Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang pengangguran dan
tingkat alamiahnya ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memeperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pengangguran dan tingkat
alamiahnya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Salatiga, 13 Juni 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang
B.. Rumusan Masalah
C.. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.. Mengidentifikasikan Pengangguran
B.. Pencarian Kerja
C.. Peraturan Upah Minimum
D.. Serikat Pekerja dan Tawar-Menawar Kolektif
E... Teori Upah Efisiensi
F... STUDI KASUS
BAB III PENUTUP
A.. Kesimpulan
B.. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan pekerjaan dapat menjadi peristiwa paling sulit dalam hidup seseorang.
Kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar hidup pada masa kini, kekhawatiran pada masa
depan, dan kehilangan harga diri. Pada pembahasan kali ini akan membahas tentang
pengangguran. Masalah pengangguran di bagi ke dalam dua ketegori, yaitu masalah jangka
panjang dan jangka pendek.
Tingkat pengangguran alamiah suatu perekonomian adalah jumlah pengangguran yang
lazim terjadi dalam perekonomian tersebut. Pengangguran siklis adalah fluktuasi pengangguran
dari tahun ke tahun yang mendekati tingkat alamiahnya dan terkait erat dengan pasang surut
kegiatan perekonomian. Seperti yang telah kita lihat, istilah alamiah tidak berarti bahwa tingkat
pengangguran ini di kehendaki. Istilah ini hanya bahwa pengangguran ini tidak hilang dengan
sendirinya, bahkan dalam waktu lama sekalipun.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Fernaldi Anggadha Ratno,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro di kelas A jurusan Ekonomi Syariah
di IAIN Salatiga
B. Rumusan Masalah
1. Bagamaimana cara mengidentifikasikan pengangguran ?
2. Apa yang dimaksud dengan pencarian kerja ?
3. Apa yang dimaksud dengan peraturan upah minimum ?
4. Apa yang dimaksud dengan serikat pekerja dan tawar-menawar kolektif ?
5. Apa yang dimaksud dengan teori upah efisiensi ?
6. Bagaimana studi kasus mengenai tingkat pengangguran di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasikan pengangguran.
2. Untuk mengetahui tentang pencarian kerja.
3. Untuk mengetahui tentang peraturan upah minimum.
4. Untuk mengetahui tentang serikat pekerja dan tawar-menawar kolektif.
5. Untuk mengetahui tentang teori upah efisiensi.
6. Untuk mengetahui studi kasus tentang tingkat pengangguran di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasikan Pengangguran
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
1. Bagaimana Tingkat Pengangguran Diukur ?
Mengukur jumlah pengangguran adalah tugas badan statistik negara yang menghimpun
data pengangguran dan aspek-aspek pasar tenaga kerja lain, seperti jenis pekerjaan, jam kerja rata-
rata, dan durasi pengangguran. Data ini di peroleh dari survei rutin terhadap rumah tangga.
Badan statistik negara biasanya mengelompokkan orang dewasa pada setiap rumah tangga
yang di survei ke dalam salah satu kategori, yaitu:
 Bekerja
Jika ia menghabiskan beberapa hari pada minggu sebelumnya untuk mengerjakan
pekerjaan yang dibayar kemudian.
 Pengangguran
Jika ia berhenti bekerja sementara atau sedang mencari pekerjaan.
 Tidak termasuk angkatan kerja
Misalnya adalah mahasiswa penuh waktu, ibu rumah tangga, atau pensiunan, tidak
termasuk ke dalam angkatan kerja.
Setelah mengelompokan seluruh individu yang disurvei kedalam tiga kategori tersebut,
badan statistik negara menghitung berbagai statistik untuk merangkum kondisi angkatan
kerja. Angkatan kerja (labor force) adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak bekerja:

Angkatan Kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah yang tidak bekerja

Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase angkatan kerja yang tidak
bekerja.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎


Tingkat Pengangguran = x 100%
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Setelah itu, tingkat pengangguran untuk seluruh populasi penduduk dewasa dan untuk kelompok
yang lebih sempit, seperti laki – laki dan perempuan, dapat dihitung.
Survei serupa terhadap rumah tanggajuga digunakan untuk memperoleh data partisipasi
angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate) mengukur
persentase jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk kedalam angkatan kerja.
Tingkat pengangguran alamiah adalah tingkat pengangguran normal dari fluktuasi tingkat
pengangguran. Sedangkan pengangguran siklis adalah penyimpangan pengangguran dari tingkat
alamiahnya.
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Tingkat partisipasi angkatan kerja = 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 x 100%

Untuk melihat perhitungan data tersebut, sebagai contoh pada tahun 2005 3,4 juta orang
memiliki pekerjaan dan 0,2 juta orang tidak bekerja.
Angkatan kerja adalah
Angkatan kerja = 3,4 + 0,2 = 3,6 juta

Tingkat pengangguran adalah

0,2
Tingkat Pengangguran = (3,6) x 100 = 5,6%

Karena populasi penduduk dewasa sebanyak 5,9 juta maka tingkat partisipasi angkatan kerja
adalah

3,6
Tingkat partisipasi angkatan kerja = (5,9) x100 = 61%

Dengan demikian, pada tahun 2005, 61 persen dari populasi penduduk penduduk dewasa
Hongkong berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, dan 5,6 persen dari partisipasi pasar tenaga
kerja tersebut tidak memiliki pekerjaan.
Tabel 1 memperlihatkan statistik pengangguran dan partisipasi angkatan kerja berbagai
kelompok dalam populasi penduduk Hong Kong. Ada tiga perbandingan yang paling jelas
terlihat. Pertama, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah daripada laki-laki,
namun setelah termasuk ke dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran perempuan sama dengan
laki-laki. Kedua, kalangan remaja memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih tinggi
daripada seluruh populasi. Lebih luas lagi, data ini memperlihatkan beragamnya pengalaman
berbagai kelompok di pasar tenaga kerja dalam perekonomian.

Studi Kasus
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM
PEREKONOMIAN HONG KONG
Peran perempuan di masyarakat telah banyak berubah sepanjang satu abad terakhir. Para
pengamat social telah membahas berbagai penyebab perubahan ini. Perubahan ini salah satunya
disebabkan oleh teknologi baru, seperti mesin cuci, pengering pakaian, lemari es, pendingin, dan
mesin pencuci piring yang menghemat waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas rumah
tangga sehari-hari. Penyebab lainnya adalah system pencegah kehamilan (birth control) yang
semakin canggih yang menurunkan tingkat kelahiran pada banyak keluarga. Perubahan peran
perempuan ini juga disebabkan oleh perubahan pandangan social dan politik. Hal ini
menimbulkan pengaruh besar terhadap masyarakat secara umum dan perekonomian secara
khusus. Pengaruh tersebut terlihat jelas dalam data partisipasi angkatan kerja. Figur 3
memperlihatkan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan di Hong Kong sejak
tahun 1979. Pada tahun 1979, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda di
masyarakat. Hanya 44 persen saja perempuan yang bekerja atau mencari pekerjaan, berkebalikan
dengan 80 persen laki-laki. Selama beberapa dekade terakhir, perbedaan tingkat partisipasi
angkatan kerja laki-laki dan perempuan semakin menipis dengan bertambahnya jumlah
perempuan yang memasuki angkatan kerja dan berkurangnya laki-laki di angkatan kerja. Data
tahun 2005 memperlihatkan bahwa 52 persen perempuan termasuk ke dalam €tngkatan kerja,
sedangkan laki-laki sebesar 71 persen. Seperti terukur oleh partisipasi angkatan kerja, laki-laki
dan perempuan memainkan peran yang lebih setara dalam perekonomian Peningkatan partisipasi
perempuan dalam angkatan kerja mudah dipahami, namun menurunnya partisipasi laki-laki sulit
dipahami. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kaum muda sekarang
mengenyam pendidikan yang lebih lama daripada orang tua mereka. Kedua, laki-laki pensiun
lebih dini dan hidup lebih lama. Ketiga, dengan semakin banyaknya perempuan yang bekerja,
jumlah kaum ayah yang tinggal di rumah untuk merawat anak semakin bertambah. Mahasiswa
penuh waktu, pensiunan, dan ayah rumah tangga semuanya dianggap tidak termasuk ke dalam
angkatan kerja.

