Anda di halaman 1dari 15

BAB I

DEFINISI

Menurut Undang – undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang disebut dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat
atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Sebagai sebuah unit usaha yang komplek, Rumah Sakit mempunyai kewajiban melakukan
pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di Rumah Sakit. Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus seragam di seluruh Rumah Sakit di unit – unit yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Oleh sebab
itu diperlukan adanya Panduan Pengeloaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai acuan
pelaksanaan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit meliputi identifikasi
area dan risiko penggunaan bahan berbahaya, pengadaan, penyimpanan, penggunaan,
pembuangan limbah, penanganan tumpahan serta pelaporan dan investigasi tumpahan bahan dan
limbah berbahaya.

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Area Dan Risiko Penggunaan Bahan Berbahaya


Tahap awal dari pengelolaan B3 adalah melakukan identifikasi terhadap area atau unit
pelayanan mana saja yang menggunakan B3 untuk memudahkan pemantauan penggunaan B3
serta pemantauan pembuangan limbah B3 tersebut. Selain mengidentifikasi area yang
menggunakan B3, risiko yang mungkin terjadi terhadap penggunaan B3 juga harus diidentifikasi.
Di RSI Ibnu Sina Simpang Empat, unit – unit palayanan yang menggunakan B3 adalah :
1. Unit Farmasi
2. Unit Laboratorium
3. Unit OK
4. UPRS
5. Unit Laundry
6. CSSD
7. Unit Rawatan
8. Unit Poliklinik

B. Pengadaan B3
Pengadaan B3 dilakukan oleh bagian Farmasi, sesuai dengan kebutuhan dan permintaan
bahan kimia. Pada proses pengadaan, Farmasi harus menekankan kepada supplier agar
melampirkan Material Safety Data Sheet (MSDS) B3 saat pengiriman, sehingga menjadi
pedoman pada saat penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan B3.
Setelah bahan kimia diterima dari supplier, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah mengidentifikasi atau menginventarisasi B3 dengan melakukan pemeriksaan tiap bahan
kimia tersebut apakah termasuk dalam daftar atau golongan B3 sesuai dengan MSDS. Proses
inventarisasi bahan kimia dilakukan oleh instalasi pengguna bahan kimia. Hasil dari inventarisasi
bahan kimia diserahkan ke Bagian Kesling Rumah Sakit sebagai dokumentasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3,
karakteristik bahan berbahaya adalah sebagai berikut :
1. Mudah meledak (explosive)
3
2. Pengoksidasi (oxidizing)
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4. Sangat mudah menyala (hyghly flammable)
5. Mudah menyala (flammable)
6. Amat sangan beracun (extremely toxic)
7. Sangat beracun (highly toxic)
8. Beracun (moderately toxic)
9. Berbahaya (harmfull)
10. Korosif (corrosive)
11. Bersifat iritasi (irritant)
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environtment)
13. Karsinogenik (carcinogenic)
14. Teratogenic (teratogenic)
15. Mutagenic (mutagenic)

C. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus dilakukan secara tepat dan perlu dijamin agar bahan berbahaya
tersebut tidak bereaksi dengan bahan lain yang dapat menimbulkan bahaya.
Area penyimpanan bahan berbahaya diwajibkan untuk :
1. Memiliki tempat khusus dan terpisah dari barang – barang yang mudah menghasilkan
percikan api.
2. Tempat penyimpanan B3 dikelompokkan berdasarkan sifat dari bahan berbahaya
tersebut dan ketentuan penyimpanan berdasarkan MSDS dari bahan berbahaya.
3. Penyimpanan bahan berbahaya diberi atau dipasang simbol sesuai dengan
karakteristik bahan berbahaya.
4. B3 disimpan dalam lemari terkunci dengan akses terbatas.

