas

BERAT - Lapangan bergelombang dan becek


- Jalan hantar berbelok-belok tajam
- Ruang gerak sempit
- Lingkungan terbatas

Sumber : Dept. PU (1998)

Dari gabungan Faktor alat dan Medan yakni sebagai berikut :


Tabel 2.3 Alat dan medan

Kondisi Kondisi Alat


No Medan
Prima Baik Cukup Sedang

1 Ideal 0,95 0,90 0,85 0,80


2 Ringan 0,90 0,852 0,805 0,757
3 Sedang 0,85 0,805 0,760 0,715
4 Berat 0,80 0,715 0,715 0.673
Sumber : Dept. PU (1998)

13
Untuk faktor material ( Em ) merupakan kapasitas atau Pay Load actual per
siklus suatu peralatan tidak selalu sama dengan kapasitas spesifikasi yang
dinyatakan pabrik. Hal ini disebabkan oleh sifat kondisi material yang akan
dikerjakan, hal ini dapat terlihat dari isi bucket apakah terisi penuh atau terdapat
rongga, yang akan berpengaruh terhadap maksimal muat dalam bucket. Volume
tanah dari keadaan tanah asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat yang
sama dan perbedaan itu disebut Faktor konversi atau Conversion factor. Berikut fill
faktor / faktor pengisian dan conversion factor yang dapat digunakan untuk
perhitungan pengerjaan penggali Excavating dan muat Loading

Tabel 2.4 Faktor material (Em)

Pekerjaan Tingkat Faktor Kondisi dan jenis


kesulitan material
Material

Dozing Mudah 1,10 Dapat digusur secara sempurna


penuh blade,kadar air rendah, bukan
tanah pasir dipadatkan, tanah biasa,
onggokan material.

Sedang 0,90 Tanah lepas tapi tidak digusur


sepenuh blade, tanah kerikil,pasir
batu pecah halus.

Agak Sulit 0,70 Kadar air tinggi,liat lengket,tanah


liat keras kering,pasir kerikil.

Sulit 0,60 Batu hasil ledakan atau batu


berukuran kasar dan lumpur.

Excavating Mudah 1,20 Kondisi alam, tanah biasa, atau


tanah lunak
Sedang 1,10 Kondisi alam tanah liat, tanah liat,
tanah pasir atau pasir kering.

Agak sulit 0,90 Kondisi alam tanah pasir, dengan


Kerikil

Sulit 0,80 Onggokan batu hasil peledakan,


batuan karang atau kapur, dan
Lumpur

Loading Mudah 1,00- Onggokan material, pasir, tanah


1,10 berpasir, tanah liat dengan kadar air
Sedang

Sedang 0,85- Onggokan tanah material dengan


0,95 proses pengambilan diforsir , pasir
kering, batu pecah dan kerikil halus

Agak sulit 0,80- Batu pecah halus, tanah liat keras,


0,85 sirtu, tanah pasir dan lumpur

Sulit 0,75- Batu pecah kasar, hasil peledakan,


0,80 batu kali, sirtu, tanah pasir, tanah
liat legit dan lumpur
Sumber : Rochmanhadi
(1992)
./;;

2.3.3. Faktor Manajemen

Manaejemen merupakan seni untuk mendapatkan seluruh kegiatan dalam


suatu sistem agar dapat berjalan lancar, sesuai arah / tujuan, efektif, ekonomis,
aman, dan terkoordinir. Manajemen yang baik tergantung dari sistem yang
dilakukan dengan kebijakan dari seorang manajer. Sejak tahap awal atau tahap
kegiatan belum dimulai sudah ada kepercayaan bahwa seluruh kegiatan akan
terlaksana dengan tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Tabel 2.5 Faktor manajemen (EM)

Klasifikasi Curiculum Vitae Nilai faktor


(%)

Sangat Baik Pendidikan, 0.95


a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Management Audit
3. Project Administration
Pengalaman
1. Proyek dengan nilai 1 M
2. Proyek dengan nilai 1.5 M

Baik Pendidikan, 0.90


a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Cotraction Management
2. Engineering Management
3. SimiliarProject Management
Pengalaman
3. Proyek dengan nilai 0.5 M
4. Proyek dengan nilai 1 M

