masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan
penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian
ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar
lagi.
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA.
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting
karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap
2009).
1.3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-
organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas.
Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections
(ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung
selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia.(WHO)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian
yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu
terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran
dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan
2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian
merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9%
aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan
2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang
besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan
3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit
infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat
ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan
sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan
terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit
ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran
dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan
penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara
lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi
juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
2.3 Patofisiologi
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
3) Menjadi kronos.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah
terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah
rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih).
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan
sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan
susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
1) Demam
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda
2) Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
3) Anorexia
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
9) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
a. Biakan virus
b. Serologis
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta
b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien)
a. Inspeksi
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2.7 Penatalaksanaan
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
1. Upaya pencegahan
b. Immunisasi.
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
informasi.
BAB III
3.1 Pengkajian
2) Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak,
sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang
5) Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
3) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin
Intervensi :
pasien.
5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kurang informasi.
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
Intervensi :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik.
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
6) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
8) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
3.2 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
a. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7tahun
dan anak keduanya berusia 4tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu
selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan
makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga
mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang
lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang
mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala
asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik.
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40
x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C. Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS
untuk ditangani lebih lanjut.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Berikut ini hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
1. Indentitas klien
Nama : Selly
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan
2. Riwayat keperawatan
A) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung sembuh, demam,
menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah
bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare.
3. Koping keluarga
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.
5. Riwayat sosial
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan
aktif bermain dengan teman sebayanya.
6. Pemeriksaan fisik
Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare
Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya
Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan serta
tindakan yang akan dilakukan.
B. Diagnosa
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan diare
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
Tujuan keperawatan:
Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal
dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
- Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan
mudah.
- Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
- Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
menyerap keringat.
- Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
- Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
- Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan.
Diagnosa: Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan
diare
NOC :
- Menunjukkan berat badan yang meningkat
- Status nutrisi klien baik
- Nafsu makan klien meningkat dan tidak terjadi muntah
NIC :
- Memonitor nutrisi
- Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak
- Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Manajemen nutrisi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Yakinkan diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi serat guna mencegah konstipasi
- Perhatikan makanan menyeleksi makanan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor turgot kulit
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
NOC:
Klien mengetahui informasi tentang penyakit yang sedang diderita
NIC:
1. Berikan informasi tentang pengertian penyakit ISPA
2. Berikan informasi tentang penyebab terjadinya penyakit
3. Jelaskan tentang tanda dan gejala penyakit
4. Jelaskan tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit
D. Implementasi
Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Implementasi keperawatan:
Membantudalammemberikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan
sekret dengan mudah.
Menciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Menganjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
menyerap keringat.
Membantu dalam pemberian O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
Membantu dalam pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
Mengobservasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan.
Implementasi:
- Memonitor suhu sesering mungkin
- Memonitor warna kulit
- Memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi
- Memonitor penurunan tingkat kesadaran
- Memonitor intake dan ouput
- Membantu dalam pemberian antipiretik
- Membantu dalam pemberian pengobatan untik mengatasi penyebab demam
- Jika benar – benar diperlukan, membantu dalam pemberian kolaborasi cairan intravena
- Membantu dalam mengompres pasien
- Meningkatkan sirkulasi udara
- Memberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan
diare
Implementasi keperawatan:
- Memonitor nutrisi
- Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak
Manajemen nutrisi :
- Mengkaji adanya alergi makanan
- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
- Meyakinkan klien bahwa diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi serat guna
mencegah konstipasi
- Memperhatikan makanan dan menyeleksi makanan
- Memonitor mual dan muntah
- Memonitor turgot kulit
- Memonitor pertumbuhan dan perkembangan
E. Evaluasi
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Pola napas klien kembali efektif.
Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Dari hasil monitoring, suhu tubuh klien kembali normal, yaitu 37oC
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan diare
Risiko ketidakseimbangan nutrisi teratasi, nutrisi klien terpenuhi dan seimbang antara output
dan input
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
Klien mengetahui informasi tentang ISPA dan penyakit yang sedang diderita
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
http://arinawahyusrinaningsih.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-infeksi-
saluran.html
http://askep-poltekesjyp.blogspot.com/2013/08/askep-anak-dengan-ispa.html
http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak.html