1. PENDAHULUAN
Perbankan Indonesia telah mengalami perubahan orientasi sejak terjadi deregulasi dan
liberalisasi keuangan di Indonesia, yang sebelumnya sangat represif. Sebelum tahun 1980-an,
bank-bank masih merupakan lembaga yang berorienatasi pada produk. Masyarakat yang
membutuhkan pelayanan bank akan dating dan mencari bank. Pelayanan bank masih
tradisional, bank masih menganut konsep menjual produk atau jasa, pertimbangan kepuasan
pelanggan/nasabah belum sepenuhnya menjadi orientasi bank. Berbeda dengan kondisi
setelah Paket Kebijakan Juni (Pakjun) 1983, bank telah tumbuh spektakuler baik menyangkut
jumlah bank, cabang bank maupun jumlah produk/jasa yang ditawarkan ditunjang pelayanan
yang modern. Persaingan antara bank atau antar cabang bank menjadi semakin tajam baik
pada level inovasi produk, level harga (bunga) maupun level pelayanan. Pelayanan sempurna,
bahkan super sempurna menjadi keharusan bagi bank memenangkan persaingan. Bank harus
menggeser orientasi produk ke orientasi nasabah.
Pelayanan yang sempurna dan pengembangan produk dan jasa yang berkualitas pada
gilirannya akan memberikan kontribusi bagi kinerja bank. Kinerja bank/tingkat kesehatan
bank akan dicerminkan oleh aspek pemenuhan modal minimum (Capital Adequacy
Ratio/CAR), kualitas aktiva produktif (asset quality), kesehatan manajemen (management),
kemampuan memperoleh laba (earning power), kemampuan memenuhi kewajiban segera
(liquidity) dan sensitivitas pasar (aspek risiko). Faktor-faktor tersebut harus didukung oleh
pemenuhan ketentuan moneter lainnya di bidang perbankan misalnya Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL), Net Open Position (NOP),
Ketentuan KUK dan sebagainya.
Faktor-faktor dan komponen penentu kinerja bank tersebut harus dikelola secara terus-
menerus untuk menghasilkan kinerja yang diinginkan. Untuk mengelola factor tersebut, harus
didukung oleh informasi yang tepat pakai (relevan), tepat waktu dan akurat serta adanya
kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat dan akurat. Informasi yang
tepat pakai, tepat waktu dan akurat bisa terwujud kalau dikelola dengan baik. Untuk
mengelola informasi tersebut diperlukan pemahaman tentang karakteristik bank, keunikan
bank dan penggunaan akuntansi untuk mengelola informasi tersebut.
Karakteristik Khusus
1. Sebagian aset bank adalah monetary assets ataupun alat-alat likuid yang sifat fisiknya
tidak tampak, sedangkan aktiva yang berwujud nilainya relatif kecil.
2. Obyek yang diperdagangkan adalah uang dan jasa yang bersifat abstrak, sehingga
perlu adanya internal control yang ketat.
3. Di dalam bank, uang berfungsi sebagai alat likuid.
4. Perdagangan dan administrasi jenis mata uang relatif banyak.
5. Dalam bertransaksi, bank mengandalkan kepercayaan masyarakat, kode rahasia,
dokumen-dokemen dan sebagainya.
6. Jumlah kantor cabang relatif banyak bahkan bisa di seluruh dunia.
7. Lembaga perbankan selalu diatur secara ketat di manapun beroperasi.
Keunikan Bank
1. Ada peran monitor to monitor. Artinya bank sebagai lembaga perantara telah
menghimpun dana dari deposan dan menempatkannya ke kredit. Deposan akan
memonitor bank dan bank akan memonitor debitur. Dengan dukungan pengelolaan
informasi yang baik, maka biaya informasi untuk monitoring bagi deposan akan lebih
rendah dibandingkan monitoring langsung oleh deposan ke pengguna dana (debitur).
2. Keputusan pemberian kredit kepada perusahaan tertentu akan direspon positif oleh
pasar. Perusahaan yang diberi kredit berarti perusahaan yang sehat, maka saham
perusahaan tersebut akan direaksi positif oleh pasar. Keunikan ini tidak dimiliki oleh
lembaga bisnis lainnya.
3. Mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke yang muda (intergenerational
wealth transfer). Generasi tua sudah pensiun suka menabung atau tidak produktif
lagi, sedangkan generasi muda masih giat berusaha. Yang muda menggunakan dana
generasi tua untuk kepentingan yang produktif melalui perantara bank.
4. Dapat bertindak sebagai asset transformer. Bank bisa menerbitkan klaim keuangan
berupa surat berharga obligasi, deposito dan lainnya kemudian ditempatkan dalam
bentuk kredit atau yang lain.