Cukup Pendidikan, 0.85


a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Similar Project Management
3. ………………………..
Pengalaman
5. Proyek dengan nilai 0.25 M
6. Proyek dengan nilai 0.5 M
Sumber : Rochmanhadi
(1992)

16
2.3.4. Koefisien Traksi

Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total
kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar roda
tidak terjadi selip. Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip
disebut traksi kritis , besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Besaran traksi

NO Type dan Jenis Alat Jenis Roda

Ban Karet Roda Kelabang

1 Lempung 0,55 0,90

2 Liat Lempung 0,55 0,90

3 Tanah Kering 0,55 0,90

4 Jalan Datar tanpa perkerasan 0,56 0,90

5 Lempung liat basah 0,45 0,70

6 Lempung liat becek 0,45 0,70

7 Tanah pertanian basah 0,45 0,70

8 Tempat pengambilan batu 0,65 0,55

9 Pasir basah 0,40, 0,50

10 Jalan kerikil gembur 0,36 0,50

11 Pasir kering gembur 0,20 0,30


12 Tanah basah berlumpur 0,20 0,25

Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.5. Faktor Operator dan Mekanik

Prestasi kerja suatu peralatan sangat tergantung pada kemampuan operator


dalam menggunakan alat dan mekanik sebagai teknisi yang berperan aktif dalam
mengontrol kondisi alat agar dapat bekerja secara optimal. Untuk klasifikasi
operator dan mekanik akan dibagi dalam 4 klasifikasi berdasarkan Curriculum
Vitae (CV) yakni :

17
- Terampil yakni pendidikan STM / sederajat, memiliki sertifikat SIMP/
SIPP (III) dan pengalaman kerja lebih dari 6000 jam

- Baik yakni Pendidikan STM /sederajat / memiliki sertifikat SIMP/SIPP

(II) dan pengalaman kerja 4000-6000 jam

- Cukup yakni pendidikan STM/ sederajat, memiliki sertifikat SIMP/SIPP

(I) dan pengalaman kerja 2000 – 4000 jam

- Sedang yakni pendidikan STM/sederajat , pengalaman kerja kurang dari


3000 jam

Mengingat tugas yang dilaksanakan oleh operator dengan menggunakan


peralatan, maka secara tidak langsung owner maupun rekanan harus mampu
menentukan klasifikasi operator dan mekanik, ini dapat ditinjau dari tingkat
kesulitan dan resiko keamanan di lokasi pekerjaan.

2.3.6. Faktor Cuaca

Cuaca merupakan suatu dampak yang tidak dapat diprediksi, secara tidak
langsung cuaca akan berpengaruh terhadap kondisi operator itu sendiri, seperti
waktu untuk istirahat sementara makin banyak untuk keperluan pemulihan stamina
dari operator itu sendiri. Untuk setiap 1 Jam kerja yang tersedia akan terdapat waktu
yang hilang sebagai akibat dari cuaca. Prestasi operator akibat dari pengaruh cuaca
dapat diukur dalam satuan menit/jam atau % yakni perbandingan antara waktu
efektif kerja dari tiap jam kerja dengan tiap jam waktu yang tersedia. Untuk
keperluan perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator perlu
ditetapkan seperti matrik sebagai berikut :

Tabel 2.7 Prestasi operator dan mekanik terhadap cuaca


Operator dan Mekanik

No Cuaca Terampil Baik Cukup Sedang

1 Terang, cerah 0,90 0,85 0,80 0,75

2 Terang Panas, berdebu 0,83 0,783 0,737 0,691

3 Dingin, mendung, gerimis 0,75 0,708 0,666 0,624

4 Gelap 0,666 0,629 0,592 0,555

Sumber : Dept. PU (1998)

18
2.3.7. Job Faktor

Job faktor merupakan job efisiensi yang sebenarnya. Job efisiensi dapat
diartikan perbandingan antara besaran sumber daya yang dikerahkan dengan
keluaran sember daya yang nilainya baru dapat diketahui setelah pekerjaan selesai.
Sebagai penggantinya digunakan Job Faktor ( ETOT) yang artinya kombinasi dari
faktor-faktor yang telah diuraikan secara bersama-sama dan saling terikat
mempengaruhi produksi perlalatan. Besarnya nilai gabungan tersebut dapat
dinyatakan dengan :

Etotal = Eam + Eco + Em + EM (2.4)

dimana :

