Anda di halaman 1dari 16

ASKEP DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri
2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan
3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri

1.3 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi
kelompok dan browsing internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Masalah Utama
Defisit perawatan diri

2.2 Proses Terjadinya Masalah


2.2.1 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartonah 2000).

2.2.2 Jenis–Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian
dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79).

2.2.3 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah :


1. Faktor Predisposisi
 Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yangkurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
 Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai,
mulut bau, penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa
hina.
3. Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak
teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.2.5 Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan

Harga diri rendah

2.2.6 Masalah Keperawatan


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri : mandi, berdandan
3. Isolasi sosial

2.2.7 Data yang Perlu Dikaji


1) Data Subyektif
Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau
memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2) Data Obyektif
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

2.2.8 Diagnosa Keperawatan


1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2) Defisit perawatan diri

2.2.9 Strategi Pelaksanaan


1) Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
 Data Sujektif
Klien mengatakan sudah mandi tapi tidak pakai sabun.
 Data Objektif
- Klien tampak kurang rapi
- Kumis tampak berserakan
- Rambut tidak rapi
- Baju belum diganti
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri : berdandan
3. Tujuan Umum : klien dapat mandiri dalam perawatan diri
Tujuan Khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri
 Klien mampu melakukan berhias / berdandan
4. Tindakan Keperawatan
 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
 Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari

2) Strategi Keperawatan
1. Fase Orientasi
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya ? Ayo siapa nama saya ? Bagus... Bagaimana keadaan
hari ini ? Nyenyak tidurnya tadi malam ?
2. Fase Kerja
Ibu sudah mandi, bagus... sudah ganti baju ? Tapi mandinya pakai sabun gak ? Sikat gigi gak ?
Menurut bapak kalau mandi itu harus bagaimana ? Apa untungnya mandi ? Kenapa kukunya
panjang ? Terus bajunya kenapa belum diganti ? Ibu mau jika saya ajak mengganti baju dan
memotong kuku ? Sekalian nanti saya ajarkan ibu cara mandi yang benar ya ? Kan ibu sudah
rajin mandi, nanti kalau udah masuk dalam jadwal ya... mari kita ganti baju dan potong kuku.
3. Fase Terminasi
 Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tadi ?
 Evaluasi Objektif
Coba ibu lakukan apa yang sudah kita pelajari tadi !
 Rencana Tindak Lanjut
Jadi nanti kalau saya tidak ada diruangan, ibu bisa melakukan apa yang sudah kita pelajari tadi,
dan jangan lupa memasukkannya dalam kegiatan harian ibu.
4. Kontrak yang akan datang
 Topik
Bagaimana kalau besok siang kita bertemu lagi untuk melatih kemampuan berdua yang ibu
miliki ?
 Waktu
Jam berapa kita akan bertemu ? Bagaimana kalau jam 11.00 wib ?
 Tempat
Bagaimana kalau diruangan ini saja bu ? Sampai bertemu besok ya bu...

2.2.9 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri.
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi :
1. Berikan salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.


Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian
tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi
minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi :
1. Motivasi klien untuk mandi.
2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara
memelihara kebersihan diri yang benar.
3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri,
seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat
gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.


Intervensi :
1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut,
menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.


Intervensi :
1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.


Intervensi :
1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami
di RS.
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri
klien.
5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu
mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Defisit Perawatan Diri (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK).


Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi :
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Diagnosa 3 : Isolasi Sosial


Tujuan Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan
waktu.
2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.


Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau
bergaul.
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang
muncul.
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain.
3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.


Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang


lain.
Intervensi :
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain.

2.2.9 Kasus
Klien Ny. R berumur 59 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa Bogor diantar oleh keluarganya.
Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman
dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan
badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam.
Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan ganti pakaian harus disuruh petugas.

A. Pengkajian
a) Identitas Klien
1) Nama klien : Ny. R
2) Umur : 59 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Alamat : Jl. Ir. Soekarno, Bogor, Jawa Barat

b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman
dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan
badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam.
Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan tidak pernah mau ganti pakaian.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien tidak mau mandi dan mengurus diri sejak
3 bulan yang lalu, semenjak terjadi peristiwa perselingkuhan antara
suaminya dan rekan kerja suaminya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa seperti ini.

. B. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS: Defisit perawatan diri : mandi, Penurunan Motivasi
Pasien mengatakan malas untuk mandi berdandan dan berpakaian
dan berdandan, merasa lebih nyaman
dengan kondisi seperti ini ( tidak mau
mandi).
Pasien mengatakan bila mandi rasanya
dingin dan badan kaku semua.
Pasien mengatakan malas mandi dan
berdandan sebab pasangan saya selingkuh
dengan orang lain, buat apa saya mandi
dan cantik.