Dengan memperhatikan karakteristik dan keunikan bank, maka dapat dipastikan bahwa
pengelolaan informasi untuk pengambilan keputusan sangat diperlukan. Untuk mengelola
informasi diperlukan akuntansi. Dengan akuntansi, informasi dapat disajikan tepat waktu dan
relevan untuk pengambilan keputusan. Dalam akuntansi, konsistensi metode, teknik dan
prinsip tetap dipeihara untuk keseragaman persepsi. Keseragaman persepsi akan membuat
akuntansi tidak hanya dapat digunakan untuk kepentingan internal, namun juga pihak-pihak
eksternal yang membutuhkan informasi akuntansi.
Buku ajar ini akan memaparkan Akuntansi Perbankan Dalam Transaksi Rupiah secara teoritis
maupun aplikasinya dalam perspektif manual. Penguasaan teori dan aplikasi secara manual
akan sangat membantu dalam praktik, bahkan praktik yang didukung oleh alat berupa
software tertentu pada lembaga perbankan.
1. URAIAN MATERI
1. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi menurut Committee on terminology of the American Institute of
Certified Public Accountants bahwa akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan dan
mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian bersifat keuangan dengan
suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya.
Akhir-akhir ini akuntansi selain dipandang sebagai seni, juga dipandang sebagai bahasa dunia
usaha, yaitu sebagai sarana untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu perusahaan.
Akuntansi juga bisa didefinisikan sebagai konsep informasi maupun sebagai sistem
informasi. Sebagai konsep informasi, akuntansi merupakan kegiatan jasa yang menyediakan
informasi kuantitatif tertutama yang bersifat keuangan, tentang kesatuan-kesatuan ekonomi
yang dimaksudkan agar bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam
menetapkan pilihan yang pantas di antara berbagai alternatif tindakan. Sedangkan sebagai
sistem informasi, akuntansi merupakan proses yang menjalin sumber informasi, saluran
komunikasi dan seperangkat penerima. Pandangan ini menekankan pada konseptual dan
empiris. Artinya, pertama diasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah satu-satunya sistem
pengukuran yang formal bagi suatu organisasi. Kedua bahwa pandangan ini menimbulkan
kemungkinan perancangan suatu sistem akuntansi secara opsional yang mampu menyediakan
informasi yang berguna bagi semua pemakai. Ketiga adalah menekankan pentingnya
Akuntan sebagai pengirim akuntansi dan pemakai (penerima akuntansi).
Jadi, secara umum akuntansi bisa didefinisikan sebagai seni, ilmu, sistem informasi yang
didalamnya menyangkut pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran dengan cara
sepatutnya dan dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian
mempunyai sifat keuangan serta adanya penginterpretasian hasil pencatatan dan disajikan
dalam laporan keuangan.
Kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem pertalian yang erat (koheren) dari tujuan
dan konsep-konsep dasar yang saling berhubungan dan saling mengarahkan terciptanya
prinsip-prinsip yang konsisten serta menggambarkan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi
beserta laporan keuangan. Sebagai konsep, tentu akan memberikan manfaat bagi
perkembangan akuntansi atau sebaliknya perkembangan akuntansi yang memberikan manfaat
bagi konsep dasar akuntansi. Oleh karena itu dalam menghadapi persoalan akuntansi
hendaknya dapat dikembalikan pada konsep dasarnya.
Dengan kerangka konseptual juga akan dihasilkan tujuan dan dasar-dasar praktik akuntansi
dan pelaporan keuangan. Dengan demikian hal ini akan memudahkan para pemakai dalam
memahami tujuan, isi dan karakteristik informasi yang dihasilkan oleh akuntansi.
Kerangka konseptual akuntansi juga akan memberikan pedoman untuk memilih alternatif
yang mencerminkan posisi keuangan dan hasil operasi dengan cara yang paling akurat dalam
lingkungan tertentu. Setiap jenis usaha mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga
informasi yang dihasilkanpun berbeda. Padahal untuk menilai aktivitas diperlukan
keseragaman persepsi mengenai informasi tersebut. Sehingga peran pemasok informasi harus
dapat mengembangkan dan bersikap profesional agar informasi yang diperlukan oleh
pengambil keputusan tidak menyesatkan. Dengan demikian kerangka konseptual akuntansi
sangat berguna dalam menyajikan informasi yang dapat diterima oleh semua pihak dalam
berbagai lapangan usaha.
Kerangka konseptual akuntansi dibangun dari tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah
tujuan pokok akuntansi, tingkatan kedua adalah konsep dasar pelapaoran yang terdiri dari
karakteristik informasi dan elemen laporan keuangan. Tujuan pokok dan konsep dasar
pelaporan tersebut selanjutnya digunakan pada tingkatan ketiga yaitu menyusun pedoman
pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan ini harus memperhatikan asumsi, prinsip dan kendala.