Eam = Faktor gabungan alat dan medan

Eco = Faktor gabungan cuaca dan operator

Em = Faktor sifat dan kondisi material

EM = Faktor kondisi manajemen


BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Lapangan
Pada studi kasus Proyek Pembangunan villa di jimbaran yang berlokasi di
Kecamatan kuta selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali ini memiliki kreteria
tanah berupa tanah lempung atau tanah merah selain itu lokasi ini merupakan bekas
perkebunan. Kontur tanah lokasi pembangunan berupa tanah perbukitan dengan
elevasi terendah sekitar kurang lebih 70 m dan elevasi tertinggi sekitar kurang lebih
81 m dari permukaan air laut. Karena pembangunan proyek ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan kendaraan roda empat maka diperlukan permukaan tanah
yang rata dan luas untuk menampung kendaraan roda empat tersebut. Untuk
meratakan tanah lokasi proyek diambil elevasi 77 m untuk keseluruhan lokasi yang
memiliki luas sebesar 2 are
Dalam proses pekerjaan pengangkutan tanah ini diperlukan beberapa alat
berat yang dapat mendukung dan mempermudah pekerjaan ini. Alat berat yang
digunakan adalah backhoe dan dump truck. Masing-masing alat tersebut memiliki
ukuran dan spesifikasi yang berbeda-beda tergantung dari pabrikan alat tersebut.
3.2. Data Tanah
Lokasi = Perumahan Tirta Nusa Jl. Goa Gong, Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten
Badung Bali
Luas Tanah Proyek = ±2 Are
Jenis Pekerjaan = Pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan
Jenis Tanah = batu kapur
Volume = 1200m3 x factor sweel
= 1200 x 60%
=720m3
3.3. Jenis Tipe Alat
Berdasarkan penjelasan diatas maka kebutuhan alat yang diperlukan adalah :

1. Excavator (backhoe) dengan fungsi penggali

2. Dump Truck sebagai alat pengangkut material


3.4. Excavator
Untuk jenis excavator yang akan digunakan pada proyek pembangunan
ini, adalah :
Komatsu PC78-UU

Gambar 4. 2 Excavator Komatsu PC78-UU

Sumber : google.com

Spesifikasi :

- Kapasitas Bucket : 0,34 m3


- Net HP : 54 HP
: Rp 400.000/jam (sudah termasuk
- Harga sewa
operator dan bahan bakar)
- Max menggali : 4.16 meter
1. Dump Truck kapasitas 7 m3

Gambar 4. 6 Dump truk hidrolis kapasitas 7 m3


Spesifikasi dump truk :

- Harga Sewa : Rp 750.000,00/ hari

- Dimensi : Panjang 4 m, lebar 2 m, tinggi 1 m

- Kapasitas Bak : 7 m3

- Daya mesin : 120 HP

- Bobot operasi : 8 ton


3.5. Produktivitas Alat
3.5.1. Produksi Excavator

Dimana pada perhitungan ini dihitung 1 buah excavator dengan kapasitas


bucket 0.34 m3 dan digunakan sebagai alat penggali dan pemuat
(loading) di lokasi.

a) Excavator dengan kapasitas 0.34 m3


P= q x 60 x E
- Produksi Excavator :
 Perhitungan job factor :
a. Faktor gabungan cuaca dan operator (Eco)
Untuk nilai faktor gabungan cuaca dan operator
digunakan 0,783 (Tabel 2.6). dikarenakan cuaca dilokasi proyek
terang, panas dan berdebu, serta operator yang dimiliki
diasumsikan baik .
b. Faktor gabungan alat dan medan (Eam).
Nilai gabungan alat dan medan digunakan 0,760 (Tabel
2.3). Pada faktor ini alat di kondisikan cukup dan medan
diasumsikan dalam kategori sedang.
c. Faktor material (Em)
Faktor material diambil 0.90 (Tabel 2.4). Pada faktor
ini tingkat pekerjaan yang dilakukan excavator sedang.
d. Faktor manajemen (EM)
Faktor manajemen yang digunakan adalah 0,90 (Tabel 2.5).
sehingga job faktor : E = Eco x Eam x Em x EM