Adapun ketentuan pemasangan simbol B3 sesuai dengan sifatnya adalah sebagai berikut :

a. Sifat mudah meledak (explosive)

4
Gambar 1. Simbol mudah meledak

Warna dasar putih dengan garis tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom
meledak (explosive) berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada
suhu dan tekanan standar (25°C, 760mmHg) dapat meledak dan menimbulkan
kebakaran atau melalui reaksi kimia dan/fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.

b. Sifat pengoksidasi (oxidizing)

Gambar 2. Simbol mudah oksidasi

Warna dasar putih dengan garis tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola api
berwarna hitam menyala. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat
melepaskan banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia
lainnya, terutama bahan – bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam
keadaan hampa udara.

5
c. Sifat mudah menyala (flammable)

Gambar 3. Simbol mudah menyala


Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa
gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol untuk B3 klasifikasi mudah
menyala menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan
udara pada temperature ambient
2. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api
3. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal
4. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika
bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab
5. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0°C dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35°C
6. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0°C - 21°C

Berdasarkan karakteristik di atas, contoh bahan yang mudah menyala adalah :

a) Cairan yang mengandung alcohol < 20% volume dan/atau pada titik nyala
tidak lebih dari 60°C akan menyala bila terjadi kontak dengan api,
percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760mmHg.
b) Padatan yang pada temperature dan tekanan standar (25°C dan 760mmHg)
dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaranyang terus menerus dalam 10 detik.
6
c) Aerosol mudah menyala
d) Padatan atau cairan poriforik
e) Peroksida organik

d. Sifat beracun (toxic)

Gambar 4. Simbol beracun


Warna dasar putih dengan garis dasar tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
tengkorak dan tulang bersilang. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Sifat beracun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang
cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Penentuan tingkat sifat racun ini berdasarkan uji LD 50 (amat sangat beracun,
sangat beracun dan beracun) dan /atau ;
2. Sifat bahaya toksisitas akut.

e. Sifat berbahaya (harmful)

Gambar 5. Simbol berbahaya

7
Warna dasar putuh dengan garis tepi berwarna merah. Simbol berupa gambar silang
berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan
ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

f. Sifat iritasi

Gambar 6. Simbol iritasi


Warna dasar putih dengan garis tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tanda
seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Padatan atau cairan yang bila terjadi kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lender dapat menyebabkan iritasi atau
peradangan
2. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing
3. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit dan/atau :
4. Iritasi / kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada
mata.

g. Sifat korosif (corrosive)

8
Gambar 7. Simbol korosif
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2
gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Menyebabakan iritasi (terbakar) pada kulit
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi >6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 55°C dan/atau
3. Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam dan ≥ 12,5 untuk B3 bersifat basa.

h. Sifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous of environment)

Gambar 8. Simbol berbahaya bagi lingkungan


Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini
untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan
atau organism aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan seperti :
1. Merusak lapisan ozon (misal CFC = ChloroFluoroCarbon)
2. Persistent di lingkungan (misal PCBs = Polychlorinated Biphenyls)

9
i. Sifat Karsinogenik, Teratogenik, Mutagenik

Gambar 9. Simbol Karsinogenik, Teratogenik, Mutagenik


Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang segi 6
berwarna putih pada dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka
panjang atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai
berikut:
1. Karsinogenik, yaitu penyebab sel kanker
2. Teratogenik, yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio
3. Mutagenik, yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genetika.
4. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesfik
5. Toksisitas terhadap sistem reproduksi
6. Gangguan saluran pernafasan

j. Sifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)

Gambar 10. Simbol bertekanan

10
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas
bertekanan, yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan / terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

D. Penggunaan dan Pembuangan Bahan dan Limbah Berbahaya


1. Penggunaan bahan berbahaya
a. Perencanaan dan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam
menggunakan B3 harus memperhatikan sebagai berikut :
1) Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap
2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dipasang di tempat yang mudah dijangkau
dan dilihat.
3) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus siap
4) Kondidi lingkungan kerja dan peralatan kerja harus layak pakai dan dinyatakan
aman oleh petugas berwenang
5) SPO yang lengkap dan jelas
6) MSDS harus lengkap sesuai dengan bahan kimia berbahaya yang digunakan
b. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan harus bekerja sesuai dengan
SPO
c. Bila selesai menggunakan B3 amankan dan bersihkan alat kerja, lingkungan kerja dan
wadah sisa B3 hingga aman
d. Lakukan P3K bila ada insiden dan lakukan penanganan lebih lanjut bila diperlukan

2. Pembuangan limbah bahan berbahaya


Limbah bahan berbahaya dibuang di tempat sampah sesuai denagn karakteristik atau sifat
bahan berbahaya. Adapun ketentua terkait pembuangan limbah bahan berbahaya diatur
dalam KMK nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit sebagai berikut :

Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya

11
E. Penanganan Tumpahan B3
Tumpahan pada area kerja harus dibersihkan karena dapat menimbulkan kecelakaan
akibat kontak dengan bahan tumpahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain :
 Keracunan akibat menghirup uap bahan tersebut
 Korosif
 Menimbulkan kebakaran dan ledakan jika bereaksi dengan bahan mudah terbakar

Ketentuan dalam menangani tumpahan B3 sebagai berikut :

1. Lokalisir area dengan memasang warning sign bila tumpahan meluas


2. Lihat cara penanganan B3 di MSDS untuk penanganan lebih jelas
3. Kelengkapan spill kit

12
Apabila terjadi tumpahan yang luar biasa lakukan penanganan denagn cara netralisasi.
Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan yang bersifat asam dan
larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa. Bahan yang paling umum digunakan
untuk keadaan darurat apabila terjadi tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur.
Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan air atau pembersih lainnya.
Untuk penanganan lebih jelas untuk masing – masing bahan dapat dilihat dalam MSDS.
Cara penanganan apabila terpapar langsung tumpahan B3 :
1. Membawa segera petugas yang terkontaminasi menuju sumber air terdekat.
2. Aliri bagian yang terkontaminasi dengan air sambil melepaskan pakaian yang menutupi
bagian yang terkontaminasi.
3. Bila terkena bagian mata, bersihkan mata dengan air mengalir atau air steril selama 15 – 20
menit.
4. Bila terhirup gas B3, segera cari udara segar di ruangan terbuka
5. Bila tertelan B3, minum air/susu dan paksa petugas untuk memuntahkannya
6. Bawa petugas ke UGD untuk penanganan lebih lanjut
7. Laporkan insiden ke Komite K3RS melalui kepala unit.

F. Pelaporan dan Investigasi Tumpahan B3


Sistem pelaporan dan investigasi bila terjadi kecelakaan akibat B3 merupakan bentuk
upaya penanggulangan terhadap bencana yang mengancam keselamatan. Pelaporan dilakukan
dengan cara mengisi formulir laporan insiden yang terjadi di unit pelayanan. Hasil pelaporan
diserahkan ke Komite K3RS untuk diinventarisasikan dan ditindaklanjuti.

Contoh List B3
No Simbol Nama Item
1 Beracun 1. Chloral hydrat
2. Formalin
3. Immersion oil
4. Potassium cyanide
5. Reagen esbach
13
2 Iritasi 1. Asam asetat 98% 9. benedict
2. Ammonia liq 21% 10. giemsa
3. Argenti nitrat 11. fuchsin
4. Phenol 12. stabimed
5. Resorchinol 13. glycerin
6. Barium chloride 14. asam sitrat
7. KOH
8. Fouchet

3 Mudah meledak 1. gas N2O


2. gas Oksigen

4 Mudah terbakar 1. asam asetat 98% 5. gentian violet


2. alcohol 96% 6. aceton
3. alcohol 70% 7. softaman
4. wash bensin 8. bratamed

5 Oksidator 1. Hidrogen peroksida


50%
2. Hidrogen peroksida
3%

6. Korosif 1. Developer
2. fixer

14
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan B3 dicatat dan didokumentasikan,


kemudian dievaluasi secara rutin yang selanjutnya digunakan sebagai bahan laporan.

Dokumentasi meliputi :

1. Kartu stok B3
2. Laporan insiden berkaitan dengan B3

Evaluasi dilakukan secara berkala terhadap :

1. Lemari terkunci
2. B3 disimpan di tempat terpisah
3. Daftar B3

15

Anda mungkin juga menyukai