2. Apakah Tingkat Pengangguran Mengukur Apa yang Kita Inginkan ?

Mengukur tingkat pengangguran dalam perekonomian mungkin terlihat mudah. Namun


pada kenyataannya, hal tersebut sulit dilakukan. Sangatlah mudah membedakan orang yang
bekerja penuh dengan seseorang yang tidak bekerja sama sekali, tapi sangatlah sulit untuk
membedakan antara seseorang yang tidak bekerja dengan seseorang yang tidak termasuk angkatan
kerja.

Di satu sisi, sebagian orang yang mengaku sebagai pengangguran sebenarnya belum
berupaya keras untuk mencari pekerjaan. Disisi lain, boleh jadi sebagian orang yang mengaku
sebagai pengangguran sebenarnya ingin bekerja. Orang – orang ini mungkin telah berusaha untuk
mencari pekerjaan, namun menyerah karena gagal. Orang semacam ini disebut dengan pekerja
putus asa (discouraged workers), tidak termasauk kedalam data statistik pengangguran meskipun
mereka sebenarnya adalah pekerja yang tidak memiliki pekerjaan.

3. Berapa Lama Biasanya Orang Menganggur ?


Sebagian besar masa pengangguran berlangsung sebentar dan sebagian besar pengangguran
yang diamati pada sembarang periode bersifat jangka panjang. Kesimpulan yang harus dicermati
tersebut secara tidak langsung mengimplikasikan bahwa para ekonom dan pembuat kebijakan
harus berhati – hati ketika membaca data pengangguran dan dalam merancang kebijakan untuk
membantu kaum pengangguran. Kebanyakan orang yang menjadi pengangguran akan segera
memperoleh pekerjaan. Namun, sebagian besar masalah pengangguran disebabkan oleh relatif
sedikit pekerja yang tidak memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama.
4. Mengapa Selalu ada Orang Yang Menganggur ?
1. Pekerja memerlukan waktu lebih lama untuk memperoleh pekerjaan yang paling cocok untuk
mereka. Hal ini sering disebut dengan pengangguran friksional (frictional unemployment), dan
sering dianggap sebagai penyebab masa pengangguran yang singkat
2. Jumlah pekerjaan yang tersedia di sebagian pasar tenaga kerja kemungkinan tidak memadai
untuk menyediakan pekerjaan bagi semua orang yang menginginkannya. Ini terjadi apabila jumlah
penawaran tenagaa kerja melebihi jumlah permintaannya. Pengangguran semacam ini terkadang
disebut pengangguran struktual (structual unemployment), dan sering dianggap sebagai
penyebab masa pengangguran yang lama.

