Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI HEC-GEORAS UNTUK ANALISA GENANGAN DAN

PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI CIRAJA


KABUPATEN CILACAP
Dimas Fitra Aulia1, Runi Asmaranto2, Ery Suhartanto2
1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
dimasfitra10@gmail.com

ABSTRAK
Banjir menyebabkan banyak kerugian yang meningkat dari waktu ke waktu, sehingga
diperlukan perhatian serta usaha dalam pengendaliannya. Genangan air yang tidak normal
dalam waktu yang lama menyebabkan kerugian dalam hal materiil maupun imateriil.
Program HEC-GeoRAS merupakan alternatif yang digunakan untuk menganalisa
genangan. Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis
Nakayasu dengan beberapa kala ulang yaitu Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan Q100, Dari hasil
perhitungan, debit banjir rancangan pada kala ulang Q2 sebesar 79,875 m3/dt, Q5 sebesar
97,221 m3/dt, Q10 sebesar 108,706 m3/dt, Q25 sebesar 123,217 m3/dt, Q50 sebesar 133,982
m3/dt, dan Q100 sebesar 144,668 m3/dt. Hasil dari analisa yang dilakukan, luas genangan
pada kala ulang Q2 sebesar 8,167 ha, Q5 sebesar 21,363 ha, Q10 sebesar 48,364 ha, Q25
sebesar 80,882 ha, Q50 sebesar 102,970 ha, dan Q100 sebesar 123,682 ha. Pengendalian
banjir menggunakan kombinasi antara normalisasi dan tanggul dengan debit rancangan
kala ulang 25 tahun. Stabilitas tanggul diuji dengan metode Fellenius, dan didapatkan
faktor keamanannya (Fs) adalah 2,838 > 1,25, atau dinyatakan aman.

Kata Kunci: Genangan, HEC-GeoRAS, Nakayasu, Normalisasi, Tanggul

ABSTRACT
Flood caused many losses that increase over time, so it required attention and effort to
control. Abnormal water inundation in a long time caused losses in both material and
immaterial. The HEC-GeoRAS program was an alternative to analyze inundation. The
calculation of the design flood discharge used the Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph
with several return period Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 and Q100. From the calculation result, the
flood discharge of Q2 design equal 79,875 m3/sec, Q5 equal 97,221 m3/sec, Q10 equal
108,706 m3/sec, Q25 equal 123,217 m3/sec, Q50 equal 133,982 m3/sec, and Q100 equal
144,668 m3/sec. The result of the analysis, the inundation area used Q2 design equal 8,167
ha, Q5 equal 21,363 ha, Q10 equal 48,364 ha, Q25 equal 80,882 ha, Q50 equal 102,970 ha,
and Q100 equal 123,682 ha. Flood control used a combination of normalization and
embankment with the flood discharge of 25 year return period. The stability of the
embankment was tested by Fellenius method, obtained the safety factor (Fs) was 2,838 >
1,25, otherwise it’s safe.