Tujuan pokok akuntansi adalah tujuan umum laporan keuangan yaitu memberikan informasi
yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Untuk dapat
menyampaikan informasi tersebut harus menggunakan alat atau media berupa laporan
keuangan. Secara khusus laporan keuangan harus mencapai tujuan memberikan informasi
keuangan yang dapat dipercaya mengenai posisi aktiva, hutang dan modal beserta
perubahannya, sehingga dapat digunakan untuk menaksir prospek arus kas, kondisi
keuangan, prestasi dan potensi perusahaan atau bank dalam menghasilkan laba. Di samping
itu dapat menjelaskan bagaimana dana diperoleh dan digunakan.
Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan.
Ini berarti tujuan tersebut dapat saja berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan pemakai, situasi
dan kondisi ekonomi, politik, hukum maupun aspek lingkungan bisnis. Tetapi yang tidak
boleh dilupakan bahwa laporan keuangan tersebut disusun dalam konteks untuk memuaskan
atau memenuhi kebutuhan semua pemakai yang berbeda-beda atau bersifat umum. Kalau
demikian, maka kelompok pemakai tertentu tidak mempunyai hak untuk menentukan jenis
informasi tertentu. Para pemakai laporan keuangan dituntut untuk mengetahui karakteristik
perusahaan dan pengetahuan akuntansi agar dapat memahami informasi dalam laporan
keuangan.
Konsep dasar pelaporan merupakan penghubung antara pedoman pelaksanaan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam konsep ini harus mampu menjelaskan karakteristik atau mutu
informasi dan elemen-elemen yang akan disajikan dalam laporan keuangan sehingga fungsi
akuntansi sebagai penyedia jasa informasi dapat menentukan kepada siapa informasi tersebut
ditujukan, tipe-tipe informasi yang dibutuhkan dan bagaimanakah karakteristik informasi
yang dibutuhkan. Dengan demikian tujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat
bagi semua pihak dapat dipenuhi.
Pemilihan metode akuntansi, tipe informasi dan format informasi yang diperlukan akan
menentukan nilai kegunaan informasi bagi pengambil keputusan. Untuk itu informasi yang
disajikan harus informasi yang baik dan memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh/menyajikan informasi tersebut. Beberapa alternatif
laporan yang dapat disajikan juga harus menjadi pertimbangan misalnya pos-pos yang harus
dikapitalisasikan sebagai aktiva atau sebagai kewajiban (pasiva), pendapatan dan biaya serta
komitmen & kontijensi (khusus untuk lembaga perbankan) yang harus disajikan dalam
periode pelaporan tersebut dan ukuran yang digunakan dalam menyajikannya. Untuk ukuran
ini misalnya berupa biaya historis, nilai sekarang atau nilai buku. Informasi-informasi
tersebut harus berhubungan dengan tipe keputusan yang akan diambil oleh pemakai
informasi. Untuk dapat menghubungkan informasi tersebut, para pemakai harus mengerti
informasi yang disajikan. Pemakai harus dapat merasakan kadar kemampuan dan arti
pentingnya informasi yang diterimanya.
Informasi yang dapat dimengerti adalah informasi yang mempunyai sifat relevansi dan
reliabilitas, memiliki daya banding dan konsisten. Pola hubungan informasi yang dapat
memberikan manfaat bagi pengambil keputusan tercermin dalam hirarki kualitas informasi
akuntansi.
Informasi yang relevan adalah informasi yang menimbulkan perbedaan. Perbedaan itu dapat
memperlemah atau memperkuat pengharapan yang ada. Dengan demikian relevansi berarti
memilih metode pengukuran dan pelaporan yang dapat membantu setiap pemakai laporan
keuangan yang akan mengambil keputusan.
Informasi yang relevan adalah informasi yang menimbulkan perbedaan. Perbedaan itu dapat
memperlemah atau memperkuat pengcdcdharapan yang ada. Dengan demikian relevansi
selalu dikaitkan dengan feedback dan nilai prediktif dari informasi tersebut. Kiat pengambil
keputusan tidak merasa diperkuat atau diperlemah oleh informasi yang disajikan, maka
informasi itu bisa dikatakan tidak mengandung relevansi. Sebaliknya bila pengambil
keputusan dapat memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi yang bakal timbul di kemudian
hari atas dasar informasi, maka informasi tersebut dikatakan relevan.
Informasi juga bisa dikatakan relevan kalau disajikan tepat waktu. Sebab informasi yang basi
atau disampaikan tidak tepat waktu akan tidak ada gunanya bagi pengambil keputusan.
Dengan kata lain informasi tersebut tidak relevan.
Informasi yang disampaikan harus andal, dalam arti bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat dipercaya pemakainya yaitu telah disajikan dengan benar dari
yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan, sehingga
mencerminkan secara tepat mengenai keadaan atau peristiwa ekonomi yang akan
disampaikan. Reliabilitas atau keandalan tidak sama dengan keakuratan secara absolut.