Studi Kasus
TINGKAT PENGANGGURAN ALAMIAH DI SINGAPURA
Pada bulan oktober 2004, Otoritas Moneter Singapura (MAS), yaitu bank sentralnya,
mengungkapkan sejumlah estimasi dalam Macroeconomic Rewew yang diterbitkannya tentang
tingkat pengangguran alamiah di Singapura dari awal tahun 1980-an serta membandingkannya
dengan tingkat pengangguran sebenarnya pada periode yang sama. Figur 4 memperlihatkan
estimasi serupa dari tahun 1988 hingga 2007. Pada awal periode, baik tingkat pengangguran aktual
maupun tingkat pengangguran alami relatif tinggi, yaitu antara 3 hingga 3,5 persen, yang terjadi
setelah depresi ekonomi pertama yang dialami Singapura tahun 1985-1986 sejak kemerdekaannya
tahun 1965. puncaknya, pada triwulan pertama tahun 1985, tingkat pengangguran aktual mencapai
6 persen. Seperti dapat dilihat pada Figur 4, setelah tahun 1988, baik tingkat pengangguran aktual
maupun alami perlahan menurun seiring dengan bangkitnya ekonomi dari resesi, dengan tingkat
pengangguran aktual mencapai titik rendah sekitar 1,6 persen pada paruh pertama 1990. Setelah
itu, kedua tingkat pengangguran menjadi stabil di tingkat antara 1,5 hingga 2,0 persen hingga
triwulan ketiga 1997.
Penurunan tingkat pengangguran alamiah selama periode ini menurut MAS disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama, cepatnya Singapura dalam mengejar ketertinggalan teknologi yang
dibantu oleh kebijakan perdagangan bebas dan pasar modal terbuka, menyebabkan pertumbuhan
ekonomi jauh melebihi ekspektasi pekerjanya sehingga “upah terjangkau" yang bersedia dibayar
oleh perusahaan-perusahaan jauh melebihi “upah aspirasi” pekerja. Oleh karena itu, perusahaan-
perusahaan mampu mempekerjakan lebih banyak pekerja pada tingkat upah yang berlaku yang
menekan tingkat pengangguran alamiah. Secara bersamaan, keberadaan pekerja asing dalam
jumlah banyak mencegah agar upah tidak terlalu cepat meningkat. Pemerintah Singapura juga
melakukan reformasi untuk mengurangi kakunya sistem upah guna memudahkan perusahaan-
perusahaan untuk menyesuaikan biaya pegawai sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar.
Sebagai contoh, terjadi peralihan dari sistem penetapan upah terpusat yang terkait dengan kinerja
perekonomian nasional pada sistem yang lebih terdesentralisasi berdasarkan kinerja perusahaan.
Setelah krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, terjadi peningkatan tingkat alami
pengangguran secara bertahap dengan titik puncak 3,4 persen (sementara tingkat pengangguran
aktual mencapai puncak 4,7 persen) pada triwulan ketiga 2003. Penyebab hal ini sulit dijelaskan,
namun menurut para ekonom MAS hal ini dapat jadi disebabkan oleh banyaknya guncangan
ekonomi yang melebihi kewajaran sepanjang periode ini, termasuk runtuhnya bisnis Internet (era
kehancuran dotcom) tahun 2001, dan laju cepat globalisasi yang meningkatkan tekanan persaingan
terhadap perusahaan-perusahaan untuk merestrukturisasi dan mengefisienkan tenaga kerja
mereka. Peralihan industri manufaktur menjadi lebih padat modal pun kemungkinan memperparah
masalah ini karena menyebabkan meningkatnya ketidakcocokan antara pekerjaan dengan
keterampilan yang dimiliki pekerja dan keterampilan lailg dibutuhkan oleh perusahaan-
perusahaan, terutama di kalangan pekerja lulusan sekolah Menengah dan lebih rendah yang
usianya lebih tua. Kemungkinan lain adalah aspirasi pekerja meningkat terlalu tinggi dibandingkan
dengan upah terjangkau yang bersedia dibayar oleh Penmahaan di lingkungan yang sarat dengan
ketidakpastian akibat guncangan dari luar.
B. Pencarian Kerja
Salah satu alasan mengapa pengangguran selalu ada dalam perekonomian adalah pencarian
kerja. Pencarian kerja (job search) adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang
sesuai.
1. Mengapa Sejumlah Pengangguran Friksional Tidak Dapat Dihindari ?
Pengangguran friksional tidak dapat dihindari karena perekonomian memang selalu berubah –
ubah. Ketika terjadi masa peralihan ini, pekerjaan tersedia disebagian perusahaan dan dihilangkan
diperusahaan lain
2. Kebijakan Publik Dan Pencarian Kerja
Banyak program pemerintah yang berupaya untuk memudahkan pencarian kerja dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah melalui badan penempatan kerja yang dijalankan oleh pemerintah yang
menyarkan informasi tentang lowongan kerja. Cara lainnya adalah melalui program-program
pelatihan untuk umum yang bertujuan untuk mempermudah transisi pekerja dari industri yang
merosot menuju industri yang berkembang.
3. Tunjangan Pengangguran
Salah satu program pemerintah yang meningkatkan jumlah pengangguran friksional, meskipun
tidak sengaja, adalah tunjangan pengangguran (unemployment benefits). Program ini bertujuan
untuk memberikan kompensasi parsial bagi pekerja akibat kehilangan pekerjaan.