Keywords: Inundation, HEC-GeoRAS, Nakayasu, Normalization, Embankment


1. PENDAHULUAN S**k =
Kerugian – kerugian yang disebabkan

oleh banjir sangat banyak dan meningkat Dy2 =
dari waktu ke waktu sehingga diperlukan
Pengujian dengan menggunakan data
perhatian serta usaha untuk
dari stasiun itu sendiri, lebih jelas lagi
pengendaliannya. Intensitas hujan yang
dapat dilihat pada rumus nilai statistik Q
tinggi dapat menyebabkan terjadinya
dan R (range) berikut ini:
genangan. Genangan air yang tidak normal
Q = maks │S**k│
dalam waktu yang lama menyebabkan
R = maks S**k – min S**k
kerugian dalam hal materiil maupun
dimana:
imateriil.
S*o = simpangan awal
Kabupaten Cilacap merupakan salah
S*k = simpangan mutlak
satu daerah yang hampir setiap tahun
S**k = nilai konsistensi data
dilanda banjir. Sungai Ciraja secara
n = jumlah data
administratif masuk dalam Kecamatan
Dy = simpangan rata-rata
Karangpucung. Pada setiap musim
Q = nilai statistik Q untuk 0≤ k≤ n
penghujan, selalu terjadi luapan di Sungai
R = nilai statistik (range)
Ciraja sehingga menggenangi persawahan
Dengan melihat nilai statistik diatas
dan permukiman di wilayah Desa
maka dapat dicari nilai Q/n0.5 dan R/n0.5.
Pangaweran dan sekitarnya.
Hasil yang didapat dibandingkan dengan
Berdasarkan uraian di atas, penulis
nilai Q/n0.5 syarat dan R/n0.5 syarat, jika
ingin menganalisa genangan yang terjadi
lebih kecil maka data masih dalam batas
beserta usaha pengendaliannya. Dalam
konsisten.
penyelesaiannya, penulis memerlukan
bantuan aplikasi perangkat lunak
2.2. Uji Persistensi Metode Spearman
(software) agar menunjukkan hasil yang
Uji persistensi digunakan untuk
lebih akurat. Program HEC-RAS dan
menguji ketidaktergantungan dari nilai
HEC-GeoRAS merupakan alternatif yang
data deret berkala, untuk mengujinya dapat
akan sangat membantu.
digunakan koefisien korelasi serial metode
Manfaat dari studi ini adalah
Spearman. Rumus koefisien korelasi serial
memberikan informasi mengenai banjir
metode Spearman (Soewarno, 1995:99):
yang terjadi pada sekitar Sungai Ciraja. n
Setelah itu, kita dapat mengambil sikap 6 di 2
antisipasi terhadap kemungkinan bencana KS  1  i 1
;
banjir. Selain itu dari studi ini penulis bisa m3  m
menambah ilmu pengetahuan tentang  m2 
1/ 2

t = KS 
1  KS 
software - software yang digunakan. 2

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uji Konsistensi Data Metode 2.3. Uji Abnormalitas Inlier – Outlier
RAPS Data maksimum dan minimum dari
Metode RAPS (Rescaled Adjusted rangkaian data yang ada dapat diketahui
Partal Sums) dilakukan dengan cara layak atau tidak. Uji yang digunakan
menghitung nilai kumulatif adalah uji Inlier-Outlier, di mana data yang
penyimpangannya terhadap nilai rata-rata menyimpang dari dua batas ambang, yaitu
(mean) dengan persamaan (Sri Harto, ambang bawah (XL) dan ambang atas
1993:263): (XH) akan dihilangkan (Ven Te Chow,
1998:403).
S*o = 0; S*k = ∑ Rumus untuk mencari kedua ambang
dengan: tersebut adalah sebagai berikut:
k = 1, 2, 3, ..., n XH = Exp. (Xrerata + Kn . S)
XL = Exp. (Xrerata - Kn . S) 4. Menghitung rerata dari hasil no. 3
dengan: 5. Menghitung standar deviasi dengan
XH = nilai ambang atas cara akar dari hasil no. 4
XL = nilai ambang bawah 6. Mencari Yn dan Sn dari tabel gumbel
Xrerata= nilai rata-rata. 7. Dari kala ulang yang diketahui,
S = simpangan baku dari logaritma mencari Yt pada tabel Gumbel
terhadap data. 8. Menghitung nilai faktor frekuensi (K),
Kn = besaran yang tergantung pada Yt  Yn
K 
jumlah sampel data Sn
N = jumlah sampel data. 9. Menghitung hujan rancangan dengan
rumus
2.4. Hujan Rerata Daerah
Curah hujan yang dibutuhkan untuk 2.5.2. Metode Log Person Type III
penyusunan rancangan pemanfaatan air Hujan rancangan maksimum dengan
dan rancangan pengendalian banjir adalah metode Log Pearson dapat dihitung dengan
curah hujan rata – rata diseluruh daerah langkah – langkah sebagai berikut
yang bersangkutan, bukan curah hujan (Limantara, 2009:66):
pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini 1. Mengubah hujan harian maksimum
disebut curah hujan daerah yang dalam bentuk logaritma.
dinyatakan dalam milimeter 2. Menghitung harga logaritma rata-rata
(Sosrodarsono, 1987:27).  Logx i
Terdapat tiga cara yang digunakan dengan rumus : Logx 
n
untuk menghitung curah hujan daerah
3. Menghitung harga simpangan baku
yaitu:
dengan rumus :
1. Cara rata-rata hitung atau aritmatik jika
2
DAS yang ditinjau mempunyai luas  ( Logxi  Logx)
antara 250 ha – 50.000 ha dengan 2 Si 
atau 3 titik pengamatan. n 1
2. Cara poligon Thiessen jika DAS yang 4. Menghitung harga koefisien
ditinjau mempunyai luas 120.000 ha – kemiringan dengan rumus :
500.000 ha dan curah hujan tidak
Cs 

