Anda di halaman 1dari 11

Nama : Restiani

NIM : 023115048
Mata Kuliah : Standar Akuntansi Keuangan
Dosen : Hexana Sri Lastanti, SE., Ak., MSi.
Hari, tanggal : Senin, 9 September 2013

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

1. Tujuan laporan keuangan


a. Menyediakan informasi dan memenuhi kebutuhan bersama mengenai kinerja
entitas kepada pihak-pihak terkait
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 12 dan 13)
b. Memberikan manfaat terhadap pengambilan keputusan ekonomi kepada
pihak-pihak yang menggunakannya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 12)
c. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen sebagai
pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diberikan padanya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 14)
d. Memprediksi kemampuan entitas menghasilkan kas dan setara kas
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 15)
e. Mampu memprediksi kemampuan pinjaman di masa depan, mengevaluasi
distribusi laba dan arus kas masa depan kepada yang berhak, dan
kemampuan entitas meningkatkan sumber keuangannya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 16)
f. Memprediksi kemampuan entitas memenuhi komitmen keuangannya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 16)
g. Menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 17)
h. Menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi entitas
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 18)

2. Asumsi dasar
a. Dasar akrual, yaitu transaksi diakui pada saat kejadian, dicatat pada catatan
akuntansi dan dilaporkan pada laporan keuangan pada periode tersebut.
Laporan keuangan memberikan informasi mengenai transaksi masa lalu,
liabilitas masa depan dan sumber daya yang menunjukkan kas yang akan
diterima mendatang.
b. Kelangsungan usaha (Separate entity/Economic entity). Diasumsikan bahwa
usaha entitas akan terus berlangsung dan tidak berniat untuk melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya. Perusahaan dipandang sebagai
suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Maksudnya,
walaupun perusahaan itu dimiliki oleh seseorang, tetap saja perusahaan itu
dianggap sebagai sebuah badan yang terpisah dari pemiliknya. Seperti:
terpisah kekayaannya dari kekayaan pemilik, terpisah utangnya dari utang
pemilik.
c. Going concern/continuity. Suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti
diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan
dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu
bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan
perjanjian-perjanjian.
d. Penggunaan unit moneter dalam pencatatan. Semua transaksi-transaksi yang
terjadi akan dinyatakan di dalam catatan dalam bentuk unit moneter pada
saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter yang digunakan adalah mata uang
dari negara di mana perusahaan itu berdiri. Contoh: Indonesia unit
moneternya Rupiah, Australia unit moneternya Dollar Australia, dsb.
e. Periode waktu (Time-period/Periodicity). Adanya pembatasan waktu untuk
dapat menilai dan melaporkan hasil dari usaha yang dijalankan. Hal ini
disebabkan karena perusahaan dianggap akan terus hidup dimasa yang akan
datang, sehingga tidak mungkin apabila untuk mengetahui keuntungan atau
kerugian dari usaha kita harus menunggu perusahaan ditutup terlebih dahulu.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 22, 23 dan http://buka-
mata.blogspot.com/2012/03/asumsi-dan-konsep-dasar-akuntansi.html)

3. Karakteristik kualitatif laporan keuangan


a. Dapat dipahami. Diasumsikan pengguna memiliki pengetahuan memadai
mengenai ekonomi maupun akuntansi dan memiliki kemauan untuk
mempelajarinya dengan tekun.
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 25)
b. Relevan, yaitu mampu mempengaruhi keputusan ekonomi para pengguna
atas evaluasi yang diberikan
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 26)
c. Keandalan, yaitu bebas dari kesalahpengertian, kesalahan material dan
disajikan secara tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan. Laporan
keuangan yang andal harus memenuhi kriteria berikut:
- informasi mengenai peristiwa maupun transaksi digambarkan secara jujur
- dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
- informasi diarahkan pada kebutuhan umum pengguna bukan pada
keinginan pihak tertentu
- hati-hati dalam menetapkan perkiraan
- informasi lengkap dan dalam batasan materalitas dan biaya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 31, 33, 35, 36, 37 dan 38)
d. Dapat dibandingkan, yaitu:
- pengguna dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk
memperoleh tren maupun antar entitas, sehingga pengukuran dan
penyajian laporan keuangan harus dilakukan secara konsisten
- pengguna mendapatkan informasi mengenai kebijakan yang digunakan
entitas, perubahan kebijakan dan dampaknya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 39 dan 40)
e. Penyajian jujur. Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca
harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam
bentuk aset, liabilitas dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang
memenuhi kriteria pengakuan.
f. Substansi mengungguli bentuk. Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya
g. Netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,
sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai
kepentingan yang berlawanan.
h. Pertimbangan sehat. Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang
yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan
atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui
dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan
pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan.
i. Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi.
j. Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
(http://akuntanmaniak.blogspot.com/2011/05/karakteristik-kualitatif-laporan.html)

