Alpha 2015
Analisis Masalah
1. Nn. ZS, usia 33 tahun, seorang model, datang ke poliklinik dengan keluhan mual, nyeri
kepala, pegal-pegal, nyeri sendi, nyeri perut dan gangguan mestruasi, yang dirasakan
pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu. Nn. ZS sudah ke dokter penyakit dalam dan
kandungan namun tidak ditemui kelainan apapun.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap kasus ini?
1. Jenis kelamin
Wanita0.2-2%
Laki-laki 0.2%
Rasio W:P adalah 5:1
2. Usia
Awitan sebelum 30 tahun, biasanya usia remaja antara 20-30.
3. Karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan sosiokultural. Pasien dengan
riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko 10-20 kali lebih
besar dibanding yang tidak ada riwayat).
b. Bagaimana mekanisme mual?
Gangguan somatisasi ini mencakup interaksi pikiran-tubuh; di dalam interaksi ini, dengan
cara yang masih belum diketahui, otak mengirimkan berbagai sinyal yang memengaruhi
kesadaran pasien dan menunjukkan adanya masalah serius di dalam tubuh. Disamping itu,
perubahan ringan neurokimia, neurofisiologi, dan neuroimmunologidapat terjadi akibat
mekanisme otak atau jiwa yang tidak diketahui yang menyebabkan penyakit.
Lingkngan/sosial-gagal menikah stressor merangsang hipotalamus-melepaskan CRH
merangsang Hipofisis anterior- sekresi ACTH merangsang Korteks adrenal
melepaskan kortisol peningkatan HCL Mual.
c. Bagaimana mekanisme nyeri kepala?
Teori yang ada, teori belajar, terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan
dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan
orang lain sehingga, gangguan psikis dialihkan menjadi suatu gangguan fisik yang disini
adalah nyeri kepala.
d. Bagaimana mekanisme nyeri sendi?
Riwayat somatisasi 2 tahun lalu + stres (gagal menikah) stimulasi hipotalamus untuk
meghaskan CRH stimulasi hipofisis anterior untuk enghasilkan ACTH Stimulasi
korteks adrenal untuk menghasilkan kortisol menuju organ target (lambung) ↑ kadar
HCl nyeri perut.
2. Beberapa bulan sebelumnya Nn. ZS berencana menikah namun dibatalkan tanpa sebab
oleh calon suaminya.
a. Bagaimana hubungan kejadian beberapa bulan batal nikahnya Nn. ZS dengan
keluhannya sekarang?
Kejadian beberapa bulan lalu batal nikah merupakan stressor yang memicu keluhan pasien
sekarang.
3. Nn. ZS menyangkal perasaan sedih, tidak berguna dan putus asa namun sesekali
mengalami sulit tidur, sulit konsentrasi, tegang dan mudah marah.
a. Bagaimana hubungan keluhan diatas?
Sulit tidur merupakan keluhan yang sangat mengganggu, karena menyebabkan kualitas
tidur menjadi tidak baik dan badan menjadi tidak bugar keesokan harinya. Terdapat
beberapa jenis sulit tidur, yaitu dapat diawal tidur (untuk memulai tidur), ditengah tidur
(mudah terbangun atau sulit tidur lagi setelah terbangun), di akhir tidur (bangun terlalu
dini).
b. Bagaimana mekanisme sulit tidur?
Gambar: Mekanisme sulit tidur.
Sumber: Clinical Practice Guideline for the Management of Patients with Insomnia in
Primary Health Care.
Tegang pada Nn. ZS mungkin adalah suatu gejala kecemasan menderita suatu penyakit
karena gejala somatisasi yang Nn. ZS rasakan.
e. Adakah hubungan keluhan tersebut dengan riwayat batal menikah Nn. ZS?
Jelaskan!