n Logxi  Logx 
dipengaruhi topografi.
3. Cara garis-garis Isohyet jika DAS yang n 1n  2Si 3
ditinjau mempunyai luas lebih dari 5. Menghitung logaritma hujan
500.000 ha. rancangan dengan kala ulang tertentu
dengan rumus :
2.5. Hujan Rancangan Menggunakan LogRt  Logx  G.Si
Metode Gumbel dan Log Pearson 6. Menghitung antilog Rt untuk
Type III mendapatkan curah hujan rancangan
2.5.1. Metode Gumbel dengan kala ulang tertentu atau dengan
Hujan rancangan maksimum dengan membaca grafik pengeplotan Rt lawan
metode Gumbel dapat dihitung dengan peluang di kertas logaritma.
langkah – langkah sebagai berikut
(Limantara, 2009:62): 2.6. Uji Kesesuaian Distribusi
1. Mengurutkan data tinggi hujan dari 2.6.1. Uji Chi Square
yang terbesar hingga yang terkecil Uji ini digunakan untuk menguji
2. Mencari rerata dari semua data yang simpangan secara vertical apakah distribusi
ada pengamatan dapat diterima secara teoritis.
3. Menghitung R-R rerata kemudian
dikuadratkan
dengan: dengan :
X2 = chi-square I = intensitas hujan selama waktu
Ef = banyaknya pengamatan yang konsentrasi (mm/jam)
diharapkan R24 = curah hujan maksimum harian
Of = frekuensi yang terbaca pada alam 24 jam (mm)
kelas yang sama Tc = waktu konsentrasi
Nilai X2 yang terhitung ini harus Waktu konsentrasi dihitung dengan
lebih kecil dari harga X2cr yang didapat teoritis, tetapi karena daerah pertanian
dari tabel Chi-Square (Soewarno, yang diukur secara langsung tidak terlalu
1995:194). besar, maka besarnya waktu konsentrasi
Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan menggunakan rumus
dapat dihitung dengan: sebagai berikut:
DK = K – ( P + 1 )  Ls 
0 , 77