Informasi-informasi yang disampaikan bisa saja didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
didalamnya tidak lepas dari estimasi, dan estimasi tersebut tidak akan tepat secara total atau
eksak, namun begitu informasi masih mengandung keandalan untuk digunakan. Keandalan
informasi ini dapat ditentukan oleh daya uji atau uji kebenarannya, bersifat netral atas dasar
pertimbangan sehat serta harus lengkap dan ada ketepatan dalam penyajian. Ketepatan dalam
menyajikan (jujur) merupakan kesesuaian antara informasi yang dilaporkan dengan hasil-
hasil aktual dari aktivitas ekonomi yang diukurnya.
Informasi akan semakin bermanfaat apabila dapat dikaitkan dengan standar ukuran tertentu.
Standar ukuran ini menjadikan informasi dapat diperbandingkan. Perbandingan dapat
dilakukan terhadap data dari periode yang berbeda dalam satu perusahaan, atau dapat pula
terhadap data atau informasi dari perusahaan lain yang sejenis pada periode yang sama.
Perbandingan ini untuk mengidentifikasikan kecenderungan atau tren posisi dan kinerja
keuangan serta perubahan posisi keuangan baik secara absolut maupun relatif. Oleh karena
itu pengukuran dan penyajian informasi keuangan dari transaksi atau peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten. Konsisten di sini artinya taat azas dan
menggunakan metode serta prinsip akuntansi yang sama. Namun demikian perlu diingat
bahwa keseragaman tidaklah selalu menjawab komparabilitas (Jay M. Smith dan Fred
Skoisen). Dalam kenyataannya, praktik akuntansi pada lingkungan yang berbeda mungkin
akan membutuhkan perlakuan yang berbeda pula, sehingga masalah besar dalam akuntansi
yang menerima berbagai alternative metode akuntansi dewasa ini dalam situasi yang tidak
begitu berbeda belum memadai untuk membenarkan praktik akuntansi yang berbeda-beda.
a.4. Konsistensi
Elemen pokok laporan keuangan terdiri dari aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya.
Tugas akuntansi adalah untuk mengikuti, mengukur dan mengkomunikasikan perubahan-
perubahan dan perkembangannya. Elemen pokok ini telah berlaku umum di dunia usaha dan
setiap elemen saling terkait dengan elemen.
b.1. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang dinyatakan untuk sumber-sumber ekonomi yang
dimiliki perusahaan, yang meliputi barang dan hak-hak yang memberikan manfaat di masa
yang akan dating dan didapat dari transaksi-transaksi atau peristiwa yang terjadi di masa lalu.
b.2. Hutang atau kewajiban adalah pengorbanan sumber ekonomis yang mungkin di masa
yang akan datang yang timbul dari kewajiban entitas tertentu pada saat ini untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas yang lain di masa mendatang
sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa di masa lampau.
b.3. Modal adalah jumlah uang yang dinyatakan untuk sisa hak atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi seluruh kewajibannya. Modal merupakan hak atas aktiva perusahaan yang
melekat pada pemiliknya.
b.4. Pendapatan adalah jumlah kotor dari kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban (atau
kombinasi keduanya). Pendapatan timbul dari aktivitas penjualan barang atau jasa,
penyerahan jasa dan aktivitas lainnya yang mengakibatkan diperolehnya pendapatan atau laba
bagi perusahaan.
b.5. Biaya adalah jumlah kotor dari penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban. Biaya ini
timbul dari kegiatan-kegiatan pembuatan atau pengadaan barang dan jasa, dan lain-lain
kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan dalam suatu periode.
b.6. Laba adalah selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu periode, dan
disebut rugi apabila terjadi sebaliknya.
1. Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi adalah dalil doktrin untuk mengawasi suati sistem atau aktivitas tertentu
yang telah diterima kebenarannya. Prinsip akuntansi bukan merupakan kebenaran yang
hakiki dalam bidang akuntansi, karena pada hakekatnya akuntansi selalu berkembang dan
selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan nilai-nilai yang terjadi di
masyarakat. Prinsip akuntansi dapat bersifat tertulis maupun tidak tertulis sebagai akibat yang
timbul dari pengalaman yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyajikan informasi
keuangan.