Ada. Batal menikah pada Nn. ZS menyebabkan salah satu masalah yang harus
dihadapinya dan hal ini sangat terkait dengan masa depannya sehingga dapat menjadi
factor stress (stressor) dan ditambah lagi memiliki riwayat somatisasi sehingga keluhan
diatas dapat muncul.
f. Apa makna klinis dari gejala gejala yang ditanyakan?
4. Nn. ZS mengakui bahwa dirinya merupakan tipe orang yang cenderung menghindari
konflik dengan orang lain namun sangat terpengaruhi dengan perkataan orang lain.
a. Apakah tipe kepribadian Nn. ZS termasuk gangguan kepribadian?
Pada pasien dicurigai mengalami gangguan somatisasi. Hal ini sesuai dengan yang
didapatkan saat anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien menunjukkan keluhan serta
gejala yang berulang – ulang, disertai dengan permintaan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, walaupun dari hasil menunjukkan bahwa pasien tidak memilki
kelainan yang berarti pasien tetap merasa cemas dan ketakutan akan penyakitnya. Selain
itu akibat dari keadaan ini pada pasien terdapat disabilitas dalam lingkungan keluarga dan
sosialnya, pasien menjadi lebih emosi dan dan tidak mau melakukan aktivitas sehari –
harinya.
Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan data yang didapat bahwa pasien tidak memiliki
mengalami retardasi mental. gangguan kepribadian: histrionik (suatu gangguan
kepribadian yang melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk
menjadi pusat perhatian)
5. Status Psikiatrikus
a. Bagaimana interpretasi hasil status psikiatrikus?
Keadaan pada skenario Interpretasi
Berpostur tinggi, berpakaian rapi,
Penampilan Normal
perawatan diri baik, kooperatif
Bicara Verbalisasi jelas dan lancar Normal
Emosi
a. Mood Disforik Abnormal
b. Afek Sesuai, luas Normal
Realistik, relevan, koheren, preokupasi
terkait keluhan fisik, waham tidak ada, Preokupasi terkait keluhan
Pikiran
perasaan bersalah, tidak berguna dan fisik: abnormal
putus asa tidak ada
Persepsi Halusinasi tidak ada, ilusi tidak ada Normal
Gangguan kepribadian histrionik mudah terganggu oleh stressor dalam hal ini gagal
menikah dan sakit yang tidak diketahui penyebabnya terbentuk mood dismorfik.
Each item is scored on a scale of 0 (not present) to 4 (severe), with a total score range of
0–56, where <17 indi- cates mild severity, 18–24 mild to moderate severity and 25–30
moderate to severe.
0 tidak ada
1 anggota gerak punggung atau kepala berat. Nyeri punggung, nyeri kepala, nyeri otot.
Hilang tenaga dan kelelahan
2 segala symptom di atas yang jelas diberi nilai 2
14. Gejala genital (misalnya: hilangnya libido, gangguan menstruasi)
0 tidak ada
1 ringan
2 berat
15. Hipokondriasis
0 tidak ada
1 dihayati sendiri
2 preokupasi tentang kesehatan diri
3 sering mengeluh, meminta pertolongan, dan lain-lain
4 waham hipokondriasis
16. Kehilangan berat badan (pilih antara A atau B)
A. Bila dinilai berdasarkan riwayat
0 tidak ada kehilangan berat badan
1 kemungkinan berat badan berkurang sehubungan dengan sakit sekarang
2 berat badan jelas berkurang
B. Bila diukur perubahan berat aktual, dinilai setiap minggu oleh psikiater bangsal
0 kehilangan berat badan kurang dari 0,5 kg seminggu
1 kehilangan berat badan lebih dari 0,5 kg seminggu
2 kehilangan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
17. Tilikan
0 tidak ada
1 kecurigaan ringan
2 kecurigaan sedang
3 ide referensi
4 waham
21. Gejala obsesif dan kompulsif
0 Tidak ada
1 Ringan
2 Berat
22. Ketidakberdayaan
0 tidak ada
1 perasaan subyektif yang diperoleh hanya ditanya
2 perasaan tidak berdaya dinyatakan langsung oleh pasien
3 memerlukan dorongan, bimbingan dan penentraman hati untuk menyelesaikan
tugas bangsal atau higiene diri
4 memerlukan bantuan fisik untuk berpakaian, makan, bedside task atau higene diri
23. Keputusasaan
0 tidak ada
1 sering-sering merasa ragu bahwa „keadaan akan membaik‟ tetapi masih dapat
ditentramkan
2 merasa putus asa secara konsisten tetapi masih menerima penentraman
3 mengekspresikan perasaan putus asa, hilang harapan, pesimis tentang masa depan,
yang tidak dapat dihilangkan
4 keteguhan spontan dan tidak sesuai bahwa „saya tidak akan pernah sembuh‟ atau
padanannya
24. Perasaan tidak berharga (terentang dari hilangnya harga diri, perasaan rendah diri,
mencela diri yang ringan sampai waham tentang ketidakberhargaan)
0 tidak ada
1 menunjukkan perasaan tidak berharga (kehilangan harga diri) hanya bila ditanya.
