Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pemeriksaan Penunjang Ibu Bersalin (Kardiotokografi)


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Keperawatan Maternitas ”

Oleh:
Kelompok 3
1. Dian Rahayu (G2A218021)
2. Danang Oktavianto P (G2A218022)
3. Anugrah Wismanti P (G2A218023)
4. Tria Hani Farhani (G2A218024)
5. Sekar Novia R (G2A218025)
6. Melisa Afiana (G2A218026)
7. Desy Dwi N A (G2A218027)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema Pemeriksaan Penunjang
pada Ibu Bersalin (Cardiotokografi).
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas
kelompok mata kuliah Maternitas Program Studi S1 Keperawatan Lintas Jalur
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari pihak-pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan
yang dihrapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada dosen Maternitas
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Saran dan kritik sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan
makalah berikutnya . kami harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu
manfaat bagi kita semua dan memiliki nilai ilmu pengetahuan.

Semarang, 1 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Lembar sampul ..............................................................................................i
Kata pengantar .............................................................................................ii
Daftar isi .........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................1

BAB II Pembahasan ......................................................................................3


A. Pengertian Kardiofotografi.....................................................................3
B. Indikasi Kardiofotografi....................................................................... 3
C. Syarat pemeriksaan Kardiofotografi ................................................. .4
D. Kontraindikasi Kardiofotografi.......................................................... ..5
E. Persiapan pasien Kardiofotografi...........................................................5
F. Cara melakukan pemeriksaan Kardiofotografi......................................6
G. Cara membaca hasil kardiofotografi ....................................................6

BAB III Penutup ............................................................................................10


A. Simpulan ............................................................................................10
B. Saran...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11

iii
BAB I

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang
disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain
dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada
dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan
yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan
tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan
tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya
berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan
pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun
bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan
berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga
dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam
menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan
dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko
tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang
aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan
kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir
rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian cardiotokografi?
2. Apakah indikasi dan kontra indikasi cardiotokografi?
3. Apakah persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan cardiotokografi?
4. Apakah cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi?
5. Apakah manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam kehamilan dan

persalinan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian cardiotokografi
2. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontra indikasi
cardiotokografi
3. Mengetahui dan memahami persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan
cardiotokografi
4. Mengetahui dan memahami cara menginterpretasi hasil pemeriksaan
cardiotokografi
5. Mengetahui dan memahami manfaat pemeriksaan cardiotokografi
dalam kehamilan dan persalinan

2
BAB II

A. Pengertian
Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat elektronik yang dapat
dipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melalui penilaian
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam waktu
bersamaan. Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan oksigen dan
pertumbuhan janin yang baik, kesehatan ibu, dan volume cairan amnio
yang cukup.
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara
normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan
pada usia kandungan minimal 26-28 minggu atau kapanpun sesaui dengan
kondisi bayi.
Dalam kardiotokografi terdapat 3 hal yang dicatat :
1. Denyut jantung janin
2. Kontraksi rahim
3. Gerakan janin

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (DJJ) dalam


hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang
bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Sebaliknya bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan hendaknya
diulangi dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST
(Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam
bahaya, walu begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
B. Indikasi
Pemeriksaan kardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan
resiko tinggi, dalam indikasinya terdiri dari :
1. Ibu
a. Pre-eklampsia-eklampsia
b. Ketuban oecah
c. Diabetes mellitus
d. Kehamilan> 40 minggu

3
e. Vitium cordis
f. Asthma bronkhiale
g. Inkompatibilitas rhesus atau ABO
h. Infeksi TORCH
i. Bekas SC
j. Induksi atau alselerasi persalinan
k. Persalinan preterm
l. Hipotensi
m. Perdarahan antepartum
n. Ibu perokok
o. Ibu usia lanjut
p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit tiroid
2. Janin
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, brakikardi, atau takikardi janin
e. Hidropd fetalis
f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar
g. Mekineum dalam cairan ketuban
h. Riwayat lahir mati
i. Kehamilan ganda
j. Dll
C. Syarat pemeriksaan kardiotokografi
1. Usia kehamilan > 28 minggu
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien ( secara lisan)
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui

D. Kontra Indikasi Kardiotokografi


Sampa saat ini belum ditemukan kontra indikasi pemeriksaan
kardiotokografi terhadap ibu maupun janin

E. Persiapan Pasien
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi,
cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat.
Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pasien (cukup persetujuan lisan).
2. Kosongkan kandung kencing.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter
atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter /
menit.

4
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punctum maksimum DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan
segera setelah kontraksi berakhir..
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa
bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan
bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
9. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
12. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah
sakit).
13. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali alat pada tempatnya.
14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung
jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi
komputer secara lengkap kepada dokter.

F. Cara melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan
tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang kardio dan tokodinamometer
4. Frekuensi jantung janin dicatat
5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30
menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan
dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan
dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil
NST secara individual

5
G. Cara membaca
Pembacaan hasil
1. Reaktif, bila :
a. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan
atau lebih dalam 20 menit
d. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST
yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan
diulang 1 minggu kemudian
e. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang
tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
2. Tidak reaktif, bila :
a. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
b. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan
rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar
yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat
diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol,
penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-
obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas
tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
3. Sinusoidal, bila :
a. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
b. Tidak ada gerakan janin
c. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-
paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada
keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya
diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan
CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu
dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin

6
diperlukan.
Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun
non reaktif) apabila ditemukan :
a. Bradikardi
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90
dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan
bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila
janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang
masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar
90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian.
Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM,
perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak
menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1
minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1
minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang
rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan
CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang
lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai
parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi
kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut
(dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
Saat persalinan
a. Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta
janin, hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
b. Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada
persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan
kardiotokografi
c. Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea
,dilakukan bila terdapat :
 Deselarasi lambat berulang
 Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)

7
 Pewarnaan mekonium
 Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )
 Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi,
partus > 18 jam)

BAB III

A. Kesimpulan
Pemeriksaan dipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melalui
penilaian denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam
waktu bersamaan. Pemeriksaan kardiotokografi biasanya dilakukan pada
kehamilan resiko tinggi baik ibu maupun Janin dengan resiko penyertanya.
pemeriksaan kardiotokografi Usia kehamilan > 28 minggu, Ada persetujuan
tindak medik dari pasien ( secara lisan). hingga saat ini belum ditemukan

8
kontra indikasi pemeriksaan kardiotokografi terhadap ibu maupun janin.
persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur tindakan
yang telah ditetapkan.
Pembacaan hasil diedakan menjadi 3 dengan hasil Reaktif, Tidak reaktif,
Sinusoidal bila ditemukan hasil sesuai ketiga kategori. Hasil pemeriksaan
CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan,
Bradikardi, Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90
dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.

B. Saran

Semoga makalah kami dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca


khususnya perawat. makalah dapat menambah pengetahuan tentang
pemeriksaan Kardiofotografi ini kemudian mampu mengaplikasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011), KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi, Nuha


Medika, Yogyakarta,
Jee, Lofever, J, ( 1997 ), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik,
Edisi 6, EGC, Jakarta.
http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html

Anda mungkin juga menyukai