Anda di halaman 1dari 7

F.

Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium untuk deteksi neiseria gonorrhea: (Ernawati)

1. pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram


tampak kuman kokus berpasang-pasangan didalam dan di luar sel darah putih
(polimorfonklear). Pemeriksaan ini berguna terutama pada kasus gonore yang
bersifat simtomatis.
2. Pembiakan dengan pembenihan Thayer Martin
Akan tampak koloni berwarna putih keabuan, mengkilap dan cembung.
Pembiakan dengan media kultur ini sangat perlu terutama pada kasus-kasus
yang bersifat asimomatis.
3. Enzyme immunoassay
Merupakan cara deteksi antigen gonokokus dari sekret genital, namun
sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur.
4. Polimerase Chain Reaction (PRC)
Identifikasi gonokokus denga PCR saat ini telah banyak digunakan dibeberapa
negara maju, dengan banyak sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, bahkan
dapat digunakan dari sampel urine.

G. Diagnosis Banding
Beberapa DD untuk penyakit N. gonorrhoeae: (Fahmi, DS. 2015)

1. Candidiasis

Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh, gatal
digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit ini disebabkan
oleh candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai gumpalan-gumpalan
sebagai kepala susu berwarna puitih kekuningan.

2. Chlamydia

Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang disebabkan oleh


bakteri yang dapat disembuhkan. Manifestasi klinisnya berupa
pengeluaran duh tubuh disertai dengan urethritis pada pria dan endocervicitis
pada wanita. Jika tidak diobati maka dapat menimbulkan epididymitis dan
prostatitis. Walalupun pada wanita biasanya asimtomatik tapi biasanya
koimplikasinya akan berat yaitu pelvic inflammatory disease (PID), kemandulan
dan kehamilan ectopic.

3. Vaginosis Bakterial

Merupakan sidrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah banyaknya


organisme komensal dalam vagina (yaitu Gardnerella vaginalis, Preevotella,
Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme Lactobacillus yang menghasilkan
hidrogen peroksida. Pada keadaan normal bakteri ini yang mempertahankan
suasana asam dan aerob di vagina. Sebanyak 50% yang menderita penyakit ini
tidak mengalami keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa
duh tubuh vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual.

Pada pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen, viskositas


rendah atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina, seringkali terlihat di
labia dan fourchette. pH sekret vagina berkisar 4,5-5,5.

4. Trikominiasis

Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis


dan sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang cukup berat. Pada laki-laki biasanya mengalami
urethritis. Trikomoniasis pada wanita asimtomatik. Pada kasus akut biasanya
terlihat sekret vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan,
sampai kuning kehijauan, berbau tidak enak(malodor) dan berbusa.

Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar prostat, dan


kadang-kadang preputium, vesika seminalis dan epididimis. Pada umumnya
gejala lebih ringan daripada wanita. Bentuk akut gejalanya adalah mirip urethritis
non-gonore, misalnya disuria, poliuria, disertai sekret uretra mukoid dan
mukopurulen.
H. Tatalaksana

Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah diagnosa


ditegakkan. Fasilitas untuk menegakkan diagnosis penyebab eretritis scara pasti
pada suatu daerah kaang-kadang belum tesedia, sehingga diagnosa dengan
mengandalkan tanda-tanda klinis atau dengan pendekatan sindrom masih sangat
efektif. Sehingga penggunaan antibiotik canggih dan mahal tanpa dasar diagnosis,
dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan dan
bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya, misalnay
resistensi kuman penyebab.( (Murtiastutik, D, et al. 2008)

Antibiotik terutama yang berspektrum luas memang dapat menyembuhkan


sementara, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan mengira penyakitnya
telah sembuh. Secara tidak disadari penyakit akan berjalan terus dan biasanya
penderita datang kembali ke dokter embali setelah timbul penyulit. (Murtiastutik,
D, et al. 2008)

Pengobatan yang benar meliputi pemilihan obat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut secara
teratur sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakit belum
dinyatakan benar-benar sembuh dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diobati dan diperiksa agar tidak terjadi fenomena
pingpong. (Murtiastutik, D, et al. 2008)

Sesuai panduan dari WHO tahun 2003 terapi uretritis gonore adalah
sebagai berikut:

a. Uretritis gonore tanpa komplikasi:


 Cefixime 400mg per oral dosis tunggal
 Ceftriaxone 125 mg i.m dosis tunggal
 Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
 Spectinomicine 2 g i.m dosis tunggal
(ciprofloxacine kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan
untuk anak-anak)
b. Uretritis gonore dengan komplikasi lokal:
 Ciprofloxacine 500 mg per oral selama 5 hari
 Ceftriaxone 125 mg i.m selama 5 hari
 Cefixime 400 mg per oral selama 5 hari
 Spectinomicine 2 g i.m selama 5 hari
c. Uretritis gonore dengan infeksi disseminated gonococcal:
 Ceftriaxone 1 g i.m / i.v satu kali sehari selama 7 hari
 Spectinomicine 2 g i.m dua kali sehari selama 7 hari
d. Gonore pada bayi dan anak (Murtiastutik, D, et al. 2008)
a) Sepsis, arthritis, meningits atau abses kulit kepala pada bayi
- Ceftriaxone 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
- Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hari
- Bila terbukti meningitis maka lama pengobatan menjadi 10-14 hari
b) Vulvovaginitis, cervicitis, uretritis, faringitis atau proctitis
- Ceftriaxone 125 mg im single dose
- Untuk anak berat badal lebih 45 kg obat dan dosis sama dengan
orang dewasa
c) Bakteriemi atau arthritis
- Ceftriaxone 50 mg/kg (maks 1 g untuk BB kurang dari 40 kg dan 2
g untuk BB lebih dari 45kg) im/iv 1 kali sehari selama 7 hari atau
10-14 hari untuk BB lebih dari 45 kg.
e. Gonore pada ibu hamil (Murtiastutik, D, et al. 2008)
- Ceftriaxone 250 ml im single dose
- Amoksisilin 3 g + probenesid 1 g.

I. Komplikasi
Komplikasi gonore pada pria dan wanita
a. Pada pria (Murtiastutik, D. 2008)
1. Tysonitis
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang panjang dan
kebersihan yang kurang baik. diagnosis dibuat dengan ditemukannya butir pus
atau pembengkakan daerah frenulum yang nyeri tekan.
2. Parauretritis
Untuk menegakkan diagnosis perlu pengamatan yang cermat dengan
menekan kelenjar yang terletak pada tepi lubang kencing (orifisium uretra
eksternum) akan terlihat keluarnya nanah dari saluran kelenjar.
3. Litriasis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang
atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka akan terjadi abses
folikular.
4. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan
infeksi yang mengenai kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa
nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan
panas, nyeri pada saat defeksi dan disuria.
5. Prostatitis
Ditandai dengan panas badan, rasa tidak nyaman di daerah perineum
dan suprapubis, malaise, demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme otot
uretra hingga terjadi retensi uri, tenesmus ani, sulit buang air besar, serta
obstipasi.
6. Vesikulitis
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut.
Gejala subjektif menyerupai prostatitit akut yaitu demam,polakisuria,
hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau ejakulasi
7. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang diakibatkan oleh
bakteri dan merupakan infeksi sekunder. Hal ini dapat menyebabkan
strerilitas. Apabila dilihat maka terlihat testis membesar, dan akan terasa nyeri
ketika duduk.
b. Pada wanita (Murtiastutik, D. 2008)
1. Penyakit radang panggul (PID=Pelvic Inflamatory disease)
Salpingitis akut atau penyakit radang panggul (PID) adalah komplikasi
gonore yang tersering pada wanita. Wanita dengan PID gonore sering tampak
akut dibandingkan dengan wanita dengan PID non gonore. Pada anamnesis
didapatkan sebagian besar wanita dengan PID mempunyai gejala yamh khas
dari nyeri perut bagian bawah bilateral, duh tubuh dari vagina, nyeri
punggung, perdarahan vagina yang tidak teratur, dan tergantung dari
keparahan infeksi misalnya pada pasien PID dengan keluhan minimal terdapat
gejala lain berupa panas badan, mual, muntah dan nyeri hebat.
2. Bartolinitis
Bartolinitis merupakan suatu proses infeksi yang terjadi pada kelenjar
bartolin. Peradangan pada kelenjar ini biasanya disebabkan oleh gonococcus
atau bakteri lainnya.
Gejala yang biasa ditemui pada bartolinitis anatara lain: keterbatasan
gerakan/aktivitas, ostium berwarna merah seperti gigitan kutu yang disebut
dengan sanger point, nyei unilateral, lebih panas dari daerah sekitarnya.

