Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri

Dalam menyelesaikan studi Diploma Tiga (D3), mahasiswa Jurusan Teknik

Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang harus memenuhi

berbagai persyaratan dan salah satu diantaranya adalah melaksanakan Praktek

Lapangan Industri (PLI). Pengalaman Lapangan Industri adalah salah satu mata

kuliah keahlian yang terdapat dalam bidang studi jenjang Diploma Tiga (D3),

Diploma Empat (D4), Strata Satu (S1).

Secara umum Praktek Lapangan Industri (PLI) bertujuan memenuhi salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi Diploma Tiga (D3) Jurusan

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, membekali

mahasiswa dengan ilmu lapangan dengan cara ikut terlibat langsung dalam

kegiatan suatu perusahaan / industri, memupuk sikap dan perilaku mahasiswa

dalam dunia kerja sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja,

menjalin hubungan yang baik antara Universitas dengan Perusahaan agar

terciptanya suatu kerja sama yang saling membutuhkan dan menguntungkan,

serta mampu membahas suatu masalah atau persoalan yang ditemui di lapangan.

Dalam pengalaman lapangan industri ini, mahasiswa diharapkan

mendapatkan gambaran dalam penerapan ilmu penambangan dan pengalaman

lapangan industri ini dapat menjadi bekal bagi mahasiswa untuk terjun langsung

1
2

ke dunia kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang telah didapatkan di Jurusan

Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.

Untuk melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri yang dimaksud di

atas, maka penulis memilih untuk mengamati dan mempelajari aktifitas

penambangan batubara di PT. Asmin Bara Bronang sebagai tempat

melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri yang berlokasi di

1. Tujuan Pelaksanaan PLI

Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktek Lapangan Industri

(PLI) ini sebagai berikut :

a. Mengetahui kegiatan penambangan di PT. Asmin Bara Bronang

b. Mengamati apakah kegiatan penambangan sesuai dengan Standart

Operating Procedur (SOP) yang ada.

c. Meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri penulis dalam

memasuki dunia kerja nantinya.

d. Mengaplikasikan ilmu yang sudah penulis peroleh selama di bangku

perkuliahan dan pada saat di dunia kerja.

e. Melihat, mengamati, dan mempraktekkan secara langsung berbagai

kegiatan penambangan yang dilaksanakan oleh perusahaan.

f. Membentuk kepribadian yang mampu menghadapi tantangan di masa

mendatang dengan penuh tanggung jawab.

g. Menyusun sebuah laporan sebagai syarat untuk melengkapi kegiatan

PLI.
3

2. Manfaat Pelaksanaan PLI

Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan Praktek Lapangan Industri

(PLI) ini sebagai berikut :

a. Mengukur seberapa besar penguasaan ilmu pengetahuan yang diperoleh

penulis selama kuliah dengan tuntutan dan kebutuhan dunia industri.

b. Memberikan pemahaman empiris tentang dunia industri secara umum

dan segala hal.

c. Tumbuhnya rasa kedisiplinan yang tinggi bagi penulis dalam berbagai

aspek.

d. Mempersiapkan diri sebelum terlibat langsung dalam dunia industri

melalui aktifitas dan pemahaman yang di temukan di industri.

3. Tempat Pelaksanaan PLI

Adapun tempat pelaksanaan PLI adalah:

Nama Perusahaan : PT. Asmin Bara Bronang

Alamat Perusahaan : JAB PT. Asmin Bara Bronang, Km. 68, Sepan

Uring Desa Bronang, Kecamatan Kapuas

Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan

Tengah

B. Deskripsi Perusahaan
4

1. Sejarah Perusahaan

2. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja di PT. Asmin Bara Bronang dapat dilihat pada

tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja

No Tenaga Kerja Jumlah Orang

1 Direktur 4

2 Kepala Teknik Tambang 1

3 Administrasi 14

4 Pengawas Tambang 60

6 Operator dan Helper 53

7 Security 75

Total 207

(Sumber: PT. Asmin Bara Bronang, 2019)

3. Struktur Organisasi

Struktur organsasi merupakan rangkaian dari hubungan yang

menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai tujuan. Secara fisik,

struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk bagian yang


5

memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan garis kewenangan yang

ada.(Dilihat pada lampiran A)

4. Jam Kerja

Jam kerja penambangan pada PT. Asmin Bara Bronang adalah

sebagai berikut (Tabel 2.) :

Tabel 2. Jadwal Jam Kerja PT. Asin Bara Bronang

Pukul Kegiatan

07.00−11.30 Operasi penambangan

11.30−13.00 Istirahat

13.00−17.00 Operasi penambangan lanjutan

5. Deskripsi Kegiatan Industri

1. Keadaan Umum Daerah Kuasa Pertambangan

a. Wilayah PKP2B

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara


(PKP2B) PT. Asmin Bara Bronang ditandatangani pada tanggal 31
Mei 1999 dengan luas area 86.240 hektar. Setelah menyelesaikan
tahapan Penyelidikan Umum selama 1 (satu) tahun luas area diciutkan
menjadi 66.190 Ha.
6

Izin untuk melanjutkan kegiatan ke tahapan Eksplorasi dari


Dirjen Pertambangan Umum diperoleh pada tanggal 16 November
2000, berdasarkan pada surat keputusan No : 679.k/20.01/DJP/2000
yang berlaku surut sampai dengan tanggal 31 Oktober 2003 untuk
masa periode 3 tahun. Perpanjangan tahap 1, berdasarkan keputusan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No :
010.K/40.00/MEM/2004 dan berlaku sampai tanggal 30 Oktober 2004.

Permulaan dan Perpanjangan Tahap Kegiatan Kajian


Kelayakan dimulai dengan dikeluarkannya SK Menteri ESDM No.
220.K/40.00/DJB/2006 pada tanggal 19 Juli 2006.

Pada tanggal 10 Mei 2001, Badan Planologi Kehutanan


mengeluarkan izin untuk melakukan kegiatan eksplorasi di kawasan
hutan. Izin yang diberikan meliputi kawasan Hutan Produksi Tetap
seluas 17.161 Ha, sedangkan area HPHT PT. Perintis Adiwana seluas
12.092 Ha harus mendapat izin terlebih dahulu dari perusahaan yang
bersangkutan. Izin ini hanya berlaku untuk periode satu tahun yang
berlaku mulai 10 Mei 2001 s/d 10 Mei 2002. Pada bulan Juni PT.
Asmin Bara Bronang memberikan laporan tertulis ke Badan Planologi
Kehutanan untuk perpanjangan izin. Badan Planologi Kehutanan
kemudian telah memberikan perpanjangan izin sampai 12 September
2003 dengan surat bernomor:687/VII-KP/2002. Pada awal tahun 2006
PT. Dasa Intiga memberikan izin kepada PT. ABB untuk melakukan
kegiatan eksplorasi di wilayah HPH dan HPTI.
7

Gambar 1.2 Peta Lokasi PKP2B PT. Asmin Bara Bronang.


8

Dengan dimulainya masa Kajian Kelayakan, maka kegiatan


eksplorasi detil diarahkan untuk menentukan daerah yang akan
dijadikan area tambang pertama atau FMA (First Mining Area).
Penentuan daerah FMA ini didasarkan pada kuantitas dan kualitas
batubara yang ada di daerah tersebut. Disamping itu dari sisi teknis
penambangan dan keekonomian cukup layak untuk dilakukan
penambangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas , ditentukan dua daerah yang


terletak di Blok Mamput dan dinamakan FMA sektor 1 dengan luas
430 hektar dan FMA sektor 2 dengan luas areal 174 ha.

b. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Wilayah PKP2B PT. Asmin Bara Bronang terletak pada bagian

utara Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dengan luas wilayah

11.895 Ha yang sesuai dengan Surat Keputusan Menteri ESDM

No.362.K/30.01/DJB/2008 tanggal 31 Juli 2008.

Secara geografis wilayah izin usaha pertambangan PT. Asmin

Bara Bronang mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Murung Jaya

 Sebelah Timur : Kabupaten Barito Utara

 Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisang

 Sebelah Barat : Kabupaten Gunung Mas

Untuk mencapai lokasi PT. Asmin Bara Bronang, dari


9

Palangkaraya dapat ditempuh dengan mengambil jalan poros

Palangkaraya-Buntok sampai di daerah Timpah ditempuh selama 3

jam perjalanan darat dengan kendaraan roda empat melalui jalan aspal

sampai pada daerah Timpah, setelah melewati Timpah dilanjutkan

dengan perjalanan ke Dusun Mamput PT. Asmin Bara Bronang selama

3 jam jalan darat dengan kondisi jalan tanah.

Sedangkan secara geografis wilayah PT. Asmin Bara Bronang

terletak pada koordinat sebagai berikut:

c. Geologi dan Keadaan Endapan

Kegiatan eksplorasi di daerah PKP2B, PT. Asmin Bara Bronang,


dimulai dengan pemetaan singkapan baik singkapan batubara maupun
non batubara, serta pengambilan conto batubara untuk keperluan
analisa kualitas.

Tujuan dari pemetaan geologi ini adalah untuk mengetahui pola


penyebaran formasi pembawa lapisan batubara. Dimana berdasarkan
peta geologi regional lembar Buntok dan Muara Teweh yang disusun
oleh Supriatna. S tahun 1995 dari P3G Bandung, didaerah ini terdapat
dua formasi pembawa lapisan batuan yaitu Tanjung dan Purukcahu.

Hasil dari pemetaan geologi ini digunakan untuk menentukan tahapan


pekerjaan selanjutnya pada setiap daerah. Berdasarkan pada
pengelompokan penyebaran lapisan batubara maka daerah Asmin Bara
10

Bronang dibagi menjadi 4 daerah prospek yaitu Bekanon, Merangun,


Mamput dan Buhut.

 Geologi Regional
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Muara Teweh PT. Asmin

Bara Bronang terletak pada cekungan Barito bagian utara. Cekungan

ini merupakan suatu cekungan intramontana yang terbentuk pada

zaman paleogen dibelakang paparan karbonat dalam bentuk palung-

palung kecil. Batuan sedimen yang terdapat dalam Cekungan Barito

ini telah banyak diselidiki oleh banyak ahli geologi, terutama tentang

kandungan endapan batubaranya dan disebutkan bahwa pengendapan

batubara terjadi sejak eosen sampai plistosen.

Secara regional daerah penelitian terdiri atas formasi berikut:

a. Formasi Purukcahu (Tomc), formasi ini terdapat di bagian

utara wilayah PT. Asmin Bara Bronang, yaitu di sekitar

kampung Bekanon ke arah selatan melalui Sungai Bekanon,

Sungai Mandoi, Sungai Musak dan ke arah timur di Sungai

Merangun. Lapisan batubara yang terkandung di dalam formasi

ini mempunyai ciri selang seling dengan batu lempung bewarna

hitam, kecoklatan dan bewarna kelabu tua, dari hasil

pengeboran dilakukan pada formasi ini bisa menemukan batuan

claystone, sandstone, coal yang punya sisipan karbon, dan


11

siltstone yang lebih dominan, di mana dari atas ke bawah

terjadi perubahan pelapukan dari sedang ke hampir

terlapukkan.

b. Komplek Busang (Ptrb), formasi ini berupa batuan

metasedimen, bewarna abu-abu kehijauan, gelap, keras, dan

terdaurkan. Dari hasil pengeboran dilakukan pada formasi ini

kita bisa menemukan batuan claystone, sandstone, coal,

siltstone dan ditemukan adanya instrusi dari batu andesit yang

diperkirakan berasal dari instrusi sintang.

c. Formasi Tanjung (Tet), formasi ini merupakan batuan tersier

tertua yang terdapat di daerah penyelidikan, tersusun oleh batu

pasir kuarsa, batu lumpur, batu lanau, dengan sisipan batubara

dan konglomerat. Penyebaran formasi ini terdapat dibagian

selatan daerah penyelidikan. Secara fisik batubara formasi

tanjung mempunyai penampakan bewarna hitam mengkilat,

keras, sebagian besar ditemukan lapisan pengotor (parting)

dalam lapisan batubara.

d. Intrusi Sintang (Toms), terdiri dari batuan beku andesit,

bewarna abu-abu sebagian telah terubah, tersingkap di Sungai

Kuatan.
12

 Struktur Geologi

Berdasarkan pola penyebaran lapisan batubara di areal First

Mining Area (FMA), yang menunjukkan pola yang tidak

teratur terutama di Sektor 1, maka dapat diinterpretasikan

bahwa pola tersebut dipengaruhi oleh adanya beberapa sesar di

daerah ini. Hal ini juga didukung dengan ditemukannya data

lapangan yang berupa kedudukan bidang perlapisan yang tidak

beraturan, perubahan kemiringan lapisan secara tiba-tiba.

Selain itu juga dapat dilihat dari perbedaan pola topografi yang

menyolok antara perbukitan dengan daerah yang relatif datar

dan terdapatnya punggungan berlereng curam yang

membentuk kelurusan.

 Geoteknik

Dari hasil pengamatan di lapangan dan test laboratorium


menunjukan batubara terletak diantara batuan lempung, lanau,
batupasir dan batupasir karbonan dengan prosentase seperti
pada gambar 3.4 dibawah ini :
13

Gambar 3.4 Prosentase Jenis Batuan Di Daerah FMA

Prosentase batuan dan kekuatannya hasil test laboratorium dan pengamatan pada core
seperti terlihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Nilai Strength Dari Setiap Jenis Batuan

Pelapukan terjadi pada permukaan sampai kedalaman 2 – 4 meter biasanya dicirikan


dengan warna coklat muda. Batupasir dan batulanau umumnya lebih keras dari
batulempung, disamping itu batuan di daerah ini lebih keras dibandingkan di daerah
ABJ. Disamping itu semakin dalam batuan semakin keras seperti yang ditunjukan
pada Gambar 3.5 dibawah ini :
14

Gambar 3.5 Tingkat Kekerasan Tiap Jenis Batuan

Semakin keras batuan dicirikan oleh semakin gelap warna penggabarannya.

Sifat slaking batuan di daeran ABB sangat rendah, dimana batupasir dan batulanau
tidak menunjukan perubahan atau pecah pada waktu direndam dengan air, sedangkan
batu lempung hanya ada sedikit perubahan.

Dari pengamatan pada core batuan, tidak banyak ditemukan rekahan, umumnya
hanya 2 rekahan per meter, seperti ditunjukan pada gambar 3.6 dibawah ini. Hal ini
tidak berlaku pada daerah di dekat zona sesar atau lapisan batubara.
15

Gambar 3.6 Intensitas Rekahan Pada Batuan Per-Kedalaman

Daerah FMA merupakan suatu antiklin dimana sektor 1 merupakan sayap bagian
baratlaut sedangkan sektor 2 sayap bagian tenggara. Struktur sesar geser, turun dan
naik banyak terdapat di sektor 1 sedangkan di sektor 2 sesar geser dan turun.

Di sektor 1 kemiringan lapisan berkisar antara 5 - 30º sedangkan di sektor 2 berkisar


antara 7 - 15º

Dari hasil pengkuran piezometer menunjukan muka air tanah di daerah FMA berkisar
antara 2 sampai 20 meter dibawah permukaan atau pada level RL 53 sampai RL 90
meter. Down hole permability test menunjukan batuan di daerah ini mempunyai sifat
permeabikitas yang rendah.

 Rencana Penambangan
Ada beberapa kajian yang dilakukan dalam kaitannya dengan perencanaan tambang
yaitu :

1. Pengupasan lapisan penutup


16

Dengan berpedoman pada persamaan yang dibuat oleh Franklin, hasil dari
UCS test dan pengamatan pada fracture dari hasil pemboran geoteknik,
maka batuan di daerah ABB (terutama blok Mamput dan Buhut) dapat
diklasifikasikan sebagai rippable atau dapat digaruk dengan single riper
dari dozer ukuran D 9 atau yang setingkat sampai kedalaman 40 meter
(lihat gambar 3.8). Dibawah kedalaman 40 meter batuan terlalu keras
untuk di ripping dan sebaiknya dilakukan peledakan untuk
pengupasannya.

2. Kestabilan lereng bawah atau Low Wall


Lereng bawah relatip stabil pada lapisan batuan yang mempunyai
kemiringan < 10º seperti yang ada pada bagian tengah dan barat sektor 1
FMA. Ketidak stabilan bisa terjadi pada lereng bawah dibagian timur dari
sektor 1 dan 2 dikarenakan banyak struktur patahan. Pada prinsipnya
lereng bawah akan mengikuti kemiringan dari lapisan batuan yang berada
dibawah lapisan batubara yang ditambang.

Lapisan batubara terletak diatas lapisan batulempung dengan ketebalan


sekitar 20 meter. Dengan skenario ini dibuat model kestabilan lereng
bawah yang hasilnya seperti pada gambar 3.9 dibawah ini :
17

Gambar 3.9 Kemiringan Lereng Bawah Terhadap Kecepatan


Penambangan

Dari gambar diatas menunjukan hubungan antara kecepatan penambangan


kemiringan lapisan batuan dan ketinggian lereng bawah. Semakin rendah
kemiringan lapisan maka ketinggian lereng bawah akan semakin besar.

Gambar diatas merupakan bentuk sederhana dari kestabilan lereng bawah


untuk digunakan sebagai panduan. Pada waktu penambangan diperlukan
pengamatan lebih intensip terutama posisi muka air tanah di bagian lereng
bawah.

Apabila posisi air tanah lebih tinggi dari pada dasar lubang tambang maka
harus dilakukan pemboran pada lereng bawah untuk mengurangi tekanan
air. Kedalaman lubang bor minimal 1/3 dari kedalaman lubang tambang
pada waktu dilakukan pemboran. Spasi dari lubang bor adalah setiap 20
meter sejajar dengan lereng bawah, dan setiap 5 – 10 meter pada
18

ketinggian lereng bawah. Setiap lubang sebaiknya dipasang PVC untuk


menghindari penyumbatan pada lubang bor.

Hindari pemotongan lereng bawah yang melebihi kemiringan lapisan atau


memotong bidang lapisan, misalnya untuk ramps, karena akan
menyebabkan ketidak stabilan.

3. Kestabilan lereng atas atau High Wall


Kestabilan lereng atas tergantung kepada mekanisme potensi longsoran yaitu :

1. Longsoran pada batuan


2. Longsoran sepanjang jalur struktur yang memotong lereng atas.

Analisa kestabilan dilakukan pada berbagai ketinggian dari lereng atas dan variasi
geoteknik, untuk mendapatkan suatu gambar grafik yang bisa diaplikasikan di area
tambang.

4. Aliran air bawah tanah.

d. Keadaan iklim pada daerah penyelidikan

Keadaan iklim tahunan di PT. Asmin Bara Bronang sama hal

nya di daerah lainnya di Kalimantan mempunyai dua musim, yaitu

musim hujan dan musim kemarau, dimana musim penghujan terjadi

pada bulan November sampai dengan Juni, sedangkan musim kemarau

pada bulan Juni sampai bulan Oktober. Pembagian waktu musim

kemarau atau hujan semakin tidak jelas dikarenakan jumlah hari hujan
19

juga tinggi dalam bulan kering dan ada kalanya musim hujan dapat

berlangung lebih panjang. Data curah hujan untuk tahun yang

dikeluarkan oleh Badan Meteorologi dan Geofiska Muara Teweh,

disajikan pada tabel

Dari tabel diatas terlihat hanya beberapa bulan saja curah hujan

berada dibawah 100 mm/bulan. Kondisi ini dikenal sebagai musim

kemarau dan biasanya terjadi antara bulan Juni sampai Oktober. Diluar

bulan tersebut curah hujan diatas 100 mm/bulan. Antara bulan

November sampai April biasanya puncak dari musim hujan dimana

curah hujan diatas 100 mm tiap bulan. Sehingga penjelasan diatas bisa

dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel Curah Hujan PT. Asmin Bara Bronang Tahun 2018

Curah
Bulan
Hujan
Jan 12,06452
Feb 13,54643
Mar 4,503226
Apr 10,80667
Mei 10,94839
Jun 2,14
Jul 7,345161
Agt 3,483871
Sep 5,323333
Okt 7,632258
Nov 18,53333
Des 13,17097
20

Grafik curah hujan PT. Asmin Bara Bronang Tahun 2018

20
Jan
18
Feb
16
Mar
14
12 Apr

10 Mei
8 Jun
6 Jul
4 Agt
2 Sep
0
Okt
Curah Hujan

e. Morfologi Daerah Kajian

Daerah PKP2B mempunyai morfologi perbukitan rendah sampai


sedang dengan ketinggian antara 56 meter sampai 150 meter di atas
permukaan laut, sebagian besar berupa hutan sekunder dan sebagian lahan
digunakan untuk berladang oleh penduduk setempat dan terbatas pada sekitar
aliran sungai. Pola aliran sungai daerah ini membentuk pohon (pola dendritik)
dengan Sungai Kuatan sebagai sungai utama dengan cabang-cabangnya antara
lain : S. Beriwit, S. Kenceng, S. Sereak, S. Tihan, S. Menjohan dan
sebagainya. Sungai Kuatan dengan anak-anak sungainya ini bermuara ke
Sungai Kapuas.
21

f. Sumberdaya dan Cadangan Batubara

 Kriteria Sumberdaya Batubara

Menurut SNI13-5014 1998 mengenai klasifikasi sumberdaya dan


cadangan batubara, pengertian dari sumberdaya batubara adalah bagian dari
endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya ini
dibagi berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif
oleh kondisi geologi atau tingkat kompleksitasnya dan secara kuantitatif oleh
jarak informasi.

Keyakinan geologi adalah tingkat kepercayaan tentang keberadaan


batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi geologi yang
meliputi ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batubara,
sebaran, struktur, ketebalan tanah penutup, kuantitas dan kualitasnya sesuai
dengan tingkat penyelidikan antara lain eksplorasi rinci, eksplorasi
pendahuluan dan prospeksi.
22

Tabel 3.12

Sumberdaya Batubara PT. ABB

Sumberdaya (ton)
Daerah
Terukur Tertunjuk Tereka

Sektor 1 21,067,300 3,021,600 -


FMA

Sektor 2 16,897,400 - -

Buhut 23,929,450 15,353,680

Mamput 8,549,222 6,302,106


NON FMA

TOTAL 37,964,700 35,500,272 21,655,786

Bakanon 86,472,934 54,597,794

Kp. Kotor 22,103,665 18,324,834

TOTAL 108,576,599 72,922,628

 Kriteria Cadangan Batubara

Sumberdaya dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan


kajian kelayakan dan dinyatakan layak.
23

Kajian Kelayakan adalah suatu kajian rinci terhadap semua aspek yang
bersifat teknis dan ekonomis dari suatu rencana proyek penambangan. Kajian
ini meliputi seluruh aspek ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran,
kebijakan pemerintah, peraturan, lingkungan dan sosial.

Tabel 3.13

Cadangan Batubara PT. Asmin Bara Bronang

Cadangan (ton)
Daerah
Terbukti Terkira SR

Sektor 1 15,586,200 2,176,500 4.92


FMA

Sektor 2 14,221,800 - 5.53

Buhut 6,707,707 5.00


NON FMA

Mamput 1,061,699 5.00

TOTAL 29,808,000 9,945,906

GRAND TOTAL 39,753,906

B. Perencanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Kegiatan yang akan dilakukan pada praktek ini akan dilaksakan pada 21

Januari 2019 s/d 7 Maret 2019 :

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Praktek Lapangan Industri


24

Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5

1 Orientasi Lapangan

2 Pengamatan Lapangan

3 Pengumpulan Data Lapangan

Penyusunan Laporan dan


4
Presentasi

C. Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Penulis melaksanakan praktek lapangan industri di PT. Asmin Bara

Bronang mulai tanggal 21 Januari sampai dengan 7 Maret 2019. Adapun kegiatan

Orientasi yang penulis lakukan selama praktek lapangan industri adalah secara

garis besar kegiatan ini merupakan pembekalan teori dan praktek tentang keadaan

perusahaan, induksi, dan perkenalan dengan semua karyawan PT. Asmin Bara

Bronang. Selama kegiatan orientasi berlangsung mahasiswa dipandu oleh Kepala

HRD.

1. Pengenalan Perusahaan

Pertama kali sampai di kantor PT. Asmin Bara Bronang di Kalimantan

Tengah, penulis diberikan pembekalan tentang kegiatan – kegiatan di

lapangan. PT. Asmin Bara Bronang terletak di Km. 68, Sepan Uring Desa
25

Bronang, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan

Tengah.

Mengamati Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan PT. Asmin Bara Bronang menggunakan

sistem penambangan Open Pit mining. Open Pit mining itu sendiri adalah

Tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan bahan galian

industri. Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan yang dilakukan di

Tambang PT. Asmin Bara Bronang secara umum menggunakan metoda

konvensional, dimana kegiatan pengupasan overburden dan penambangan

batubara menggunakan kombinasi alat-alat mekanis berupa alat gali muat dan

alat angkut. Lapisan tanah yang telah digali dibawa dan disimpan di tempat

penyimpanan sementara (disposal area). Adapun kegiatan-kegiatan yang

diikuti antara lain :

a. Mengamati Area Penambangan

b. Mengamati alat muat dan alat angkut dalam beroperasi

c. Mengamati bench dari pit tambang

d. Melihat sum tempat penampungan air asam tambang

e. Pergi ke stockpile batubara

f. Melihat proses crusing batubara

2. Pengambilan Data Untuk Laporan PLI

Pengambilan data dilakukan di Sektor X PT.Asmin Bara Bronang. Penulis

mengambil data yang meliputi; koordinat dari lereng, strike dan dip dari
26

bidang diskontiniutas, spasi antara bidang diskontinuitas, pelapukan dari

bidang diskontinuitas, dan kondisi air tanahnya.

Alat yang digunakan yaitu; kompas, meteran, GPS, palu geologi, dan cat

piloks.

3. Mengolah Data

Setelah mendapatkan data di lapangan penulis mengolah data dengan software

dips untuk mendapatkan tipe longsoran yang mungkin terjadi di salah satu

lereng sektor X PT. Asmin Bara Bronang.

4. Presentasi kepada Pihak Perusahaan

Sebelum selesai masa PLI, penulis mempresentasikan terlebih dahulu hasil

yang di dapat selama praktek. Presentasi di lakukan pada hari ...... tanggal .....

yang dihadiri oleh........

D. Temuan Menarik

a. Alat yang beroperasi terlalu banyak, sehingga kurang efisiennya kerja dari
tiap alat tersebut.
b. Terjadi perbedaan kualitas di dua sektor berbeda, padahal jarak dari sektor
tersebut dekat
c. PT. Asmin Bara Bronang mempunyai kualitas batubara yang veryhight
d. SOP yang kurang dipatuhi sehingga mengakibatkan bench yang tidak
sesuai dengan plan
27

.
Disana terlihat bahwa banyak bench yang tidak sesuai dengan plan.
Gambar tersebut menjelaskan yang warna ungu tersebut adalah plan untuk
bench, sedangkan yang bewarna hitam adalah aktual di lapangan saat ini.

Anda mungkin juga menyukai