Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah

kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang

membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2005, prevalensi

penyakit kronik didunia mencapai 60% dari kasus yang menyebabkan

kematian. Jenis penyakit kronik yang menyebabkan kematian adalah penyakit

kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruksi kronik, diabetes melitus, dan

hipertensi (Koyongian, dkk.,2015).

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90 mmHg (Baradero,

Dayrit, & Siswadi, 2008 dalam Tyani, dkk., 2015).

Hipertensi essensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90%

penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi

sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya. Data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang

sering menyebabkan terjadinya hipertensi seperti faktor keturunan, ciri

persorangan dan kebiasaan hidup (Padila, 2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini

diseluruh dunia. Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan

1
2

darah tinggi. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup

dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun

didunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-

Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita

hipertensi (WHO, 2015 dalam Fadli, 2018).

Berdasarkan data dari Riskesdas Litbang (2018), hipertensi di Indonesia

merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar

34.1%. Prevalensi tertinggi di Kalimantan selatan sejumlah (44.1%), Papua

(22.2%), dan Sulawaesi Utara (13.5%) (Riskesdas, 2018).

Adapun jumlah penderita hipertensi di Provinsi Gorontalo cukup tinggi,

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo (2018)

menunjukkan bahwa prevalensi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

berdasarkan data dari tahun 2014 mencapai 10.212 jumlah kasus baru, 14.915

jumlah kasus lama, dan 410 kasus diantaranya menyebabkan kematian.

Tahun 2015 terdapat 11.085 jumlah kasus baru, 15.001 jumlah kasus lama,

dan 500 kasus diantaranya menyebabkan kematian. Sepanjang tahun 2016-

2017 mengalami peningkatan sejumlah 2100 kasus baru, dimana terdapat

13.185 jumlah kasus baru, 15.200 kasus lama, dan angka kematian sejumlah

403 kasus.

Adapun jumlah penderita hipertensi tertinggi terdapat di Kabupaten

Gorontalo dengan total 9016 kasus dan 254 kasus kematian, setelahnya Kota

Gorontalo dengan 5633 kasus dan 95 kasus kematian dan Kabupaten

Gorontalo Utara sejumlah 3453 kasus dan 9 kematian.


3

Salah satu upaya penanganan pada penderita hipertensi yang dapat

dilakukan yaitu dengan cara terapi relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi

otot progresif adalah terapi yang terpusat pada suatu aktivitas otot untuk

menurunkan ketegangan pada otot dengan melakukan teknik relaksasi agar

rileks. Terapi relaksasi otot progresif termasuk metode terapi relaksasi yang

termurah, mudah dilakukan, tidak terdapat efek samping, dapat membuat

pikiran terasa tenang dan tubuh menjadi rileks (Maryam, 2010 dalam

khasanah, 2017).

Terapi relaksasi otot progresif melalui dua proses yaitu menegangkan

dan merilekskan otot tubuh. Manfaat dari latihan ini untuk menurunkan

tegangan fisik, menurunkan nadi, tekanan darah dan respirasi. (Harmano,

2014).

Menurut penelitian Khasanah (2017) tentang “Pengaruh teknik

Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Kelompok

Lanjut Usia” menunjukkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan

mengunakan uji Mann Whitney. Penelitian yang lainnya Azizah (2015)

tentang “Pengaruh teknik Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan

Tekanan Darah Sistole-Diastole pada Penderita Hipertensi Primer di

Puskesmas Tilowan Jawa Tengah” menyatakan adanya penurunan tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi primer setelah dilakukan latihan

relaksasi otot progresif, namun pada tekanan diastolik tidak terjadi penurunan
4

yang signifikan setelah dilakukan latihan relaksasi otot progresif. Tekanan

darah diastolik tidak mengalami penurunan yang signifikan karena tekanan

darah diastolik bersifat stabil dan sedikit menurun seiring bertambahnya usia.

Puskesmas Kota Utara merupakan salah satu puskesmas yang ada di

kota Gorontalo dengan jumlah kunjungan hipertensi yang cukup meningkat

selama dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2016 berjumlah 1357 kunjungan

dan tahun 2017 meningkat sejumlah 1536 kunjungan.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan pada 5

orang pasien hipertensi primer yang datang berobat di puskesmas Kota utara,

terdapat 4 orang klien mengatakan ketika merasakan gejala hipertensi klien

hanya meminum obat atau meminum ramuan herbal dan mengunjungi

fasilitas kesehatan terdekat, ketika ditanyakan mengenai latihan relaksasi otot

progresif, mereka mengatakan tidak mengetahuinya serta manfaat terhadap

penurunan tekanan darah.

Upaya oleh peneliti dalam menurunkan tekanan darah pada penelitian

ini adalah dengan menerapkan terapi relaksasi otot progresif pada penderita

hipertensi dengan tujuan memberikan edukasi terhadap klien atau keluarga

tentang latihan relaksasi otot progresif yang dapat berpengaruh rterhadap

penurunan tekanan darah. Adapun keuntungan dari pelaksanaan terapi

relaksasi otot progresif ini yaitu, mudah dilakukan, murah atau tidak

menyediakan alat apapun hanya peralatan seadanya seperti bantal dan

pengalas serta mudah untuk dilakukan secara bantuan ataupun dengan

mandiri.
5

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

studi kasus tentang “Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam studi kasus

ini yaitu Bagaimana penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Kota Utara ?”.

1.3 Tujuan Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran

penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan/wawasan bagi keluarga atau

masyarakat tentang hipertensi dan penanganan secara mandiri melalui

teknik relaksasi otot progresif.

1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Untuk menambah keluasan ilmu dan teknologi dalam bidang

keperawatan khususnya dalam keperawatan medikal bedah.


6

1.4.3 Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi primer.

Anda mungkin juga menyukai