C. Peraturan Upah Minimum


Mayoritas pekerja dalam perekonomian memiliki upah jauh di atas upah minimum
berdasarkan peraturan. Peraturan upah minimum bersifat paling mengikat terhadap anggota
angkatan kerja yang paling tidak terampil dan berpengalaman, misalnya kalangan remaja.
Peraturan upah minimum hanyalah satu alasan mengapa upah menjadi “terlalu tinggi”.
Pengangguran struktual terjadi akibat upah yang berada diatas upah keseimbangan, dalam
pengertian penting, berbeda dengan pengangguran friksional yang terjadi akibat proses pencarian
kerja. Apabila pencarian kerja menjadi alasan terjadinya pengangguran, para pekerja mencari
pekerjaan yang paling sesuai dengan minat dan keterampilan mereka. Sebaiknya, apabila upah
berada diatas titik keseimbangan, jumlah penawaran tenaga kerja melebihi jumlah permintaan, dan
para pekerja menjadi pengangguran karena mereka menunggu adanya lowongan kerja.

D. Serikat Pekerja dan Tawar-Menawar Kolektif


Serikat pekerja (union) adaalh asosiasi pekerja yang melakukan tawar menawar dengan
pemberi kerja mengenai upah dan kondisi kerja. Proses disepakatinya syarat – syarat kerja antara
serikat pekerja dan perusahaan disebut dengan tawar – menawar kolektif (collective barganing).

Jika serikat pekerja dan perusahaan tidak mencapai kesepakatan, maka serikat pekerja
dapat melakukan penarikan pekerja dari perusahaan yang disebut denganpemogokan (strike).
Apabila serikat pekerja meningkatkan upah di atas titik keseimbangan,maka serikat pekerja
juga dapat meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja dan mempengaruhi jumlah permintaan
tenaga kerja sehiingga menimbulkan pengangguran.

Dampak Serikat Pekerja Bagi Perekonomian


Para pengkritik serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja tidak lebih dari sejenis
kartel. Alokasi tenaga kerja yang terjadi menurut para pengkritik tidak efisien dan juga tidak adil.
Alokasi tersebut tidak adil karena sebagian pekerja diuntungkan dengan mengorbankan pekerja
lain.
Para pendukung serikat pekerja berpendapta bahwa serikat pekerja diperlukan untuk
mengimbangi kekuasaan perusahaan – perusahaan di pasar tenaga kerja. Tanpa adanya serikat
pekerja, perusahaan dapat menggunakan kekuatan pasarnya untuk membayar upah lebih rendah
dan menawarkan kondisi kerja lebih buruk daripada jika perusahaan itu harus bersaing dengan
perusahaan lain untuk pekerja yang sama.