J. Prognosis

Sebagian besar infeksi gonre memberikan respon yang cepat terhadap


pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan
lengkap. (Murtiastutik, D. 2008)

K. Edukasi
o Penjelasan kepada pasie dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada
keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali
dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas
o Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual
dengan pasangan yang beresiko
o Penggunaan kondom masih dianggap yang paling baik
o Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan. (Murtiastutik, D. 2008)

1. Fahmi, DS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. FKUI. Jakarta: 2015.
2. Murtiastutik, D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Surabaya: 2008.
3. Murtastutik, D, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya: 2009.
4. Ernawati. Uretritis Gonore. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Appendicitis DR Dono SPB
    Referat Appendicitis DR Dono SPB
    Dokumen38 halaman
    Referat Appendicitis DR Dono SPB
    Jansen Laory
    60% (5)
  • DISFONIA
    DISFONIA
    Dokumen10 halaman
    DISFONIA
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Referat Anastesi
    Referat Anastesi
    Dokumen1 halaman
    Referat Anastesi
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • 7 Tumor Kulit
    7 Tumor Kulit
    Dokumen60 halaman
    7 Tumor Kulit
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Edema Paru
    Edema Paru
    Dokumen32 halaman
    Edema Paru
    Pinkshopsby Pinkshopsby
    Belum ada peringkat
  • 7 Tumor Kulit
    7 Tumor Kulit
    Dokumen60 halaman
    7 Tumor Kulit
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • BJNJM
    BJNJM
    Dokumen4 halaman
    BJNJM
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Syaraf Elbow
    Syaraf Elbow
    Dokumen23 halaman
    Syaraf Elbow
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • 6 Vesikobulosa Kronis
    6 Vesikobulosa Kronis
    Dokumen57 halaman
    6 Vesikobulosa Kronis
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Pioderma
    Pioderma
    Dokumen38 halaman
    Pioderma
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • TUGAS INDIVIDU NEUROLOGI KASUS 1 Ridhah PDF
    TUGAS INDIVIDU NEUROLOGI KASUS 1 Ridhah PDF
    Dokumen3 halaman
    TUGAS INDIVIDU NEUROLOGI KASUS 1 Ridhah PDF
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • 4 Tuberkulosis Kutis
    4 Tuberkulosis Kutis
    Dokumen40 halaman
    4 Tuberkulosis Kutis
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Kulkel
    Kulkel
    Dokumen47 halaman
    Kulkel
    Arya Vandy Eka Pradana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Referat Gonore
    Referat Gonore
    Dokumen22 halaman
    Referat Gonore
    veronicha anggarai
    100% (2)
  • HDK Sungsang
    HDK Sungsang
    Dokumen49 halaman
    HDK Sungsang
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Efit
    Bab 5 Efit
    Dokumen5 halaman
    Bab 5 Efit
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen4 halaman
    Journal Reading
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Akhir
    Hipertensi Akhir
    Dokumen2 halaman
    Hipertensi Akhir
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • BP - Bab Ii
    BP - Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    BP - Bab Ii
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Syaraf Elbow
    Syaraf Elbow
    Dokumen23 halaman
    Syaraf Elbow
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • 922 3086 1 PB
    922 3086 1 PB
    Dokumen10 halaman
    922 3086 1 PB
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • BAB I-4 Hipertensi New
    BAB I-4 Hipertensi New
    Dokumen42 halaman
    BAB I-4 Hipertensi New
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Lapsus HZ
    Lapsus HZ
    Dokumen4 halaman
    Lapsus HZ
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Karakteristik Pasien Herpes Zoster PDF
    Karakteristik Pasien Herpes Zoster PDF
    Dokumen7 halaman
    Karakteristik Pasien Herpes Zoster PDF
    Risci Intan Parmita
    Belum ada peringkat
  • Total Referat DR May
    Total Referat DR May
    Dokumen49 halaman
    Total Referat DR May
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Proposal Skripsi
    Proposal Skripsi
    Dokumen14 halaman
    Proposal Skripsi
    Lintang Wahyu
    Belum ada peringkat