DO:
Bila diminta mandi klien marah – marah.
Keadaan pasien tampak bau, kebutuhan
mandi pasien selalu dimandikan oleh
petugas dengan dimotivasi bahkan sambil
dipaksa.
Pasien tampak rambut acak-acakan dan
banyak kutu, kuku panjang dan hitam.
Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir
rambut dang anti pakaian harus disuruh
petugas.
C. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan

Harga diri rendah

. D. Diagnosa Keperawatan Utama


Defisit perawatan diri : mandi, berdandan dan berpakaian

E. Intervensi pada Kasus Utama


Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri : higiene.
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda tanda kebersihan diri
Tindakan :
1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda tanda bersih
1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.

2) Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri


Tindakan :
2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

3) Klien dapat menyebutkan manfaat higiene


Tindakan :
3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene
3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri
4) Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
Tindakan :
4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri : mandi 2x sehari (pagi
dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan
pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong
kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.
4.2. Beri reinforcement positif bila klien berhasil

5) Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal


Tindakan :
5. 1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri
5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal

6) Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri


Tindakan :
6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri
6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur

7) Klien mendapat dukungan keluarga


Tindakan :
7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui
pertemuan keluarga
7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

F. Catatan Perkembangan
Nama klien : Ny. R
Umur : 59 tahun
Ruangan : Utari

Catatan Perkembangan
No Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi / SOAP
1. Defisit perawatan diri SP 1
Jum’at, 15/3/2013 1. Menjelaskan S : saat ditanya, klien
Pukul 13.00 wib pentingnya kebersihan mengatakan tidak pernah mau
diri. mandi.
2. Membantu pasien O : - penampilan klien tidak
mempraktekkan cara rapi
menjaga kebersihan. - rambut acak-acakan
3. Menjelaskan cara - wajah kusam
menjaga kebersihan. - tercium bau badan
4. Menganjurkan klien A : - klien belum mampu
memasukkan dalam merawat diri
jadwal kegiatan harian. - klien belum terlalu
mengerti tentang
pentingnya merawat diri
P:
PK : menganjurkan klien untuk
menjaga kebersihan dirinya
PP : membantu klien cara
membersihkan dirinya

2. Pukul 13.45 wib 1. Mengevaluasi jadwal S : keluarga mengatakan


kegiatan harian klien. sebelum dan sesudah makan
2. Membantu klien klien tidak mau cuci tangan
mempraktekkan cara O : - tampak klien makan
makan yang baik. berserakan
3. Menganjurkan klien - klien tidak mencuci tangan
memasukkan dalam setelah makan
jadwal kegiatan harian. A : - SP I belum sepenuhnya
- klien belum mampu
melakukan SP II
P:
PK : praktekkan cara makan
yang baik
PP : membantu klien
mempraktekkan evaluasi

3. Sabtu, 16/3/2013 SP III S : saat ditanya seputar


Pukul 10.15 wib 1. Mengevaluasi jadwal BAB/BAK, klien
kegiatan harian pasien mengatakan melakukan pada
2. Menjelaskan cara tempatnya
eliminasi yang baik O : - klien sudah sedikit tampak
3. Membantu klien rapi
mempraktekkan cara - gigi klien masih kuning
eliminasi yang baik - BAB/BAK tertib, bersih
A : SP I, II, III, sudah mulai
mampu dilakukan
P : menganjurkan klien untuk
tetap melakukan SP I tanpa
mengabaikan SP II dan SP III

4. Defisit perawatan diri SP IV S : klien mengatakan tidak mau


Rabu, 20/03/2012 1. Mengevaluasi jadwal mandi dan sikat gigi
Pukul 12. 30 wib kegiatan harian klien O : - klien tampak lusuh
2. Menjelaskan cara - rambut terlihat acak
berdandan acakan
3. Membantu klien A : klien sudah mulai mampu
mempraktekkan cara melakukan SP I, II, III, IV
berdandan tetapi belum sepenuhnya
4. Menganjurkan klien P : - menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam memasukkan dalam jadwal
jadwal kegiatan harian harian
- berikan reinforment atas
usaha yang klien lakukan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

3.2 Saran
1) Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu
serta wawasan mengenai gangguan jiwa pada klien dengan defisitperawatan diri
dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
2) Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan
dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang
wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat
untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buru

Anda mungkin juga menyukai