Dengan: Tc  0,0195  menit


DK = derajat kebebasan  s
K = banyaknya kelas Dengan :
P = banyaknnya keterikatan atau sama L = panjang saluran (m)
dengan banyaknya parameter S = kemiringan rerata saluran
2.6.2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji smirnov dilakukan dengan 2.8. Hidrograf Satuan Sintetik
langkah – langkah sebagai berikut Nakayasu
(Soewarno, 1995:198): Rumus dari hidrograf satuan
1. Mengurutkan data dari kecil ke besar Nakayasu adalah (Soemarto, 1987:167):
atau sebaliknya), dan juga besarnya CA . Ro
peluang dari masing-masing data Qp 
3,6(0,3Tp  T0,3 )
tersebut.
2. Menentukan nilai masing - masing dengan :
peluang. Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
3. Mencari kedua nilai peluang. Ro = hujan satuan (mm)
4. Berdasarkan tabel nilai kritis dapat Tp = tenggang waktu dari permulaan
ditentukan harga Δcr. hujan sampai puncak banjir (jam)
Apabila Δmaks lebih kecil dari Δcr T0,3 = waktu yang diperlukan penurunan
maka distribusi teoritis yang digunakan debit, dari puncak sampai 30% dari
untuk menentukan persamaan distribusi debit puncak (jam)
dapat diterima, apabila Δmaks lebih besar CA = luas daerah pengaliran sampai
dari Δcr maka distribusi teoritis yang outlet (km2)
digunakan untuk menentukan persamaan Untuk menentukan Tp dan T0,3
distribusi tidak dapat diterima. digunakan pendekatan rumus sebagai
berikut :
2.7. Intensitas Hujan dan Waktu Tp = tg + 0,8 tr
Konsentrasi T0,3 = α tg
Intensitas hujan didefinisikan sebagai Tr = 0,5 tg sampai tg
tinggi curah hujan persatuan waktu. tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan
Intensitas hujan selama waktu konsentrasi sampai debit puncak banjir (jam). tg
dapat diketahui dengan menggunakan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
rumus Mononobe sebagai berikut (Imam  sungai dengan panjang alur L > 15 km :
Subarkah, 1980:20): tg = 0,4 + 0,058 L
2/3  sungai dengan panjang alur L < 15 km :
R  24 
I  24   tg = 0,21 L0,7
24  Tc 
Perhitungan T0,3 menggunakan ketentuan:
α = 2 pada daerah pengaliran biasa 2.11. Tanggul
α = 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, Dalam usaha melindungi kehidupan
dan turun cepat dan harta benda masyarakat terhadap
α = 3 pada bagian naik hidrograf cepat, genangan – genangan yang disebabkan
dan turun lambat oleh banjir, tanggul di sepanjang sungai
 Pada waku naik : 0 < t < Tp adalah salah satu bangunan yang paling
Qa = (t/Tp)2,4 utama dan paling penting.
dimana Qa adalah limpasan sebelum Tabel 1 Tinggi Standar Jagaan
mencapai debit puncak (m3/dt) No
Debit Banjir Rencana Jagaan
 Pada kurva turun (decreasing limb) (m3/detik) (m)
1 Kurang dari 200 0.6
a. selang nilai : 0 ≤ t ≤ (Tp + T0,3) 2 200 – 500 0.8
t Tp  3 500 – 2000 1
T
Qd1 = Qp.0,3 0 , 3 4 2000 – 5000 1.2
5 5000 – 1000 1.5
b. selang nilai : (Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + 6 1000 atau lebih 2
T0,3 + 1,5 T0,3) Sumber : Sosrodarsono (1985:88)
t Tp 0,5T0 , 3 
1, 5T
Tabel 2 Lebar Standar Mercu Tanggul
Qd2 = Qp.0,3 0,3
Debit Banjir Rencana Lebar
No
c. selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) (m3/detik) Mercu (m)
t Tp 1,5T0 , 3  1 Kurang dari 200 2
2T0 , 3 2 200 – 500 3
Qd3 = Qp.0,3 3 500 – 2000 4
4 2000 – 5000 5
2.9. HEC RAS 5 5000 – 1000 6
HEC-RAS merupakan program 6 1000 atau lebih 7
aplikasi untuk memodelkan aliran di Sumber : Sosrodarsono (1985:88)
sungai, River Analysis System (RAS), yang
dibuat oleh Hydrologic Engineering 2.12. Stabilitas Lereng Metode Fellenius
Center (HEC) yang merupakan satu divisi Fellenius menganggap gaya yang
di dalam Institute for Water Resources bekerja disisi kiri kanan sembarang irisan
(IWR), di bawah US Army Corps of mempunyai resultan nol arah tegak lurus
Engineers (USACE). HEC-RAS bidang longsor (M. Das, 1994:56).
i =n
merupakan model satu dimensi aliran
permanen maupun tak permanen (steady ∑cai + Ni tgϕ
i =1
and unsteady one-dimensional flow model) F= i =n
(Istiarto, 2014:2). ∑Wi sinθ
2.10. HEC-GeoRAS i =1
HEC-GeoRAS adalah sebuah Keterangan :
perangkat lunak ekstensi dari Arc-View F : faktor aman
GIS yang digunakan untuk mendukung C : Kohesi (kN/m2)
perangkat lunak HEC-RAS. Fungsi dari φ : sedut gesek dalam tanah (o)
HEC-GeoRAS adalah sebagai penyedia Wi : berat irisan tanak ke-i (kN)
data iput untuk kemudian diproses pada Ai : lengkungan irisan ke-I (m)
HEC-RAS yang kemudian menghasilkan µi : tekanan air pori ke-i (kN)
nilai kecepatan dan profil air untuk θi : sudut antara jari – jari lengkung dengan
kemudian di-import ke Arc-View GIS garis kerja massa tanah
menjadi sebuah peta dengan tampilan yang Nilai faktor aman yaitu :
komunikatif. F<1,07 (labil, sering longsor )
1,07<F<1,25 (kritis,longsor pernah terjadi)
F>1,25(stabil, longsor jarang terjadi)
b. Data Pengukuran Penampang Sungai
Data penampang memanjang dan
melintang sungai yang digunakan untuk
analisa pengaliran debit di sungai yang
diperoleh dari BBWS Citanduy.
Gambar 1 Contoh Irisan Pada Lereng
Sumber: Hardiatmo (2010:447) 3.3. Tahapan Pengerjaan Studi
Tahapan - tahapan pengerjaan pada
3. METODOLOGI PENELITIAN studi ini dapat dilihat pada diagram alir
3.1. Lokasi Daerah Studi berikut:
Mulai
Sungai Ciraja terletak di Kecamatan
Karangpucung, Kabupaten Cilacap, dan Data Curah Data Cross & Data Debit Data Peta
masuk dalam Wilayah Sungai Citanduy. Di Tidak
Hujan Long Section Historis Kontur Administrasi