2 menunjukkan perasaan tidak berharga (kehilangan harga diri) secara spontan
3 berbeda dengan nilai 2 di atas berdasarkan derajat. Pasien secara sukarela
menyatakan bahwa dia „tidak baik ‟rendah”
4 waham tentang ketidakberhargaan, misalnya “saya adalah tumpukan sampah” atau
padanannya
LEARNING ISSUE
1. Gangguan somatisasi
a. Definisi
Gangguan somatisasi merupakan suatu kondisi psikiatrik yang ditandai dengan keluhan
fisik yang diderita pasien, yaitu nyeri, gejala gastrointestinal, gejala seksual, dan gejala
pseudoneurologis, dimana tidak ditemukannya penjelasan medis yang akurat.
Seseorang dengan gangguan somatisasi akan menderita sedikitnya 4 gejala fisik yang
berbeda. Orang yang menderita gangguan somatisasi biasanya merasakan sensasi terbakar, nyeri
yang berpindah-pindah, rasa yang aneh pada lidah, kesemutan, geli, atau tremor. Orang-orang ini
akan mendatangi berbagai dokter dengan harapan dapat menemukan masalah pada diri mereka.
b. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi dalam populasi umum diperkirakan 0,1
hingga 0,5 persen. Di Mesir Kuno juga menyebutkan bahwa gangguan somatisasi lebih sering
terjadi pada perempuan. Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5
hingga 20 kali tetapi perkiraan tertinggi mungkin karena kecenderungan awal yang tidak
mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki. Di antara pasien yang datang ke tempat
praktik dokter umum dan dokter keluarga, sebanyak 5 sampai 10 persen pasien mungkin
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan somatisasi. (Sadock: 2007)
c. Etiologi
d. Factor Resiko
Mengalami gangguan rasa cemas atau depresi
Sedang mengalami permasalahan medis atau dalam proses penyembuhan
Beresiko untuk mengalami suatu permasalahan medis, seperti memiliki riwayat penyakit
serius yang cukup signifikan
Mengalami kejadian hidup yang menimbulkan stres, trauma ataupun kekerasan
Memiliki riwayat trauma di masa lalu, seperti kekerasan seksual pada masa kecil
Riwayat pendidikan dan status sosioekonomi yang rendah
e. Klasifikasi
e) Hipokondriasis (hypochondriasis)
2.Menurut ICD-10/PPDGJ-III
a) Gangguan somatisasi (F.45.0)
f. Manifestasi Klinis
Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat medik
yang panjang dan rumit. Gejala-gejala umum yang sering dikeluhkan adalah mual, muntah
(bukan karena kehamilan), sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (bukan
karena olahraga), amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Sering kali pasien
beranggapan dirinya menderita sakit sepanjang hidupnya. Gejala pseudoneurologik sering
dianggap gangguan neurologik.
Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal menonjol, dengan cemas dan depresi
merupakan gejala psikiatri yang sering muncul. Ancaman akan bunuh diri sering dilakukan,
namun bunuh diri aktual sangat jarang. Biasanya pasien mengungkapkan keluhan secara
dinamik, dengan muatan emosi dan berlebihan. Pasien-pasien ini biasanya tampak mandiri,
terpusat pada dirinya, haus penghargaan dan pujian, dan munipulatif.
Gangguan somatisasi sering sekali disertai oleh gangguan mental lainnya, termasuk
depresif berat, gangguan kepribadian, gangguan berhubungan zat, gangguan kecemasan umum,
dan fobia. Kombinasi gangguan-gangguan tersebut dan gejala kronis menyebabkan peningkatan
insiden masalah perkawinan, pekerjaan, dan social.
g. Patogenesis
Sebenarnya, patofisiologi dari gangguan somatoform masih belum diketahui dengan jelas
hingga saat ini. Namun, gangguan somatoform primer dapat diasosiasikan dengan peningkatan
rasa awas terhadap sensasi-sensasi tubuh yang normal. Peningkatan ini dapat diikuti dengan bias
kognitif dalam menginterpretasikan berbagai gejala fisik sebagai indikasi penyakit medis. Pada
penderita gangguan somatoform biasanya ditemukan juga gejala-gejala otonom yang meningkat
seperti takikardia dan hipermotilitas gaster. Peningkatan gejala otonom tersebut adalah sebagai
efek-efek fisiologis dari komponen-komponen noradrenergik endogen. Sebagai tambahan,
peningkatan gejala otonom dapat pula berujung pada rasa nyeri akibat hiperaktivitas otot dan
ketegangan otot seperti pada pasien dengan muscle tension headache
h. Patofisiologi
Lingkngan/sosial-gagal menikahstressorhipotalamus-melepasakn
CRHmerangsang Hipofisis anterior merangsang medula adrenalpelepaskan
epinefrin atau norepinefrin-aktifasi saraf otonom/saraf simpatisvasokontriksi pembuluh
darah hipoksia nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri perut
Lingkngan/sosial-gagal menikahstressorhipotalamus-melepasakn
CRHmerangsang Hipofisis anteriorpeningkatan prolaktinGNRH turunLH dan
FSH turungangguan menstrasi
(sumber: Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.)
j. Tata Laksana
Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter, sebab apabila dengan beberapa dokter
maka pasien akan mendapat kesempatan lebih banyak mengungkapkan keluhan
somatiknya. Interval pertemuan sebulan sekali. Meskipun pemeriksaan fisik tetap harus
dilakukan untuk setiap keluhan somatic yang baru, dokter harus mendengarkan keluhan
somatik sebagai ekspresi emosional dan bukan sebagai keluhan medik.
k. Pemeriksaan Penunjang
l. Komplikasi
m. Prognosis
Tanpa tatalaksana, prognosis pada kasus ini adalah buruk/ jelek. Remisi spontan jarang
ditemui. Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis dan berfluktuasi. Dengan tatalaksana
yang tepat maka distress dapat dikurangi namun tidak dapat sama sekali dihilangkan.
n. Edukasi
o. Pencegahan
Pada anggota keluarga yang menunjukangejala yang sama diharapkandapat dibawa ke
pelayanan kesehatan terdekat
Keluarga di edukasi untuk memberikan dorongan dan semangat kepada pasien
p. Diagnosis banding
q. SKDI
4A: Dokter mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.
2. Depresi
a. Definisi
Depresi merupakan gangguan jiwa dengan karakteristik penurunan mood yang persisten
atau hilangnya ketertarikan terhadap suatu aktivitas, menyebabkan munculnya masalah yang
signifikan pada kehidupan sehari-hari.
b. Etiologi
Insiden keparahan penyakitnya meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari
setengah jumlah keseluruhan kasus dilaporkan terjadi pada usia lebih dari 60 tahun, dan
komplikasi terjadi hampir 50% di usia tua.