Prinsip akuntansi dibutuhkan dalam kondisi yang selalu berubah, mengingat akuntansi tidak
membuat diskriminasi dengan menyelenggarakan aktivitas-aktivitas yang secara khusus
diarahkan untuk memenuhi pihak tertentu, akan tetapi informasi yang disajikan adalah
relevan dengan kepentingan dan memuaskan berbagai pihak yang menggunakannya. Bila
informasi keuangan yang disajikan tidak memenuhi kepuasan berbagai pihak berarti laporan
keuangan tersebut sebagai media penyampaian informasi telah gagal. Ini disebabkan karena
pertama telah kehilangan fungsinya sebagai aktivitas penyedia jasa, kedua gagal untuk
memenuhi fungsinya sebagai suatu sistem informasi, dan ketiga akuntansi tersebut telah
kehilangan maknanya sebagai suatu fungsi analisis. Oleh karena itu penggunaan prinsip
akuntansi menjadi sangat penting agar ada kesamaan dalam hal cara, metode, prosedur
tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan, bersifat netral, dan dapat
diperbandingkan.
Prinsip ini ditekankan bahwa aktiva, hutang, modal, penghasilan dan biaya hendaknya dicatat
sebesar harga perolehan yang disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.
Penggunaan prinsip ini didasari bahwa harga tersebut ditentukan secara obyektif, jumlahnya
sudah diketahui dan dapat diuji kebenarannya melalui bukti-bukti transaksi. Pengukuran
harga historis adalah melalui jumlah kas atau yang ekuivalen.
Dalam kaitannya dengan pengakuan penghasilan, maka timbul beberapa metode pengakuan
penghasilan yaitu:
Pertama pada saat penjualan barang atau jasa. Bila penjualan barang dan jasa sudah tersedia
dan dapat diukur secara pasti, maka metode ini dapat diterapkan. Contoh pada lembaga
perbankan ketika memberikan kredit, maka saat komitmen direalisasi seluruh pendapatan non
bunga (provisi, administrasi, biaya transaksi dll) dari kredit tersebut langsung dicatat sebagai
pendapatan.
Kedua adalah pengakuan penghasilan dapat dilakukan pada saat sebelum melakukan
penjualan. Metode ini dapat digunakan kalau pemasaran barang dan jasa sudah terjamin
misalnya sudah adanya kontrak/perjanjian tertentu dengan pihak lain, kemudian harganya
sudah relatif pasti dan sebagian besar kegiatan untuk memperoleh penghasilan dimaksud
sudah dilaksanakan. Contoh dalam transaksi call option.
Ketiga adalah pengakuan penghasilan didasarkan pada saat penerimaan kas. Metode ini dapat
dilakukan kalau resiko terjadinya piutang tidak tertagih atau jangka waktunya relatif lama.
Metode ini digunakan bank terutama bila mengakui pendapatan bunga yang berasal dari
kredit bermasalah atau bahkan macet. Untuk kredit macet, pendapatan bunga tidak akan
diakui menjadi rekening nominal (pendapatan bunga) sebelum benar-benar direalisasi.
Prinsip ini menyatakan bahwa hasil aktivitas perusahaan selama periode tertentu yang
diuangkan dalam laporan keuangan merupakan hasil dalam periode yang sama. Pendapatan
dan biaya harus sesuatu hal yang terjadi dalam waktu yang sama. Untuk dapat
mempertemukan pendapatan dan biaya dalam periode yang sama maka diperlukan metode
pengakuan pemdapatan dan biaya. Pengakuan tersebut bisa menggunakan dasar waktu
(accrual basis).
1. Prinsip Obyektif.
Prinsip ini memberikan pengertian bahwa laporan keuangan yang dihasilkan haruslah
didasarkan pada data akuntansi yang didukung oleh bukti-bukti transaksi yang obyektif.
Bukti transaksi yang obyektif dapat diperoleh bila transaksi yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara pihak-pihak yang bertransaksi, serta didukung oleh pengawasan dan
pengendalian intern yang baik.
Laporan keuangan hendaknya dapat memberikan semua informasi baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif yang dapat mempengaruhi interpretasi dan pengambilan
keputusan para pemakainya. Untuk mencapai ini maka laporan keuangan harus disusun
secara baik sesuai dengan standar akuntansi yang disepakati umum, menggunakan istilah-
istilah yang tepat, memberikan catatan tambahan, memberikan lampiran, catatan kaki dan
sebagainya.
1. Prinsip Konsistensi
Prinsip ini mengatakan bahwa laporan keuangan tersebut harus mempunyai daya banding.
Daya banding ini perusahaan-perusahaan yang sama dalam periode yang berbeda atau dalam
perusahaan yang berbeda untuk periode yang sama. Daya banding laporan keuangan akan
ditentukan oleh konsistensi penggunaan teori, metode, dasar, pedoman dan praktik akuntansi
yang sama dengan yang diterapkan sebelumnya. Konsistensi pada kasus tertentu ada metode
yang tidak cocok dengan kondisi saat ini, maka perusahaan dapat mengganti metode tersebut
asalkan perusahaan menjelaskan tentang perubahan metode tersebut dan pengaruh
penggunaan metode tersebut terhadap angka-angka dalam laporan keuangan.
Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau merupakan aksioma yang
diterima secara umum karena sesuai dengan tujuan laporan keuangan dan menggambarkan
sifat kesatuan akuntansi dari sebuah perusahaan. Konsep-konsep akuntansi yang digunakan
dalam lingkungannya akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kondisi sosial,
kondisi ekonomi, politik dan sebagainya. Konsep ini dapat juga dikatakan sebagai asumsi
dasar dalam akuntansi. Asumsi dasar ini terutama dalam menyusun prinsip akuntansi. Prinsip
akuntansi disusun dengan memperhatikan tujuan laporan keuangan, keadaan perekonomian,
keadaan politik, perundang-undangan dan sebagainya yang berkaitan dengan dunia usaha.
Bisa saja terjadi perbedaan perumusan konsep dasar akuntansi antara pakar yang satu dengan
pakar yang lain karena faktor-faktor tersebut. Bahkan sering terjadi sulit membedakan antara
konsep dengan prinsip akuntansi.
1. Kesatuan Usaha
Dalam konsep ini diasumsikan bahwa perusahaan merupakan kesatuan usaha yang terpisah
dengan pemiliknya dan akuntansi memandang dari segi perusahaannya. Laporan keuangan
yang disusun adalah laporan keuangan perusahaan, bukan laporan keuangan pemilik. Adanya
pemisahan ini merupakan faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk membebankan
pada kesatuan ekonomi tersebut yaitu kewajiban mempertanggungjawabkan keuangan
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Batas entitas akuntansi/ usaha tidak
harus sama dengan batas hukumnya. Misalnya perusahaan induk dengan perusahaan anak
merupakan entitas hokum tersendiri, namun secara akuntansi bukan merupakan penyimpanan
bila ada penggabungan aktivitas perusahaan untuk tujuan akuntansi dan pelaporan.
Konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas
dan akan berlangsung secara terus-menerus. Asumsi ini akan memberikan dukungan yang
kuat untuk penyajian aktiva berdasarkan harga perolehannya dan bukan atas dasar nilai
kontan aktiva tersebut atau nilai yang direalisasikan pada saat likuidasi.
1. Periode Akuntansi
Konsep ini menjelaskan bahwa rugi dan laba perusahaan baru dapat diketahui setelah
perusahaan dilikuidasi atau dengan kata lain bahwa tingkat kesuksesan suatu perusahaan
hanya dapat diketahui pada saat perusahaan menghentikan usahanya dan mencairkan seluruh
hartanya menjadi kas. Pada kenyataannya, keputusan manajemen banyak dilakukan selama
berlangsungnya kegiatan perusahaan. Untuk mengambil keputusan ini perlu ada informasi.
Disinilah laporan keuangan perlu disusun sebagai sumber informasi. Penyusunan laporan
keuangan periodik ini beranggapan bahwa umur kegiatan perusahaan yang tidak terbatas
tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan perusahaan dari beberapa periode.
Bagian-bagian periode dari periode yang tidak terbatas ini selanjutnya disebut periode
akuntansi.
Penyelenggaraan akuntansi beranggapan bahwa mata uang adalah alat pengukur yang berlaku
umum terhadap semua kegiatan ekonomi. Penggunaan satuan mata uang (rupiah) didasarkan
pemahaman bahwa mata uang mempunyai nilai yang tetap (stable of price). Bila asumsi ini
tidak dipenuhi maka fungsi laporan keuangan sebagai media informasi akan berkurang
nilainya.
Informasi yang disajikan harus memiliki karakteristik mutu. Tetapi untuk menyajikan seperti
ini akan dihadapkan pada kendala-kendala. Kendala tersebut dapat dikelompokkan menjadi
kendala primer dan kendala sekunder misalnya azas konservatif dan keterbatasan dalam
dunia usaha. Kendala sekunder ini tidak begitu penting, namun perlu dipertimbangkan dalam
menyajikan informasi akuntansi.
Untuk mengumpulkan, mengolah dan melaporkan informasi akuntansi diperlukan biaya. Para
pemakai harus mempertimbangkan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut.
Kesulitannya adalah tidak semua manfaat informasi dapat diukur atau dibuktikan. Manfaat
informasi tersebut dapat dirasakan oleh pihak penyaji dalam bentuk efisiensi pengendalian
dan oleh para pemakai dalam bentuk alokasi sumber-sumber ekonomi, jumlah pajak yang
dibayar, ketaatan terhadap regulasi. Semua ini kadang sulit dikuantitatifkan. Sedangkan biaya
untuk pengadaan informasi umumnya mudah dikuantitatifkan.
1. Azas Materialitas.
tergantung pada pemakainya. Dengan demikian perlu adanya batasan bahwa suatu item
dalam hubungannya dengan laporan keuangan dianggap material kalau mempunyai akibat-
akibat yang cukup berarti dalam pengambilan keputusan-keputusan yang dibuat berdasarkan
laporan keuangan tersebut. Di sini harus dipahami bahwa item/transaksi dianggap material itu
tidak dapat ditentukan atau diukur hanya berdasarkan item itu sendiri, tetapi harus
dihubungkan dengan item yang lain yang saling berhubungan.