E. Teori Upah Efisiensi


Alasan kempat mengapa penganguran selalu terjadi dalam perekonomian, selain pencarian
kerja, peraturan upah minimum, dan serikat pekerja, dijelaskan oleh teoriupah efisiensi (efficiency
wages). Menurut teori ini, perusahaan – perusahaan lebih efisien jika upah berada diatas titik
keseimbangan. Pemahaman baru yang diberikan oleh teori upah efisiensi adalah membayar upah
lebih tinggi dapat menguntungkan karena dapat meningkatkan efisiensi pekerja perusahaan.
Ada beberapa jenis teori upah efisiensi. Masing – masing jenis menyajikan penjelasan berbeda
tentang mengapa perusahaan dianjurkan untuk membayar upah yang tinggi

1. Kesehatan Pekerja

Teori upah efisieni yang pertama dan yang paling sederhana yaitu menyeimbangi antara upah
dan kesehatan pekerja. Pekerja yang menerima bayaran lebih baik mengonsumsi makanan yang
lebih bergizi, karena pekerja mengonsumsi makanan yang lebih bergizi maka akan lebih sehat dan
lebih produktif. Sebuah perusahaan dapat lebih diuntungkan apabila membayar upah tinggi dan
memiliki pekerja yang sehat daripada membayar upah rendah dan memiliki pekerja yang kurang
sehat dan kurang produktif.

2. Perputaran Pekerja

Jenis teori upah efisiensi yang kedua menggarisbawahi tautan antara upah dan perputaran
pekerja. Para pekerjaa meninggalkan pekerjaan mereka karena berbagai alasan menerima
pekerjaan di perusahaan lain, pindah kedaeerah lain, keluar dari angkatan kerja, dan sebagainya.
Semakin tinggi upah yang diberikan perusahaan, semakin kecil kemungkinan para pekerjanya
untuk memilih keluar. Oleh karena itu, sebuah perusahaan dapat mengurangi absensi pekerja
dengan membayar upah lebih tinggi.

3. Usaha Pekerja

Jenis teori upah efisiensi yang ketiga menggarisbawahi tautan antara upah dan usaha pekerja.
Upah yang tinggi membuat pekerja lebih sigap dalam mempertahankan pekerjaan mereka sehingga
memberikan mereka insentif untuk memberikan usaha terbaik mereka.

4. Kualitas Pekerja

Jenis upah efisiensi keempat dan yag terakhir menggarisbawahi antara upah dan kualitas
pekerja. Dengan membayar upah tinggi, perusahaan dapat menarik kelompok pekerja yang lebih
baik untuk melamar pada posisi yang ditawarkan.

