Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOETIKA

BAYI TABUNG DAN TRANSPALANSI ORGAN

OLEH:

ADIT SIKOMANG 1603409022

MUSFIRA 1603409023

NILA ALFIONITA B 1603409026

SUCIATI 1603409031

RISAL 1603409036

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi tabung merupakan salah satu istilah kedokteran yang sangat populer
dikalangan pasangan suami-istri yang tidak dapat memperoleh anak secara alami.
Bayi tabung dalam dunia kedokteran lebih dikenal dengan istilah Fertilisasi In Vitro.
Fertilisasi In Vitro terdiri dari dua suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro. Ferilisasi
berarti pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria. In Vitro berarti diluar
tubuh. Dengan demikian Fertilisasi In Vitro merupakan proses pembuahan sel telur
wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia) yang terjadi
diluar tubuh (Permadi, 2008).
Program bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami-isteri yang
tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena adanya
kelainan pada tubanya, endometriosis (radang pada selaput lendir rahim),
oligospermia (sperma suami kurang baik), unexplained intertility (tidak dapat
diterangkan sebabnya) dan adanya faktor immunologic (faktor kekebalan). Program
bayi tabung mampu memberikan kebahagiaan bagi pasangan suami-istri yang telah
hidup bertahun-tahun dalam ikatan perkawinan yang sah yang ingin memiliki
keturunan.
Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung dalam
hukum waris dapat dikembangkan melalui beberapa metode penelitian yaitu jenis
bayi tabung yang dikembangkan di Indonesia adalah jenis bayi tabung yang
menggunakan sperma dan ovum berasal dari pasangan suami istri kemudian
embrionya ditransplantasikan dalam rahim istri. Metode berikutnya yaitu persoalan
lain yang muncul berkaitan dengan adanya tehnik bayi tabung (Fertilisasi In Vitro)
adalah fenomena ibu(surrogate mother) atau sering disebut rahim sewaan, dimana
sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri yang diproses dalam tabung lalu
dimasukkan kedalam rahim orang lain dan bukan kedalam rahim isteri. Metode ketiga
yaitu anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma

2
suami dan ovum dari isteri kemudian embrionya ditransplantasikan kedalam rahim
isteri dapat disamakan dengan anak kandung ( Sondakh, 2015).
Istilah lain yang lebih populer dalam dunia kedokteran selain bayi tabung
adalah transpalantasi organ tubuh. Transpalantasi organ tubuh adalah pemindahan
jaringan atau organ dari tempat yang satu ketempat lainnya. Hal ini terjadi dalam satu
individu atau dua individu (Djamil, 1995).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa perbedaan yang siginifikan antara bayi tabung dan transpalantasi
organ tubuh?
2. Bagaimana hukum agama dalam memandang adanya program bayi
tabung?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui perbedaan yang siginifikan antara bayi tabung dan
transpalantasi organ tubuh.
2. Mengetahui hukum agama dalam memandang adanya program bayi
tabung.

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui adanya perbedaan dan hukum agama tentang
bayi tabung dan transpalantasi organ tubuh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bayi Tabung
Bayi tabung lebih dikenal dengan istilah Fertilisasi In Vitro yang berarti
proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses
reproduksi manusia) yang terjadi diluar tubuh. Metode bayi tabung dapat dilakukan
dengan tujuh cara yaitu sebagai berikut:
1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri

3
2. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari isteri
kemudian ditanamkan kedalam rahim istri
3. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor
kemudian ditanamkan kedalam rahim istri
4. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor
kemudian ditambahkan kedalam rahim istri
5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor
kemudian ditanamkan kedalam rahim isteri
6. Sel sperma dari suami, sel telur (ovum) berasal dari isteri kemudian
ditanamkan kedalam rahim wanita lain (rahim sewaan)
7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan kedalam rahim istri lainnya.
Program Fertilsasi In Vitro (bayi tabung) masih belum memiliki kedudukan
hukum seperti yang diatur dalam KUH Perdata UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan dan kompilasi hukum Islam. Ketiga aturan tersebut tidak ada suatu
ketentuan yang mengatur secara tegas tentang kedudukan anak yang dilahirkan
melalui proses bayi tabung yang spermanya berasal dari donor dan ovumnya berasal
dari istri kemudian embrionya ditanamkan kedalam rahim istri maupun yang
menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri kemudian embrionya
ditanamkan kerahim sewaan (surrogate mother) yang ada hanyalah mengatur tentang
pengertian anak sah, pengesahan anak luar kawin dan pengakuan terhadap anak luar
kawin.
Syarat-syarat pelaksanaan bayi tabung di Indonesia yaitu:
1. Istri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba)
2. Lendir leher rahim isteri yang tidak normal
3. Adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat antiterhadap sperma
didalam tubuh
4. Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur
5. Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endometriosis
6. Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia)
7. Tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility)
Prosedur bayi tabung terdiri dari beberapa tahapan yaitu
1) Tahap pertama yaitu pengobatan merangnsang indung telur
Tahap ini isteri diberi obat yang merangsang indung telur sehingga dapat
mengeluarkan banyak ovum dan cara ini berbeda dengan cara biasa, setiap siklus haid

4
hanya satu ovum yang berkembang. Obat yang diberikan kepada isteri dapat berupa
obat makan atau obat suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru
dihentikan setelah ternyata sel-sel telurnya matang. Pematangan sel-sel telur dipantau
setiap hari dengan pemeriksaan darah isteri, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Ada kalanya indung telur gagal bereaksi terhadap obat itu. Apabila demikian,
pasangan suami-isteri masih dapat mengikuti program bayi pada kesempatan yang
lain, mungkin dengan obat atau dosis obat yang berlainan.
2) Tahap kedua yaitu Pengambilan sel telur.
Apabila sel telur isteri sudah banyak, maka dilakukan pengambilan sel
telur yang akan dilakukan dengan suntikan lewat vagina di bawah bimbingan USG.
3) Tahap ketiga yaitu Pembuahan atau fertilisasi sel telur.
Setelah berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, suami diminta
mengeluarkan sendiri sperma. Sperma akan diproses, sehingga sel-sel sperma suami
yang baik saja yang akan dipertemukan dengan selsel telur isteri dalam tabung gelas
di laboratorium. Sel-sel telur isteri dan sel-sel sperma suami yang sudah
dipertemukan itu kemudian dibiak dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya
dilakukan 18-20 jam kemudian. Pada pemantauan keesokan harinya diharapkan
sudah terjadi pembelahan sel.
4) Tahap keempat yaitu Pemindahan embrio. Kalau terjadi fertilisasi
sebuah sel telur dengan sebuah sperma, maka terciptalah hasil pembuahan yang akan
membelah menjadi beberapa sel, yang disebut embrio. Embrio ini akan dipindahkan
melalui vagina ke dalam rongga -rahim ibunya 2-3 hari.
5) Tahap kelima yaitu Pengamatan terjadinya kehamilan.
Setelah implantasi embrio, maka tinggal menunggu apakah akan
kehamilan terjadi. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid,
maka dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya kehamilan.
Kehamilan baru dipastikan dengan pemeriksaan USG seminggu kemudian. Apabila
semua tahapan itu sudah dilakukan oleh isteri dan ternyata terjadi kehamilan, maka
kita hanya menunggu proses kelahirannya, yang memerlukan waktu 9 bulan 10 hari.

