Anda di halaman 1dari 3

2.

8 Neuroglia dan Mikroglia

2.8.1 Neuroglia

Neuroglia atau sel penyokong memiliki fungsi untuk menopang strukturan dan

nutrisional bagi neuron, isolasi elektrikal, menaikkan konduksi impuls di sepanjang akson.

Ada dua jenis sel glia yaitu sel glia pada sistem saraf pusat dan sel glia pada sistem saraf

tepi (Cowrin, 2009).

Sel glia pada sistem saraf pusat terdiri dari (Cowrin, 2009):

a. Astrosit : sel dengan ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur, memiliki fungsi

utama untuk memberikan sokongan struktur sel, memberi nutrisi, membentuk barrier

darah-otak.

b. Oligodendroglia : sel dengan jumlah paling banyak, memiliki fungsi sebagai pendukung

konduksi impuls (membentuk mielin) pada SSP.

c. Sel ependima : merupakan neuroepitel, terdapat di lapisan dalam ventrikel otak,

berfungsi sebagai penghasil cairan serebrospinal, pelindung nutrisi sel.

d. Mikroglia : memiliki ukuran paling kecil dan berfungsi sebagai komponen

fagositik atau melindungi sel dari pengaruh luar dan mencegah terjadinya

neurodegeneratif.

Sel neuroglia menunjang jaringan saraf dan memberi nutrient ke neuron dengan cara

menghubungkan neuron pada pembuluh darah. Selain itu sel neuroglia juga mensekresi

bermacam factor yang bersifat proinflamatori dan neuro toksik seperti TNF-α, metabolit

asam lemak, radikal bebas seperti nitric acid(Slone, 1994; Silva et al., 2008).
2.8.2 Mikroglia

Mikroglia adalah tipe dari sel glial yang merupakan sel imun pada sistem saraf pusat

(SSP). Mikroglia, sel glial terkecil dapat juga beraksi sebagai fagosit, membersihkan debris

sistem saraf pusat. Kebanyakan merupakan sebagai representatif sistem imun otak dan

medula spinalis. Mikroglia adalah sepupu dekat sel fagosit lainnya, termasuk makrofag dan

sel dendritik. Mikroglia memainkan beberapa peran penting dalam melindungi sistem saraf

(Rock, 2004). Pada otak manusia normal, jumlah sel mikroglia berkisar 0.5% hingga 16.6%

dari semua sel otak (Prasetyo, 2017).

Sel mikroglia pertama kali di karakterisasi oleh Pio del Rio-Hortega melalui

gambaran jelas mengenai fenotip morfologinya pada sekitar tahun 1920 (Kettenmann et al.,

2011). Sel tersebut melepaskan substansi larut seperti faktor neurotropik yang

mempengaruhi tingkat proliferasi dari sel neural progenitor dimana akan meningkatkan

respon cedera pada otak (Kettenmann et al., 2011) serta meningkatkan neurogenesis dan

atau proliferasi progenitor yang terjadi pada penyakit seperti epilepsi, stroke, neuroinflamasi

maupun penyakit neurodegeneratif lainnya.

Sel ini berasal dari mesodermal atau mesenkimal dan bermigrasi ke seluruh sistem

susunan saraf pusat, kemudian menyebar ke daerah parenkim otak. Melalui signaling pathways

sel mikroglia berkomunikasi dengan neuron dan sistem kekebalan tubuh. Sebagai makrofag di

SSP, sel mikroglia bertindak sebagai bentuk aktif pertama dan utama dari sistem imun (Filiano

et al., 2015). Mikroglia yang telah aktif dapat menjalankan banyak fungsi seperti fagositosis,

melepaskan sitokin, melakukan perbaikan pada sel dan berperan sebagai antigen presenting cell

(APC) (Morales et al., 2014).


Mikroglia memiliki dua fenotipe yang memiliki perbedaan dalam aktivasinya, yaitu

M1 dan M2. Mikroglia dapat mengalami polarisasi M1 dan M2 setelah aktivasi di otak,

yang melibatkan pada proses neurodegenerasi (Nakagawa dan Chiba, 2015; Xiong et al.,

2016). Polarisasi M1 dan M2 memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan

antara promosi dan supresi dalam inflamasi (Mikiat et al., 2011).

Sel mikroglia resting state yang diinduksi LPS atau IFN-gamma melalui jalur toll

like receptor (TLR) dapat berpolarisasi menjadi fenotip M1 (classical pathway) dan

memproduksi agen pro-inflamasi seperti IL-1β, IL-6, TNF-α, CCL2, ROS, dan NO

(Kettenmann et al., 2011; Saijo et al., 2011). Selain itu, induksi IL-4 atau IL-13 pada

mikroglia dapat menyebabkan sel tersebut berpolarisasi menjadi fenotip M2 (alternative

activated) dan mengekspresikan sitokin anti-inflamasi seperti IL-10 (Saijo et al., 2011). M2

berperan pada penonaktifan sel apoptosis atau paparan sitokin anti-inflamasi seperti IL-10

dan mengubah faktor pertumbuhan-b (TGF-b) dan meredakan peradangan akut (Orihuela et

al., 2016; Tang and Le, 2016).

Anda mungkin juga menyukai