STUDI KASUS
HENRY FORD DAN UPAH $5 (YANG SANGAT BANYAK) PER HARI
Henry Ford adalah seorang visioner di dunia industri. Sebagai pendiri Ford Motor Camp…
ia berperan dalam memperkenalkan teknik produksi modern. Alih-alih membuat mobil dengan
mempekerjakan tim kecil tenaga ahli, Ford membuat mobil di pabrik perakitan dengan
menggunakan tenaga kerja tidak terampil yang telah diajari untuk mengerjakan tugas-tugas
sederhana secara berulang. Output proses perakitan ini adalah Model T Ford, salah satu mobil Ford
yang paling terkenal.
Pada 1914, Ford memperkenalkan inovasi lain: upah $5. Jumlah ini mungkin tidak banyak
pada zaman ini, namun pada masa itu, $5 adalah dua kali lipat upah lazim berlaku. upah itu juga
jauh di atas Upah keseimbangan penawaran dan permintaan. Pada saat upah $5 sehari diumumkan,
para pekerja mengantre di luar pabrik Ford. Jumlah pekerja yang bersedia bekerja dengan upah ini
jauh melebihi jumlah pekerja yang diperlukan oleh Ford.
Kebijakan upah tinggi yang diambil oleh Ford menimbulkan banyak pengaruh yang
diperkirakan oleh teori upah efisiensi. Perputaran pekerja berkurang, sedangkan produktivitas
meningkat Para pekerja demikian lebih ehsien sehingga biaya produksi Ford berkurang meskipun
upah lebih tinggi. Dengan demikian, membayar upah di atas titik keseimbangan menguntungkan
bagi perusahaan. Henry Ford sendiri menyebut upah $5 sehari sebagai “salah satu tindakan
pemangkasan biaya terbaik yang kami lakukan.”
Catatan historis episode ini juga konsisten dengan teori upah efisiensi. Seorang ahli sejarah
awal Ford Motor Company menulis, “Ford dan para rekannya menyatakan dengan tegas dalam
banyak kesempatan bahwa kebijakan upah tinggi ternyata merupakan praktik bisnis yang bagus.
Maksud mereka adalah praktik itu telah meningkatkan disiplin para pekerja mereka, menanamkan
loyalitas yang lebih kuat kepada perusahaan, dan meningkatkan efisiensi individu.”
Mengapa Henry Ford yang harus memperkenalkan upah efisiensi ini? Mengapa perusahaan
lain belum memanfaatkan strategi bisnis yang terbukti menguntungkan ini? Menurut sebagian
analis, keputusan Ford terkait erat dengan pabrik perakitan yang banyak ia gunakan. Para pekerja
yang terorganisasi di pabrik perakitan sangat saling bergantung. jika seorang pekerja absen atau
lamban bekerja, pekerja lain akan kesulitan menyelesaikan lugas mereka. Oleh karena itu, selain
membuat produksi lebih efisien, pabrik perakitan juga menimbulkan pentingnya absensi pekerja
yang rendah, kualitas pekerja yang lebih tinggi dan usaha pekerja yang keras. Hasilnya, membayar
upah efisiensi menjadi strategi yang lebih baik bagi Ford Motor Company daripada perusahaan
lain pada masanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Salah satu alasan mengapa
pengangguran selalu ada dalam perekonomian adalah pencarian kerja. Pencarian kerja (job
search) adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai. Alasan kedua yaitu
pertauran upah minimum. Peraturan upah minimum menjadi salah satu penyebab pengangguran
karena apabila upah berada diatas titik keseimbangan, jumlah penawaran tenaga kerja melebihi
jumlah permintaan, dan para pekerja menjadi pengangguran karena jika upah naik maka
perusahaan hanya mempekerjakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan jika upah tidak
mengalami kenaikan. Alasan ketiga yaitu serikat pekerja dan tawar-menawar kolektif karena
apabila serikat pekerja meningkatkan upah di atas titik keseimbangan,maka serikat pekerja juga
dapat meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja dan mempengaruhi jumlah permintaan tenaga
kerja sehiingga menimbulkan pengangguran.Alasan ketempat terjadinya pengangguran dijelaskan
oleh teori upah efisiensi. Menurut teori upah ini, pemberi kerja akan diuntungkan untuk membayar
upah di atas tingkat ekuilibrium. Upah yang tinggi bisa memperbaiki kesehatan pekerja,
menurunkan perputaran pekerja, menaikkan kerja keras pekerja, dan menaikkan kualitas pekerja.
Di Indonesia sendiri tingkat pengangguran terus menglami penurunan karena semakin banyaknya
tenaga kerja yang produktif dan semakin tingginya kualitas penddikan masyarakat Indonesia. Di
Indonesia pengangguran wanita terus mengalami penurunan secara drastis, bahkan mulai
mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di
negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Di Indonesia angka pengangguran
cukup tinggi yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari
angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan
siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja
nasional. Dari banyak sektor pekerjaan, sektor pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal
penyerapan tenaga kerja karena sektor pertanian merupakan sektor pekerjaan utama di Indonesia
yang kebanyakan penduduknya bertempat tinggal di desa sehingga mereka lebih memilih bertani
karena mudah dan dalam bertani tidak harus memiliki ketrampilan yang tingi.

B. Saran
Agar pengangguran tidak terus mengalami kenaikan maka kita jangan hanya menjadi
seorang pekerja akan tetapi menjadi orang yang menciptakan lapangan.