dalam WS Citanduy, terdapat 24 DAS dan Uji Konsistensi

Sungai Ciraja masuk dalam DAS Citanduy Ya

dan masuk lagi ke dalam Sub DAS Ciraja. Curah Hujan Rerata Daerah

Analisa Curah Hujan Rancangan


Metode Gumbel dan Geometri Kalibrasi TIN
Log Pearson Type III
Tidak

Uji Kesesuaian
Distribusi
Kec. karangpucung Ya
Analisa Hujan Jam-Jaman
Metode Mononobe

Debit Banjir Rancangan


Metode HSS Nakayasu
RM. Analisa Profil Aliran menggunakan
1 kala ulang banjir 2th, 5th, 10th,
25th, 50th, dan 100th (HEC-RAS)

Kapasitas tampungan, tinggi muka air,


profil memanjang dan melintang

Membuat Peta Genangan

Gambar 2 Lokasi Studi Analisa Genangan (HEC-GeoRAS)


RM.
2
Tindakan Pengendalian Banjir
RM.
3
Selesai

Gambar 4 Diagram Alir Studi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Uji Konsistensi Data Metode
RAPS
Jika nilai Q/(n0,5) dan R/(n0,5)
perhitungan kurang dari Q/(n0,5) dan
Gambar 3 Sub DAS Ciraja R/(n0,5) tabel, maka data dinyatakan layak
digunakan (konsisten).
3.2. Metode Pengumpulan Data  Stasiun Hujan Cimanggu:
Secara umum data yang diperlukan, 1,949
Q/(n0,5) =
dalam studi ini adalah: 10 0,5
a. Data Hidrologi = 0,616 < 1,29 (diterima)
Data curah hujan harian yang berasal 3,408
dari 2 stasiun penakar hujan yaitu Stasiun R/(n0,5) =
10 0,5
Cimanggu dan Stasiun Lumbir, yang = 1,078 < 1,38 (diterima)
diperoleh dari BBWS Citanduy. Data
 Stasiun Hujan Lumbir:
curah hujan yang digunakan yaitu selama
2,631
10 tahun mulai tahun 2004 – 2013. Q/(n0,5) =
10 0,5
= 0,832 < 1,29 (diterima) ditolak apabila t > t0,95 atau t < -t0,95.
3,922 Berdasarkan tabel nilai kritis tc, dengan
R/(n0,5) =
10 0,5 derajat kebebasan (dk) = m-2 = 9-2 = 7,
= 1,240 < 1,38 (diterima) maka nilai t0,95 = 1,895. Oleh karena t = -
Berdasarkan uji konsistensi dengan 1,4607 ternyata lebih kecil daripada t0,95,
metode RAPS, Stasiun Cimanggu dan maka H0 diterima pada derajat
Stasiun Lumbir memenuhi persyaratan kepercayaan 5%. Atau dengan kata lain
untuk kelayakan konsistensi data. 95% data hujan Stasiun Lumbir adalah
independen (acak) atau tidak menunjukkan
4.2. Uji Persistensi Metode Spearman adanya persistensi.
Untuk menguji ketidaktergantungan
dari nilai data deret berkala atau persistensi 4.3. Uji Inlier – Outlier
bisa menggunakan koefisien korelasi serial Outlier adalah data dengan nilai jauh
metode Spearman. berada di antara data-data yang lain.
Tabel 3 Perhitungan Korelasi Serial Tabel 5 Perhitungan Uji Outlier Data
Metode Spearman Data Stasiun Cimanggu Stasiun Cimanggu
No. Tahun Xi Peringkat di di2 KS t Curah Hujan Maks
1 2004 673 5
No. Tahun Log R
(mm/hari)
2 2005 72 10 -5 25 1 2005 45 1.653
3 2006 401 8 2 4
2 2008 79 1.898
4 2007 563 7 1 1
5 2008 306 9 -2 4 3 2007 89 1.949
6 2009 611 6 3 9 0.4917 1.4939 4 2006 93 1.968
7 2010 683 4 2 4 5 2004 122 2.086
8 2011 868 1 3 9 6 2013 127 2.104