1. Azas Konservatif
Azas ini erat kaitannya dengan risiko ketidakpastian di masa yang akan datang. Azas ini
mencerminkan kehati-hatian dalam hal mengakui adanya pendapatan dan biaya sehingga
terhindar dari kemungkinan risiko yang akan timbul di masa yang akan datang. Perusahaan
dalam menghadapi berbagai alternatif harus melaporkan berdasarkan alternatif yang
memberikan keuntungan terkecil. Apabila dalam aktiva terdapat berbagai penilaian, maka
nilai aktiva yang paling rendah harus diakui, sebaliknya bila dalam hutang terdapat dua atau
lebih alternative jumlahnya, maka jumlah hutang yang paling besar yang dicatat. Begitu pula
bila dalam pendapatan dan biaya terdapat berbagai alternative, maka harus dipilih pendapatan
dan biaya yang akan mengakibatkan laba periodic paling rendah.
Dalam kaitannya dengan pengakuan dan penilaian pada azas ini terdapat empat macam yaitu:
1. Pengakuan dan penilaian penghasilan. Dalam hal ini penghasilan harus diakui pada
saat realisasinya. Penghasilan adalah setiap nilai yang menambah aktiva. Untuk itu
sangat erat dengan penilaian aktiva yang tidak boleh melebihi harga perolehannya.
Dengan demikian penghasilan tidak boleh diantisipasi terlalu besar atau terlalu kecil.
2. Dalam hubungannya dengan pengakuan biaya, maka biaya harus dibebankan pada
periode akuntansi sesuai dengan periode pengakuan penghasilan yang diperoleh
dengan biaya tersebut.
3. Dalam hubungannya dengan laba, maka laba harus diakui pada saat realisasi.
4. Dalam hubungannya dengan pengakuan kerugian, menurut asas ini bahwa perusahaan
harus sudah mengakui semua kerugian dan hutang yang diketahui baik yang sudah
pasti maupun yang belum pasti. Dalam hal terjadinya hutang ataupun kerugian yang
belum pasti maka disebut hutang taksiran yang biasanya ditampung dalam rekening
kontijensi.
Azas ini dapat diterima dalam praktik akuntansi, namun bila diterapkan secara berlebihan
akan mengakibatkan kesalahan dalam penyajian laba/rugi periodic. Untuk itu harus
digunakan secara wajar dan tidak benar digunakan untuk menghindari regulasi-
regulasi(terutama di lembaga perbankan) misalnya untuk perpajakan, penyisihan aktiva
produktif dll. Keberadaan azas ini sebenarnya didasari pemikiran bahwa dalam hal jumlah
yang seharusnya tidak dapat ditentukan, akan lebih baik bila menyampaikan kepada para
pemakai untuk jumlah yang terkecil di antara yang benar.
Dalam praktik akuntansi secara nyata lebih menginginkan kepraktisan dan aspek kegunaan,
sehingga sering dijumpai penyimpangan-penyimpangan terhadap prinsip-prinsip akuntansi.
Hal ini masih bisa diperkenankan karena setiap usaha mempunyai karakteristik dan
spesifikasi tersendiri. Badan usaha tersebut tidak selalu menerapkan akuntansi secara
konseptual. Hal ini menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan informasi yang sesuai
dengan karakteristik mutu pelaporan.
Dalam memahami proses akuntansi, ada baiknya untuk memahami persamaan dasar
akuntansi. Persamaan dasar akuntansi dibangun pemahaman antara hak dan kewajiban. Hak
merupakan kekayaan atau aktiva atau asset. hak ini ada karena telah timbul kewajiban.
Konsep akuntansi menghendaki keseimbangan antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu
setiap pertambahan kewajiban bank, harus diikuti peningkatan hak atau asset. Secara umum
persamaannya adalah:
Hak = Kewajiban
Aktiva = Pasiva
Kewajiban bank terdiri dari kewajiban terhadap pihak eksternal dan kewajiban terhadap
pihak internal. Kewajiban kepada pihak eksternal adalah kewajiban kepada kreditor atau
pemberi dana atau deposan. Sedangkan kewajiban terhadap internal adalah kewajiban kepada
pemilik modal. Dengan demikian persamaan dapat diperluas menjadi:
Bila bank melakukan aktivitas, akan memperoleh pendapatan dan mengeluarkan biaya.
Selisih Pendapatan dengan biaya merupakan laba bank. Laba bank merupakan komponen
modal bank. Untuk itu persamaannya menjadi:
Atau,
Keterangan:
Pada sisi kiri terdapat aktiva dan biaya, sedangkan pada sisi kanan terdapat Hutang, Modal
dan Pendapatan. Persamaan ini akan mempermudah bagi pemula dalam membuat jurnal.