4. Unsur-unsur laporan keuangan


 Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan:
a. aset, yaitu sumber daya yang dikuasai perusahaan atas peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan. Contoh asset: kas dan setara kas, piutang, dan
persediaan
b. liabilitas, yaitu utang perusahaan akibat peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi. Contoh: hutang gaji dan
hutang dagang
c. ekuitas, yaitu hak residual atas aset setelah dikurangi dengan liabilitas.
Contoh: saham biasa.

ASET = LIABILITAS + EKUITAS

(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 47 dan 49)
 Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi:
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan meliputi:
 Pendapatan (revenues). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan. Contoh: Nokia, maka salah satu pendapatannya
adalah hasil penjualan handphone.
 Keuntungan (gains). Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat
ekonomi. Keuntungan biasanya dicantumkan terpisah karena berguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan dilaporkan dalam jumlah
bersih setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan. Contoh:
keuntungan atas nilai tukar (kurs)
Penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian kewajiban.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 70, 74, 75, 76 dan 77)
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau
terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban meliputi:
 Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan, biasanya
berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset. Contoh: beban gaji
karyawan
 Kerugian, mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, biasanya
disajikan secara terpisah untuk tujuan pengambilan keputusan
ekonomi. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah
dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan. Contoh: kerugian
atas persediaan yang rusak.
Definisi beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 70, 78, 79 dan 80)
5. Pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan
- Pengakuan unsur laporan keuangan
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam
paragraf 83 dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan
dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah
uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos
yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba
rugi.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 82)

Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau:


a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan
b. mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 83)

 Pengakuan aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam
perusahaan setelah periode akuntansi berjalan.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 89 dan 90)
 Pengakuan liabilitas
Liabilitas diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 91)
 Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti
pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
aset atau penurunan liabilitas.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf ke 92)
 Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan liabilitas atau
penurunan aset.

Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan
(matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan
dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara
langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama

Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang
manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam
neraca sebagai aset.
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul liabilitas tanpa
adanya pengakuan aset, seperti apabila timbul liabilitas akibat garansi
produk.

(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian


Laporan Keuangan paragraf ke 94, 95, 97, 98)

- Pengukuran unsur laporan keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba
rugi.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 99)

Dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi


yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut
adalah:
a. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas
dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban,
atau dalam keadaan tertentu dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha yang normal
b. Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh
sekarang. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas
dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas)
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal
d. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 100)

6. Konsep modal dan pemeliharaan modal


- Konsep modal
a. Menurut konsep modal keuangan, seperti uang atau daya beli yang
diinvestasikan, modal adalah sinonim dengan aset bersih atau ekuitas
entitas. Ini seharusnya dianut kalau pemakai laporan keuangan terutama
berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya beli dari
modal yang diinvestasikan.
b. Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang
sebagai kapasitas produktif entitas yang didasarkan pada, misalnya, unit
output per hari. Ini dianut kalau pemakai berkepentingan dengan
kemampuan usaha perusahaan.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 102 dan 103)

- Konsep pemeliharaan modal


a. Pemeliharaan modal keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh
kalau jumlah finansial (atau uang) dari aset bersih pada akhir periode
melebihi jumlah finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada awal periode,
setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan
setiap kontribusi dari, para pemilik selama periode. Pemeliharaan modal
keuangan dapat diukur baik dalam satuan moneter nominal atau dalam
satuan daya beli yang konstan.
b. Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini laba hanya diperoleh kalau
kapasitas produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode
melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan
kembali setiap distribusi kepada dan mengeluarkan setiap kontribusi dari,
para pemilik selama suatu periode.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 104)

Konsep pemeliharaan modal fisik memerlukan penggunaan dasar


pengukuran biaya kini (current cost). Namun demikian, konsep pemeliharaan
modal keuangan tidak memerlukan penggunaan dasar pengukuran tertentu.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 106)

Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan yang mendefinisikan modal


dalam satuan moneter nominal, laba merupakan kenaikan dalam modal uang
nominal selama suatu periode.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 107)

Menurut konsep pemeliharaan modal fisik yang mendefinisikan modal dalam


kapasitas produktif fisik, laba merupakan kenaikan modal tersebut selama
suatu periode.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 108)

Anda mungkin juga menyukai