9 2012 687 3 -2 4
7 2011 141 2.149
10 2013 724 2 1 1
Jumlah 61 8 2012 198 2.297
9 2009 200 2.301
Sumber: Hasil Perhitungan 10 2010 255 2.407
Berdasarkan uji satu sisi, pada Jumlah 1349 20.812
derajat kepercayaan 5% hipotesis nol (H0) Rerata 134.9 2.081
Sd 0.224
ditolak apabila t > t0,95 atau t < -t0,95. Cs -0.406
Berdasarkan tabel nilai kritis tc, dengan Kn 2.036
derajat kebebasan (dk) = m-2 = 9-2 = 7, Nilai Ambang Atas (XH) 345.038
Nilai Ambang Bawah (XL) 42.131
maka nilai t0,95 = 1,895. Oleh karena t =
1,4939 ternyata lebih kecil daripada t0,95, Sumber: Hasil Perhitungan
maka H0 diterima pada derajat Tabel 6 Perhitungan Uji Outlier Data
kepercayaan 5%. Atau dengan kata lain Stasiun Lumbir
95% data hujan Stasiun Cimanggu adalah No. Tahun
Curah Hujan Maks
Log R
(mm/hari)
independen (acak) atau tidak menunjukkan
1 2013 109 2.037
adanya persistensi. 2 2007 132 2.121
Tabel 4 Perhitungan Korelasi Serial 3 2011 140 2.146
4 2012 146 2.164
Metode Spearman Data Stasiun Lumbir
5 2005 148 2.170
No. Tahun Xi Peringkat di di2 KS t
6 2009 150 2.176
1 2004 783 3
2 2005 988 2 1 1 7 2004 150 2.176
3 2006 677 7 -5 25 8 2010 176 2.246
4 2007 776 4 3 9 9 2008 176 2.246
5 2008 650 8 -4 16 10 2006 217 2.336
6 2009 710 6 2 4 -0.4833 -1.4607 Jumlah 1544 21.818
7 2010 1113 1 5 25
Rerata 154.4 2.182
8 2011 387 10 -9 81
Sd 0.081
9 2012 442 9 1 1
10 2013 728 5 4 16 Cs 0.244
Jumlah 178 Kn 2.036
Sumber: Hasil Perhitungan Nilai Ambang Atas (XH) 221.746
Nilai Ambang Bawah (XL) 104.190
Berdasarkan uji satu sisi, pada
derajat kepercayaan 5% hipotesis nol (H0) Sumber: Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan didapatkan 4.6. Uji Kesesuaian Distribusi
bahwa semua data di 2 stasiun tidak ada Frekuensi Metode Smirnov
yang di luar batas atas dan batas bawah, Kolmogorov dan Chi-Square
maka data di stasiun yang bersangkutan Pemeriksaan uji kesesuaian ini
bisa diterima. ditujukan untuk mengetahui suatu
4.4. Curah Hujan Rerata Daerah kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.
Metode Rata – Rata Hitung Dengan uji ini akan diketahui :
(Aritmatic Mean) 1. Kebenaran antara hasil pengamatan
Pada analisis curah hujan ini dengan model distribusi yang
digunakan metode aritmatik atau rerata diharapkan atau yang diperoleh secara
aljabar dan didapatkan nilai hujan harian teoritis
maksimum dari kedua stasiun hujan. 2. Kebenaran hipotesa diterima atau
Tabel 7 Tabel Hujan Maksimum Daerah ditolak
Tahunan dengan Metode Aritmatik 4.6.1. Uji Distribusi Terhadap Gumbel
Hujan Harian 1. Uji Distribusi Smirnov Kolmogorov
No Tahun
Maksimum (mm) Tabel 9 Hasil Uji Distribusi Smirnov
1 2004 109.5 Kolmogorov Terhadap Metode Gumbel
2 2005 74.0 α Δ
No Δ kritis Keterangan
(%) maks
3 2006 132.0
Δ maks
4 2007 94.5 1 0.01 0.486 0.288 diterima
< Δ cr
Δ maks
5 2008 88.5 2 0.05 0.409 0.288
< Δ cr
diterima