Tingkat Pengangguran di Indonesia


Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak
pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran
nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja adalah sektor industri
dan jasa sementara sektor pertanian berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi
tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang
menjadi sekitar 40 persen.
Namun, Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir tahun 1990-an merusak
pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan menyebabkan angka pengangguran di
Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen dan angka tenaga kerja yang harus bekerja di
bawah level kemampuannya (underemployment) juga meningkat, sementara banyak yang ingin
mempunyai pekerjaan full-time, hanya bisa mendapatkan pekerjaan part-time.
Sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah perkotaan karena
Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor informal (terutama di bidang pertanian).
Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000-
an dan boleh dikatakan Indonesia sekarang telah pulih dari krisis pada akhir tahun 1990-an itu,
sektor informal ini - baik di kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar
dalam perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti,
diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah pekerjaan informal.
Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama
di sektor konstruksi dan pertanian.

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara
berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira
dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang
sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya
pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran
muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama
dan butuh adanya tindakan yang cepat.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 255 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat). Selanjutnya,
negara Indonesia juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total
penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan,
indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan
berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan
lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Tenaga Kerja Indonesia:
dalam juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja 116.5 119.4 120.3 120.2 121.9 122.4 127.8
- Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8 120.8
- Menganggur 8.3 8.1 7.3 7.4 7.2 7.6 7.0
Sumber: BPS

Dari data di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja Indonesia dari tahun ke tahun meningkat
secara perlahan karena seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Sedangkan orang
yang bekerja dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan secara perlahan karena semakin
tingginnya kualitas pendidikan di Indonesia dan semakin produktifnya masyarakat Indonesia yang
menyebabkan angka pengangguran dari tahun ke tahun semakin menurun.
Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang terjadi secara perlahan dan
berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita. Pengangguran wanita berkurang secara
drastis, bahkan mulai mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah
persamaan gender, seperti di negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski
sudah ada kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan), wanita
masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria), mengerjakan
pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang melakukan pekerjaan yang
sama.
Pengangguran di Indonesia:
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pengangguran 10.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 6.2 5.9 6.2
(% dari total tenaga
kerja)

Pengangguran 8.5 8.1 7.6 7.5 6.1 - - -


Pria
(% dari total tenaga
kerja
pria)

Pengangguran 13.4 10.8 9.7 8.5 8.7 - - -


Wanita
(% dari total tenaga
kerja
wanita)
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik

Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang
dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka rata-rata
pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa sekolah
kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional.
Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar
saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja
Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan tren:
pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa pemegang ijazah pendidikan
dasar semakin berkurang.

2006 2007 2008 2009 2010 2011


Pengangguran 27.7 23.8 21.8 21.6 21.1 19.3
Muda Pria
(persentase tenaga
kerja pria
15-24 tahun)
Pengangguran 34.3 27.3 25.5 23.0 22.0 21.0
Muda Wanita
(persentase tenaga
kerja wanita
15-24 tahun)
Sumber: Bank Dunia

Sektor pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal penyerapan tenaga kerja. Tabel di
bawah ini memperlihatkan empat sektor terpopuler yang menyerap paling banyak tenaga kerja di
tahun 2011 dan setelahnya.

Tenaga Kerja per Sektor:


dalam juta 2011 2012 2013 2014 2015 2016¹
Pertanian 42.5 39.9 39.2 39.0 37.8 38.3
Pedagang Grosir, Pedagang Ritel, 23.2 23.6 24.1 24.8 25.7 28.5
Restoran dan Hotel
Jasa masyarakat, Sosial dan Pribadi 17.0 17.4 18.5 18.4 17.9 19.8
Industri Manufaktur 13.7 15.6 15.0 15.3 15.3 16.0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari data di atas menunjukkan bahwa sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja
dalah sektor pertanian karena sektor pertanian merupakan sektor pekerjaan utama di Indonesia
yang kebanyakan penduduknya bertempat tinggal di desa sehingga mereka lebih memilih bertani
karena mudah dan dalam bertani tidak harus memiliki ketrampilan yang tingi dan pendidikan yang
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai