KTI B.Indonesia
KTI B.Indonesia
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1. Asma bronkial
1
2. Asma kardial
2
2.2 etiologi
2.3 Manifestasi
Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme,
klasifikasi keparahan ekserbasi asma.
2.4 Patofisiologi
Asma akibat alegri bergantung kepada respon IgE yang di kendalikan
oleh linfosit T dan B serta di aktivkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE yang berikatan dengan sel mast sebagian besar alergen yang
mencetuskan asma bersikat air borne dan agar dapat menginduksi keadaan
sensitivitas,algen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode
waktu tertentu akan tetapi,sekali sensitifitas telah terjadi klien akan
memperlibatkan respon yang sangat baik sehingga sejumlah kecil alergen
yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode abot
asma adalah aspiri,bahan pewarna seperti kartazin,antagonis
beta,andrnegik, dan bahan sulfat. Klien yang sersitis terhadap aspiri
dapat di desentisasi dengan pemberian obat setiap hari setelah
3
menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk
terhadap agen anti inflamasi intrsoit lain. Mekanisme menyebabkan
bronkospasme karena pengunaan aspirin dan obat lain tiak di ketahui
tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leupotrien yang di
induksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis b-agrenerjik biasanya menyebabkan okstrusi jalan
nafas padaklien asma,sama halnya dengan klien lain dapat
menyebabkan peningktan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus
di hindari. Obat sulfat,seperti kalium metabisulfit dan sulfat klorida
yang secara luas digunakan oelh industri makanan dan farmasi sebagai
agen sanipasi serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
akut pada klien yang sensitif. Pajanan biasanya terjadi setelah menelan
makanan atau cairan yang mengandug senyawa ini,buah
segar,kentang,kerang, dan anggur.
2.5 penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanakan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.program
penatalaksanaan asama meliputi 7 komponen, yaitu: (perhimpunan dokter
paru indonesia, 2003).
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan
mortaliti. Edukasi tidak hanya di tujukan untuk penderita dan
keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti
pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan
atau asma,provesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring
asma oleh penderita sendiri mutlak di lakukan pada
penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor
antara lain:
4
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan
perubahan terapi.
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderota mengalami
perubhan pada asmanya.
c. Daya ingat(memori) dan motivasi penderita yang perlu di
review sehingga membantu penanganaan asma terutama
asama mandiri.
3. Identivikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk pengontrol penyakit
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu di
pertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma di tujukan untuk mengatasi dan mencegah
gejala obstruksi jalan nafas,terdiri atas pengontrol dan
pelega.
b. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang
kuat untuk terjadi kepatuhan yang efektif penatalakanaan
asma. Rencanakan pengobatan asma jangka panjang
sesuai kondisi penderita. Realistik/ memungkinkan bagi
penderita dengan maksud mengontrol asma. Bila
memungkinkan, ajklah perawat, farmasi, tenaga fisioterapi
pernafasan dll. Untuk membantu memberikan edukasi dan
penunjang keberhasilan pengobatan penderita.
Pelangi asma, monotoring keadaan asma secara mandiri :
Hijau : kondisi baik, asma terkontrol, Tidak ada /
minimal gejala
Kuning : berhati-hati asam tidak terkontrol, Dapat
terjadi serangan akut
Merah : berbahaya, Gejala asma terus menerus dan
membetasi aktivitas sehari hari
5
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana
pengobatan yang di sepakati dokter. Penderita secara tertulis bila
tetap tidak ada respons ,segera hubungi dokter atau rumah sakit.
Sedang: Terbaik:
Nebulasi agonis beta Darurat gawat/RS klinik
Jalan jarak jauh menimbulkan gaya
berbicara beberapa kata dalam satu -2 tiap 4 jam praktek puskesmas
napas
Alternatif:
Nadi 100-120
-agonis beta
APE 60-80% -2 subkutan
-aminfolin IV
-adrenalin 1/1000 0,3ml SK
Oksigen bila mungkin
kortikoster sistematik
Terbaik:
6
-agonis beta
-2 sk/IV
Nadi >120
Darurat
gawat/RS
ICU
Mengancam jiwa:
Kesadaran
berubah/menurun
7
Gelisah
Sianosis
Gagal nafas
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10