Depresi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik, gangguan
neurotransmitter, dan faktor psikososial.
a) Faktor genetik
b) Gangguan neurotransmitter
c) Faktor psikososial
c. Patofisiologi
Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat merefleksikan antara faktor-faktor
biologis (seperti faktor genetis, ketidakteraturan neurotransmitter, atau abnormalitas otak),
faktor psikologis (seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor
sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan pekerjaan).
Faktor Potensial Pelindung
Coping
Dukungan sosial
Sistem limbik adalah bagian otak yang berhubungan dengan tiga fungsi utama: emosi,
kenangan, dan gairah (stimulasi). Sistem ini terdiri dari beberapa bagian, yang ditemukan di atas
batang otak dan di dalam otak besar. Sistem limbik menghubungkan bagian otak yang
berhubungan dengan fungsi tinggi dan rendah. Di bawah ini, penjelasan bagian utama dari sistem
limbik.
Talamus
Talamus adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan
menyampaikan informasi dari indera kita, seperti bau dan penglihatan. Talamus ini terletak
dalam batang otak, dan merupakan bagian dari jalur informasi ke dalam otak, yang merupakan
bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk berpikir dan gerakan.
Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian penting dari sistem limbik yang bertanggung jawab untuk
memproduksi beberapa pembawa pesan kimiawi, yang disebut hormon. Hormon-hormon ini
mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus tidur, suhu tubuh, dan asupan makanan. Hipotalamus
terletak di bawah talamus.
Girus singulata
Girus singulata berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan pesan antara bagian dalam
dan luar dari sistem limbik.
Amigdala dan Hipokampus
Amigdala adalah salah satu dari dua kelompok berbentuk almond sel-sel saraf pada
temporal (sisi) lobus dari otak besar. Kedua amigdala bertanggung jawab untuk mempersiapkan
tubuh untuk situasi darurat, seperti sedang ‘kaget’, dan untuk menyimpan kenangan peristiwa
untuk pengenalan masa depan. Amigdala membantu dalam pengembangan kenangan, terutama
yang berkaitan dengan peristiwa emosional dan keadaan darurat. Amigdala ini juga terlibat
secara khusus dengan perkembangan emosi rasa takut, dan dapat menjadi penyebab ekspresi
ekstrim ketakutan, seperti dalam kasus panik. Selain itu, amygdalae memainkan peran utama
dalam kesenangan dan gairah generatif, dan dapat bervariasi dalam ukuran tergantung pada
aktivitas generatif dan kematangan individu.
Hipokampus
Hipokampus adalah bagian lain dari lobus temporal yang bertanggung jawab untuk
mengubah kenangan jangka pendek ke memori jangka panjang disebut. Hipokampus ini
diperkirakan bekerja dengan amigdala untuk penyimpanan memori, dan kerusakan pada
hipokampus dapat menyebabkan amnesia (hilang ingatan).
Ganglia basal
Ganglia basal adalah kumpulan badan sel saraf yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan gerakan otot dalam postur tubuh. Secara khusus, ganglia basal membantu
untuk memblokir gerakan yang tidak diinginkan dari terjadi, dan langsung terhubung dengan
otak untuk koordinasi.
Daftar Pustaka
Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Psiko-Neuro-Endokrin. dalam Imunologi Dasar Edisi VII.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 247-65
Guyton A.C, Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gabbard GO. Psychoanalysis In: Kaplan H, Saddock B, editors. Comprehensive textbook of
psychiatry vol I. 7th ed. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2000.p.586-96
Hidayat Aziz Halimul. (2004). Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :
Jakarta
Hamilton, M: A rating scale for depression, Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry 23:56-62, 1960
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri. Ilmu
Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa Aksara pp.1-8.
Maslim R. dr. 2013. Gangguan Somatoform : Gangguan Somatisasi. Dalam Buku Saku Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III dan DSM 5. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott William & Wilkins.