6 2009 123.0 Sumber: Hasil Perhitungan


7 2010 127.5 2. Uji Distribusi Chi-Square
8 2011 78.5 Untuk  = 5% diperoleh nilai x2tabel : 3,841
9 2012 111.0 sedangkan nilai x2hitung : 1,0
Sehingga x2hitung < x2tabel maka Hipotesa
10 2013 118.0
Gumbel Diterima.
Sumber: Hasil Perhitungan Untuk  = 1% diperoleh nilai x2tabel : 6,635
Sedangkan nilai x2hitung : 1,0
4.5. Curah Hujan Rancangan Metode Sehingga x2hitung < x2tabel maka Hipotesa
Gumbel dan Log Person Type III Gumbel Diterima.
Untuk perhitungan curah hujan 4.6.2. Uji Distribusi Terhadap Log
rancangan yang digunakan adalah metode Person Type III
Gumbel dan Log Pearson Type III karena 1. Uji Distribusi Smirnov Kolmogorov
kedua metode ini memenuhi syarat Tabel 10 Hasil Uji Distribusi Smirnov
distribusinya. Kolmogorov Terhadap Metode Log
Tabel 8 Perbandingan Hujan Rancangan Pearson Type III
Metode Gumbel dan Log Person Type III α Δ Δ
X Rancangan No
kritis maks
Keterangan
Tr (%)
Gumbel Log Pearson Tipe III Δ maks
1 0.01 0.486 0.224 diterima
< Δ cr
2 102.856 105.708 Δ maks
2 0.05 0.409 0.224 diterima
5 127.466 123.678 < Δ cr