5
Pada saat kehamilan itu sang isteri tidak diperkenankan untuk bekerja berat, karena
dikhawatirkan terjadi keguguran.

2.2 Transpalantasi Organ Tubuh


Transpalantasi organ tubuh memiliki pengertian yaitu pemindahan organ-
organ atau jaringan dari tubuh yang satu ketubuh yang lainnya dalam rangka
pengobatan atau penyempurnaan kondisi sebelumnya. Pengertian transpalantasi
memiliki beberapa macam pengertian diantaranya:
1. Pencangkokan atau transpalantasi diartikan sebagai pemindahan jaringan
atau organ dari tempat yang satu ketempat lainnya.
2. Transpalantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain
dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
3. Transpalantasi (trans + L.plantare menanam) berarti penanaman jaringan
yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu lain. Adapun
transplant berarti (1) Mentransfer jaringan dari satu bagian ke bagian lain,
(2) Organ atau jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam didaerah
lain pada badan yang sama atau keindividu lain
4. Transpalantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ
dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik
Persyaratan medis yang harus dipenuhi untuk melakukan donor organ antara
lain memiliki DNA, golongan darah, jenis antigen yang cocok antara donor dan
resipien, tidak terjadi reaksi penolakan secara antigen dan antibodi oleh resipien,
harus dipastikan apakah sirkulasi, perfusi dan metabolisme organ masih berjalan
dengan baik dan belum mengalamai kematian (nekrosis). Adapun hal yang mendasari
transplantasi yaitu eksplantasi dan implantasi. Eksplantasi adalah usaha
mengeluarkan atau mengambil jaringan atau organ dari donor yang masih hidup
ataupun yang sudah meninggal. Sedangkan implantasi adalah usaha penempatan
organ atau jaringan yang telah diambil dari tubuh donor untuk ditempatkan pada
tubuh pendonor itu sendiri atau ditempatkan pada tubuh resipient lain.

6
Hal penting yang menunjang keberhasilan transpalantsi yaitu adaptasi donor.
Adaptasi donasi adalah usaha serta kemampuan pendonor hidup untuk menyesuaikan
diri dengan kekurangan jaringan organnya secara psikis maupun biologis dan adaptasi
resipien adalah usaha atau kemampuan tubuh resipien untuk dapat menerima atau
menolak organ atau jaringan yang baru pada tubuhnya untuk mengobati organ tubuh
yang sudah tidak berfungsi lagi dengan baik.
Macam-macam transpalantasi organ tubuh dilihat dari sudut penerima organ
adalah sebagai berikut:
1. Autotranspalantasi yaitu pemindahan organ atau jaringan pada tempat
yang lain dari tubuh orang itu sendiri. Misalnya seseorang yang dioperasi
pipinya diambilkan daging dari bagian tubuhnya yang lain dari badannya
sendiri.
2. Homotranspantasi yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari tubuh
yang satu ketubuh yang lain, atau dari individu keindividu yang sama
jenisnya. Misalnya manusia untuk manusia dan hewan untuk hewan.
3. Heterotranplantasi yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari dua
jenis individu yang berbeda misalnya dari hewan ke tubuh manusia.
Macam transpalantasi dilihat dari jenisnya yaitu:
1. Transpalantsi jaringan misalnya pencangkokan cornea mata atau
menambal bibir sumbing.
2. Transpalantasi organ seperti jantung, hati dan ginjal.
Tujuan dari transpalantasi yaitu upaya medis untuk menggantikan organ atau
jaringan yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.

2.3 Hukum Agama dalam Memandang Sistem Bayi Tabung


Persoalan tentang bayi tabung menimbulkan beberapa perbedaan pendapat
baik dibidang agama maupun hukum. Timbulnya persoalan dibidang agama
disebabkan karena didalam berbagai agama tidak dikenal anak yang dihasilkan dari
tehnik bayi tabung tetapi dikenal adalah anak yang dihasilkan dari hubungan badani
antara pasangan suami isteri. Sehingga para tokoh atau pemimpin agama harus
mencari dan menemukanna didalam kitab suci alquran tentang hal-hal yang memilii
keasamaan tersebut. Sedangkan dipersoalan dibidang hukum timbul disebabkan
karena peraturan undang-undang yang mengatur tentang kedudukan hukum anak
yang dilahirkan secara bayi tabung belum ada.

7
Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung:
1. Kedudukan hukum anak yang dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung Yang
Menggunakan Sperma Suami Bahwa hukum yang mengatur tentang bayi tabung di
Indonesia belum ada, sedangkan hukum positif yang mengatur tentang status hukum
anak, apakah itu anak sah maupun anak luar kawin diatur di dalam KUH Perdata dan
UU Nomor 1 Tahun 1974. Di dalam Pasal 250 KUH Perdata diatur tentang pengertian
anak sah yakni tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang
perkawinan, memperoleh si suami sebagai bapaknya. Selanjutnya dalam Pasal 42 UU
Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa "Anak sah adalah anak yang dilahirkan
dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah". Pada prinsipnya ketiga
pendapat dan pandangan di atas menyetujui penggunaan teknik bayi tabung yang
menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri kemudian embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri dan kedudukan yuridis anak tersebut adalah
sebagai anak sah. Anak sah mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak
yang dilahirkan secara alami.
2. Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung Yang
Menggunakan Sperma Donor Masalah anak sah diatur di dalam Pasal 250 KUH
Perdata dan Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974. Pasal 250 KUH Perdata berbunyi:
"Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan,
memperoleh si suami sebagai bapaknya". Selanjutnya Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun
1974 berbunyi "Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah". Apabila kita menggunakan Pasal ini dalam menentukan status
hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma
donor, maka jelaslah bahwa anak itu dikatakan sebagai anak sah. Oleh karena
dikandung dan dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang sah. $edangkan rasio yang
hakiki dari pengertian anak sah, adalah bahwa (1) sperma dan ovum dari pasangan
suamiisteri, (2) anak itu dilahirkan oleh isteri, (3) orang tua anak itu terikat dalam
perkawinan yang sah. Tetapi penulis lebih menyetujui penerapan Pasal 285 KUH
Perdata dalam menentukan status hukum anak yang dilahirkan melalui teknik bayi
tabung yang menggunakan sperma donor, oleh karena anak itu dibenihkan oleh orang
lain, lalu diakui oleh pasangan suami-isteri tersebut.

8
3. Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung Yang
Menggunakan Surrogate Mother Hukum positif yang mengatur tentang surrogate
mother secara khusus di Indonesia belum ada, namun apabila kita menggunakan cara
berpikir argumentum a contrario, maka kita dapat menerapkan Pasal 1548 KUH
Perdata, Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1338 KUH Perdata. Pasal 1548 KUH
Perdata berbunyi: Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya kepada pihak lainnya kenikmatan suatu barang, selama
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, dan pihak yang tersebut
belakangan disanggupi pembayarannya.
Hukum agama dalam memandang kehadiran bayi tabung menyatakan dua
pendapat yaitu:
1. Hukumnya haram apabila sperma dan ovumnya tidak berasal dari
pasangan suami-isteri yang sah sebab menurut fatwa MUI hal tersebut
sama halnya dengan status hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang tidak sah (zina)
2. Hukumnya mubah (boleh) apabila bayi tabung berasal dari sperma dan
ovum dari pasangan suami-isteri yang sah sebab ini termasuk ikhtiar atau
usaha yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.

BAB III

9
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Bayi tabung lebih dikenal dengan istilah Fertilisasi In Vitro yang berarti
proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses
reproduksi manusia) yang terjadi diluar tubuh sedangkan transpalantasi organ tubuh
adalah pemindahan organ-organ atau jaringan dari tubuh yang satu ketubuh yang
lainnya dalam rangka pengobatan atau penyempurnaan kondisi sebelumnya.
Hukum agama dalam memandang pengadaan bayi tabung adalah dua
pendapat yaitu haram dan mubah dengan alasan tertentu.

3.2 Saran
Perlu pengembangan mengenai kajian hukum lebih lanjut tentang bayi tabung
semisal pembahasan hukum waris bayi tabung dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Djamil, F., 2001. Metod Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Logos Publishing
House. Hal. 112. Jakarta.

Permadi, W., 2008. Hanya 7 Hari Memahami Ferilisasi In Vitro. PT Refika Aditama.
Bandung.

Sondakh, R., H., 2015. Aspek Hukum Bayi Tabung di Indonesia. Jurnal Lex
Administratum Vol III /No.1.

10

Anda mungkin juga menyukai