= 0,783 x 0,760 x 0.90 x 0.90

= 0.482
 Waktu siklus
Dalam beroperasi, excavator pada pemuatan material
melakukan empat gerakan / empat komponen waktu yaitu :
a. Waktu mengisi bucket (digging time)
b. Waktu putar bermuatan (swing loaded time)
c. Waktu membongkar beban (dumping time)
d. Waktu putar kosong (swing empty time)

Keterangan Waktu (detik)


digging time 4
swing loaded time 2
dumping time 4
dumping time 2

Waktu siklus (Cm) adalah gabungan dari keempat komponen


waktu gerakan tersebut.
Jadi waktu siklus = 4+2+4+2=12 detik : 60 = 0,2 menit
Sehingga untuk produksi excavator perjam dapat dihitung
sebagai berikut
𝑞𝑥60𝑥𝐸
𝑃=
𝐶𝑚

(𝑞𝑙𝑥𝑘)𝑥60𝑥𝐸
𝑃=
𝐶𝑚

(0.34𝑥0.8)𝑥60𝑥0.482
𝑃= = 39.3312 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
0.2
Dimana :
P = Produktivitas per jam
q = Produksi per siklus (m3)
ql = Kapasitas bucket ( m3 )
k = Faktor bucket (dipakai 0,8 dimana kondisi pemuatan diasumsikan
ringan, pada tabel 2.12 )
Cm = Waktu siklus ( menit )
E = Job faktor
Jadi produksi 1 unit excavator kapasitas bucket 0.25 m3 adalah
26.2208 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
3.5.2. Produksi Dump Truck
Dalam mengerjakan pekerjaan timbunan, excavator akan dibantu oleh
beberapa dump truck yang bertugas untuk mengangkut material dari tempat
pengumpulan material ke lokasi timbunan.
Produksi dump truck kapasitas 7 m3 terhadap Excavator kapasitas 0,25 m3
- Perhitungan produksi dump truck.
𝑐𝑥60𝑥𝐸
𝑃=
𝐶𝑚𝑡
 Perhitungan job faktor :
a. Faktor gabungan cuaca dan operator (Eco)
Untuk nilai faktor gabungan cuaca dan operator
digunakan 0.783 (Tabel 2.6). dikarenakan cuaca dilokasi proyek
terang dan cerah, serta operator yang dimiliki diasumsikan baik.
b.Faktor gabungan alat dan medan (Eam).
Nilai gabungan alat dan medan digunakan 0,760 (Tabel
2.3). Pada faktor ini alat di kondisikan cukup dan

medan diasumsikan dalam kategori ringan.


c.Faktor material (Em)
Faktor material diambil 0.90 (Tabel 2.4). Pada faktor ini
tingkat pekerjaan yang dilakukan excavator mudah.
d.Faktor manajemen (EM)
Faktor manajemen yang digunakan adalah 0,90 (Tabel 2.5).
sehingga job faktor : E = Eco x Eam x Em x EM
= 0,783 x 0,760 x 0.90 x 0.90
= 0.482
 Waktu Siklus
𝐷 𝐷
𝑐𝑚𝑡 = 𝑛𝑥𝑐𝑚𝑠 + + 𝑡1 + + 𝑡2
𝑉1 𝑉2
waktu yang diperlukan excavator untuk mengisi dump truk
𝑐𝑙 7
𝑛= = = 25.735
𝑞𝑙 𝑥 𝐾 0.34 𝑥 0.8

Jadi waktu yang diperlukan excavator untuk mengisi dump truck


= n x Cms
= 25.735x 0,2 = 5.14 menit.
Dimana : n = jumlah siklus excavator untuk mengisi dumptruck

Cl = kapasitas rata-rata dump truck

ql = kapasitas bucket excavator

K = faktor bucket dari excavator diambil 0,6

Cms = waktu siklus excavator


b. Waktu untuk mengangkut material
- Jarak angkut dump truck (D) = 300 m = 0,30 Km
- Kec rata-rata dump truck bermuatan V1 = 10 Km/jam
0.3
- jadi waktu untuk mengangkut material 𝑥60 = 1.8 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
10

c. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar material (t1)


Waktu bongkar muatan diambil 1 menit (tabel 2.9), dimana
kondisi lapangan adalah sedang yaitu pembuangan bebas memerlukan
waktu untu mengatur posisi pembuangan dan antrian tidak lebih dari
satu unit.
d. Waktu kembali
Jarak angkut dump truck (D) = 300 m = 0,30 Km
Kec rata-rata dump truck bermuatan V2 = 15 Km/jam
0.3
- jadi waktu untuk mengangkut material 𝑥60 = 1.2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
15

e. Waktu yang diperlukan untuk posisi pengisian dan untuk excavator


mulai mengisi (t2) diambil 0.35 menit (tabel 2.9).
= 5.147 + 1,8 + 1 + 1,20 + 0,35

= 9.497 menit.

