Anda di halaman 1dari 24

BAB I

KONSEP DASAR TEORI

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan

masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan

penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian

ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar

lagi.

Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.

Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA.

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting

karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,

2009).

1.2 Tujuan penulisan

Untuk memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Pada anak dengan

ISPA kepada pembaca.

1.3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Penyakit

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,

pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas

dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel

& Ian Roberts; 1990; 450).

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi

saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran

pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-

organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari

infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi

paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai

diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas.

Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections

(ARI).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran

nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung

selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek

biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah

Pneumonia.(WHO)

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian

yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu

terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran

dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan

cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

2.2 Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,

Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan

lain-lain.

Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar

diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian

di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan

bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza

merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9%

aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa

ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

a. Faktor Pencetus ISPA

1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit

ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan

tubuhnya lebih rendah.

2) Status Imunisasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik

dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3) Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan

asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA

1) Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan

berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan

lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan

terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan

mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.

2) Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang

besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan

menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.

3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit

infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat

ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan

mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan

sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan

makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif

terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit

ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

5) Lingkungan dan Iklim Global

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana

transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit

ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,

merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya

infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama

yakni golongan A -hemolityc streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma

danstaphylococus, haemophylus influenzae, pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian

pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran

dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan
penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka

akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara

lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi

saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi

juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

2.3 Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan

batuk.

Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :

1) Dapat sembuh sempurna.

2) Sembuh dengan atelektasis.

3) Menjadi kronos.

4) Meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan

saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat

tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel

mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.


Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak

ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran

nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah

terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau

radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,

perkontinuitatum dan udara nafas.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah

rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan

lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam

pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau

lebih).

2.4 Manifestasi Klinis

a. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas

Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini

biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan

sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan

susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

1) Demam

Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah

mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda

pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2) Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi

selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada

punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3) Anorexia

Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum

dan bhkan tidak mau minum.

4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalami sakit.

5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.

6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.

7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda

ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara

pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).


2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium

terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

a. Biakan virus

b. Serologis

c. Diagnostik virus secara langsung.

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan

sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta

irama dari pernafasan.

a. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati

melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

2.6 Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang

dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien)

e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik à difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :

a. Inspeksi

1) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

2) Tonsil tampak kemerahan dan edema

3) Tampak batuk tidak produktif

4) Tidak ada jaringan parut pada leher

5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

b. Palpasi

1) Adanya demam

2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis

3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi : Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2.7 Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada

pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

b. Immunisasi.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

2. Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

b. Meningkatkan makanan bergizi

c. Bila demam beri kompres dan banyak minum

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang

bersih

e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain :

a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi

dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan

tiga kali sehari.

2.8 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

2. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan

dalam memasukan dan mencerna makanan

4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang

informasi.
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1) Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.

2) Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak,

sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit

tenggorokan.

3) Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4) Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang

pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

5) Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan

padat penduduknya

B. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru.

Tujuan kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed

lips)

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

6) Lakukan suction pada mayo

7) Berikan bronkodilator bila perlu

8) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

9) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

10) Monitor respirasi dan status O2

11) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

12) Pertahankan jalan nafas yang paten

13) Atur peralatan oksigenasi

14) Monitor aliran oksigen

15) Pertahankan posisi pasien

16) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

17) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Tujuan Kriteria Hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin

2) Monitor warna dan suhu kulit

3) Monitor tekanan darah, nadi dan RR

4) Monitor intake dan output

5) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

6) Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.

7) Tingkatkan sirkulasi udara.

8) Kolaborasi pemebrian cairan intravena.

9) Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.

10) Kolaborasi pemberian antipiretik.

11) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

Tujuan Kriteria Hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan


2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

pasien.

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

6) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

7) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

8) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

9) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

10) BB pasien dalam batas normal

11) Monitor turgor kulit

12) Monitor mual dan muntah

13) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

14) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa IV : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan

kurang informasi.

Tujuan Kriteria Hasil :

1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan

program pengobatan.

2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya.

Intervensi :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang

spesifik.

2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi

dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.

5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.

6) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi

di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.

7) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

8) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara yang tepat

3.2 Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien

dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :

a. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.

b. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C

c. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.

d. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.


BAB IV
KASUS

Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7tahun
dan anak keduanya berusia 4tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu
selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan
makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga
mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang
lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang
mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala
asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik.
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40
x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C. Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS
untuk ditangani lebih lanjut.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Berikut ini hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
1. Indentitas klien
Nama : Selly
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan

2. Riwayat keperawatan
A) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung sembuh, demam,
menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah
bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare.

B) Riwayat kesehatan masa lalu


Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh.

3. Koping keluarga
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.

4. Riwayat tumbuh kembang


a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium

5. Riwayat sosial
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan
aktif bermain dengan teman sebayanya.

6. Pemeriksaan fisik
Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare
Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya
Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan serta
tindakan yang akan dilakukan.

B. Diagnosa
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan diare
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi

C. Tujuan Dan Intervensi


Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru

Tujuan keperawatan:
Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal
dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
- Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan
mudah.
- Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
- Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
menyerap keringat.
- Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
- Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
- Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan.
Diagnosa: Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme

NOC : Thermoregulation

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh dalam rentang normal


- Nadi dan respirasi dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC : Fever treatment
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor warna kulit
- Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor intake dan ouput
- Berikan antipiretik
- Berikan pengobatan untik mengatasi penyebab demam
- Selimuti pasien
- Jika benar – benar diperlukan, berikan kolaborasi cairan intravena
- Kompres pasien
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan
diare
NOC :
- Menunjukkan berat badan yang meningkat
- Status nutrisi klien baik
- Nafsu makan klien meningkat dan tidak terjadi muntah
NIC :
- Memonitor nutrisi
- Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak
- Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

Manajemen nutrisi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Yakinkan diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi serat guna mencegah konstipasi
- Perhatikan makanan menyeleksi makanan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor turgot kulit
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa: Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi

NOC:
Klien mengetahui informasi tentang penyakit yang sedang diderita

NIC:
1. Berikan informasi tentang pengertian penyakit ISPA
2. Berikan informasi tentang penyebab terjadinya penyakit
3. Jelaskan tentang tanda dan gejala penyakit
4. Jelaskan tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit

D. Implementasi
Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru

Implementasi keperawatan:
Membantudalammemberikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan
sekret dengan mudah.
Menciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Menganjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
menyerap keringat.
Membantu dalam pemberian O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
Membantu dalam pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
Mengobservasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan.

Diagnosa: Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme

Implementasi:
- Memonitor suhu sesering mungkin
- Memonitor warna kulit
- Memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi
- Memonitor penurunan tingkat kesadaran
- Memonitor intake dan ouput
- Membantu dalam pemberian antipiretik
- Membantu dalam pemberian pengobatan untik mengatasi penyebab demam
- Jika benar – benar diperlukan, membantu dalam pemberian kolaborasi cairan intravena
- Membantu dalam mengompres pasien
- Meningkatkan sirkulasi udara
- Memberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan
diare
Implementasi keperawatan:
- Memonitor nutrisi
- Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak

Manajemen nutrisi :
- Mengkaji adanya alergi makanan
- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
- Meyakinkan klien bahwa diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi serat guna
mencegah konstipasi
- Memperhatikan makanan dan menyeleksi makanan
- Memonitor mual dan muntah
- Memonitor turgot kulit
- Memonitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa: Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi


Implementasi keperawatan:
- Memberikan informasi tentang pengertian penyakit ISPA
- Memberikan informasi tentang penyebab terjadinya penyakit
- Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit
- Menjelaskan tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit

E. Evaluasi
 Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Pola napas klien kembali efektif.
 Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Dari hasil monitoring, suhu tubuh klien kembali normal, yaitu 37oC
 Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada perut dan diare
Risiko ketidakseimbangan nutrisi teratasi, nutrisi klien terpenuhi dan seimbang antara output
dan input
 Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
Klien mengetahui informasi tentang ISPA dan penyakit yang sedang diderita
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
http://arinawahyusrinaningsih.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-infeksi-
saluran.html

http://askep-poltekesjyp.blogspot.com/2013/08/askep-anak-dengan-ispa.html

http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak.html

Anda mungkin juga menyukai