Dengan persamaan dan penggambaran rekening buku besar, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap pertambahan aktiva akan didebet, dan pengurangan aktiva akan dikredit.
2. Setiap pertambahan biaya akan didebet, setiap pengurangan biaya akan dikredit.
3. Setiap peningkatan hutang akan dikredit dan setiap pengurangan/pelunasan hutang
akan didebet.
4. Setiap pertambahan modal akan dikredit dan penurunan modal akan didebet.
5. Setiap pertambahan pendapatan bank akan dikredit dan setiap penurunan pendapatan
akan didebet.
Aktiva bank misalnya berupa kas, giro BI, penempatan pada bank lain, sekuritas jangka
pendek, kredit yang diberikan, penyertaan dan aktiva tetap. Hutang bank misalnya giro
nasabah, tabungan, deposito, pinjaman diterima, sedangkan modal berupa modal disetor
maupun laba ditahan. Untuk pendapatan bank bisa berupa pendapatan bunga dan pendapatan
lainnya. Sedangkan biaya bank berupa biaya bunga dan biaya lainnya.
Penggunaan nama, struktur dan hubungan antar rekening perlu ada keseragaman agar laporan
yang dihasilkan mudah dipahami dan mudah diperbandingkan. Untuk itu sistematika
rekening perbankan diperlukan. Sistematika rekening bank disusun dengan menggunakan
digit tertentu. Digit pertama berisi rubric rekening, digit kedua berupa identifikasi jenis
valuta, digit ketiga berisi kelompok rekening group. Digit keempat berisi kelompok rekening
subgroup dan digit ke lima dan seterusnya berisi berupa rincian atau rekening individual.
Keterangan:
1 = Rekening Individual
Kebijakan Akt
419
Kebijakan Akt
Beban
Beban
50
51
501
Beban Operasional
511
Beban Operasional
5011
Beban Bunga
5111
Beban Bunga
50111
51111
50112
Hadiah
51112
Hadiah
50113
51113
5019
5119
50191
51191
Provisi & Komisi Selain Unt.Mendptkan Dana
50192
Beban Overhead
51192
Beban Overhead
501921
511921
501922
511922
5011923
Beban Personalia
511923
Beban Personalia
5011929
Beban Lain
511929
Beban Lain
502
512
5121
5022
Denda/sanksi
5122
Denda/sanksi
5029
Lainnya
5129
Lainnya
508
518
509
519
Penyisihan
Penyisihan
60
Penyisihan Dalam Valuta Rupiah
61
601
611
602
612
603
613
604
Penyisihan Penyertaan
614
Penyisihan Penyertaan
Akumulasi Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
70
701
711
702
712
Komitmen
Komitmen
80
80
801
Tagihan Komitmen
811
Tagihan Komitmen
8011
8111
Fasilitas Pinjaman Yang Diterima
8112
8113
Terselesaikan.
8019
Lainnya
8119
Lainnya
802
Kewajiban Komitmen
812
Kewajiban Komitmen
8021
Digunakan
8121
Digunakan
8022
8122
8123
8124
masih berjalan
8125
8029
Lainnya
8129
Lainnya
Kontijensi
Kontijensi
90
91
901
Tagihan Kontijensi
911
Tagihan Kontijensi
9011
9111
9012
9012
9019
Lainnya
9119
Lainnya
902
Kewajiban Kontijensi
912
Kewajiban Kontijensi
9021
9121
90211
Bank Garansi
91211
Bank Garansi
90212
Akseptasi atau Endosemen Surat Berharga
91212
90219
Lainnya
91219
Lainnya
9122
9123
9029
Lainnya
9129
Lainnya
1. C. PENUTUP
1. Rangkuman
Kerangka konseptual akuntansi dibagun dari tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah tujuan
pokok akuntansi, tingkatan kedua adalah konsep dasar pelapaoran yang terdiri dari
karakteristik informasi dan elemen laporan keuangan. Tujuan pokok dan konsep dasar
pelaporan tersebut selanjutnya digunakan pada tingkatan ketiga yaitu menyusun pedoman
pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan ini harus memperhatikan asumsi, prinsip dan kendala.
Elemen pokok laporan keuangan terdiri dari aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya.
Tugas akuntansi adalah untuk mengikuti, mengukur dan mengkomunikasikan perubahan-
perubahan dan perkembangannya. Elemen pokok ini telah berlaku umum di dunia usaha dan
setiap elemen saling terkait dengan elemen.
1. Kesatuan Usaha
2. Kesinambungan / going concern
3. Periode Akuntansi
4. Pengukuran Dalam Nilai Uang
5. Penetapan Beban dan Pendapatan
6. Penentuan laba periodik.