Produksi dump truck perjam :


𝑐𝑥60𝑥𝐸
𝑃=
𝐶𝑚𝑡

Dimana : C = n x ql x k

= `25.735 x 0.34 x 0,8

= 6.99 m3

Sehingga produksi dump truck perjam adalah,


6.99𝑥60𝑥0.482
𝑃=
9.497
= 21.285 m3/jam.
Dimana : P = produksi perjam
C = produksi persiklus
E = job faktor dump truck
Cmt = waktu siklus dump truck
M = jumlah dump truck yang bekerja
N = jumlah siklus dari excavator untuk mengisi dump
Truck
Ql = kapasitas bucket
K = faktor bucket
3.6. Jumlah alat yang dibutuhkan
Pada perhitungan Jumlah kebutuhan peralatan, banyaknya masing-masing alat berat
yang digunakan berbeda-beda. Banyaknya alat yang digunakan tergantung terhadap
kapasitas dan produktifitas alat tersebut. Untuk itu pada kali ini akan dihitung jumlah
kebutuhan alat tersebut.
Perbandingan produktivitas antara excavator dengan dump truck :
𝑃𝑏ℎ
𝑅=
𝑃𝑑𝑡
39.3312
𝑅= = 1.84
21.285
Jumlah Dump Truck = Rxn
= 1.84 x 1 = 1.84= 2 dump truck
Dimana :

P= produksi excavator per satu-satuan waktu (m3/jam)

P1= produksi dump truck persatu-satuan waktu (m3/jam)

R= perbandingan produksi excavator dengan dump truck

3.7. Penjadwalan alat


Kombinasi : 1 excavator 0.34 m3
2 dump truck 7m3
 1 excavator
Produktivitas alat = 39.3312 m3/jam
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 =
𝑝𝑟𝑜𝑑. 𝑎𝑙𝑎𝑡
720
= 39.3312 = 18.30 jam=19 jam=3 hari

 2 dump truck
Produktivitas alat = 21.285 m3/jam x 2 = 42.57 m3/jam
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 =
𝑝𝑟𝑜𝑑. 𝑎𝑙𝑎𝑡
720
= 42.57 = 16.91= 19jam= 3 hari (untuk waktu penggunaan dump truck

disamakan dengan waktu penggunaan excavator)


3.8. Perhitungan Biaya Sewa Alat
Biaya sewa alat adalah biaya yang harus dibayar oleh pihak penyewa alat
kepada pemilik alat. Biaya sewa terdiri dari biaya sewa alat, biaya operator, biaya
bahan bakar, biaya mobilisasi dan demobilisasi. Berikut adalah biaya sewa alat
yang harus dibayar :
Excavator :
a. Biaya sewa alat kapasitas 0.34 = Rp.200.000/jam
b. Biaya operator = Rp.400.000/hari
c. Biaya bahan bakar = 60 liter/hari x harga solar= 60 x Rp.7900 =
Rp.474.000/hari
Dump Truck :
a. Biaya sewa alat kapasitas 7m3 = Rp.750.000/hari
3.9. Perhitungan Total Biaya
Berikut ini perhitungan total biaya yang harus dikeluarkan untuk 1 unit excavator
0.34 m3 dan 2 unit Dump Truck 7m3 selama 19 jam penggunaan :
- 1 unit excavator 0.34 m3 selama 19 jam
Biaya sewa alat = Rp. 200.000 x (19)
= Rp.3.800.000
Biaya operator = Rp.400.000 x 3
= Rp. 1.200.000
Biaya bahan bakar = Rp.474.000 x 3
= Rp.1.422.000
- 2 unit dump truck 7 m3 selama 3 hari
Biaya sewa alat dan operator = Rp. 750.000 x (3x2)
= Rp.4.500.000
- Biaya total = 3.800.000+1.200.000+1.422.000+4.500.000
= Rp.10.922.000

Anda mungkin juga menyukai