10 143.759 132.907 Sumber: Hasil Perhitungan


2. Uji Distribusi Chi-Square
25 164.346 142.462
Untuk  = 5% diperoleh nilai x2tabel : 3,841
50 179.619 148.433 sedangkan nilai x2hitung : 2,500
100 194.779 153.640 Sehingga x2hitung < x2tabel maka Hipotesa
Sumber: Hasil Perhitungan Log Pearson Diterima.
Untuk  = 1% diperoleh nilai x2tabel : 6,635 4.9. Hidrograf Satuan Sintetis
Sedangkan nilai x2hitung : 2,500. Nakayasu
Sehingga x2hitung < x2tabel maka Hipotesa Pada kajian ini debit banjir
Log Pearson Diterima. rancangan dihitung dengan menggunakan
Dari perhitungan di atas, data yang metode Hidrograf Satuan Sintetis
digunakan dalam perhitungan selanjutnya Nakayasu. Berikut rekapitulasi hasil
adalah metode Gumbel karena memiliki perhitungan debit banjir rancangan
nilai hujan rancangan yang lebih besar dan menggunakan HSS Nakayasu:
uji kesesuaian distribusinya juga diterima.  Q2th : 79,875 m3/dt
 Q5th : 97,221 m3/dt
4.7. Koefisien Pengaliran  Q10th : 108,706 m3/dt
Apabila tata guna lahan suatu daerah
termasuk campuran, maka nilai tetapan C  Q25th : 123,217 m3/dt
harus diberi bobot (weighted) untuk  Q50th : 133,982 m3/dt
memperoleh nilai rata-rata tertimbang:  Q100th : 144,668 m3/dt
=
= 36,131 4.10. Analisa Profil Muka Air dengan
67.889 Program HEC-RAS
= 0,532 Dari hasil running HEC-RAS dengan
Tabel 11 Koefisien Aliran Sungai Ciraja beberapa kala ulang, tinggi air melebihi
Tata Guna tinggi bantaran sungai atau banks di
No. C A (ha) C*A sebagian besar ruas sungai.
Lahan
1 Kebun 0.40 27.956 11.182
2 Pemukiman 0.40 8.228 3.291
3 Sawah Irigasi 0.80 10.096 8.077
4 Semak Belukar 0.30 3.862 1.159
5 Tegalan 0.70 17.746 12.422
Jumlah 67.889 36.131
Koefisien Pengaliran 0.532
Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 5 Hasil Analisis Potongan
Memanjang Sungai Ciraja Menggunakan
4.8. Curah Hujan Netto jam – jaman Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan Q100 (Perbesaran
Metode Mononobe Tampilan)
Berdasarkan hasil pengamatan data
sebaran hujan di Indonesia, hujan terpusat
di Indonesia berkisar antara 4 - 7 jam,
maka diasumsikan hujan terpusat
maksimum adalah 6 (enam) jam/hari dalam
perhitungan ini.
Tabel 12 Perhitungan Distribusi Hujan
Jam- Jaman Dengan Metode Mononobe
Nisbah Hujan Jam-Jaman
No Jam Ke
% 2th 5th 10th 25th 50th 100th
1 1 55.032 30.113 37.318 42.089 48.116 52.587 57.026
2 2 14.304 7.827 9.7 10.94 12.506 13.669 14.822
3 3 10.034 5.49 6.804 7.674 8.773 9.588 10.397
4 4 7.988 4.371 5.417 6.109 6.984 7.633 8.277
5
6
5
6
6.746
5.896
3.691
3.226
4.574
3.998
5.159
4.51
5.898
5.155
6.446
5.634
6.99
6.11
Gambar 6 Hasil Analisis Potongan
Curah Hujan Rancangan
Koefisien pengaliran
102.856
0.532
127.465
0.532
143.759 164.346 179.619
0.532 0.532 0.532
194.779
0.532
Melintang P10 Sungai Ciraja
Hujan Efektif 54.719 67.812 76.48 87.432 95.557 103.623 menggunakan Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan
Sumber: Hasil Perhitungan Q100
4.11. Analisa Genangan dengan
Program HEC-GeoRAS
Dari proses yang sudah dilakukan
pada program HEC-GeoRAS, maka dapat
dilihat hasil dari analisa genangan yang
terjadi. Berikut adalah hasil dari sebaran
daerah genangan dan kedalaman air
dengan debit kala ulang Q2, Q5, Q10, Q25,
Q50, dan Q100,

Gambar 10 Sebaran Genangan dan


Kedalaman dengan Q25

Gambar 7 Sebaran Genangan dan


Kedalaman dengan Q2

Gambar 11 Sebaran Genangan dan


Kedalaman dengan Q50

Gambar 8 Sebaran Genangan dan


Kedalaman dengan Q5

Gambar 12 Sebaran Genangan dan


Kedalaman dengan Q100
Dari hasil simulasi genangan yang
didapatkan, dapat dilihat bahwa sebagian
besar ruas sungai dan sekitarnya tergenang
air. Genangan air banyak ditemui di daerah
tengah sampai hilir sungai dimana semakin
tinggi air ditunjukkan dengan semakin
gelapnya warna. Semakin besar debit kala
Gambar 9 Sebaran Genangan dan ulang yang dimasukkan maka semakin
Kedalaman dengan Q10 besar pula daerah dan tinggi genangannya.
4.12. Tindakan Pengendalian Banjir
Sungai Ciraja
Dalam kajian ini, pengendalian
banjir yang direncanakan adalah
normalisasi sungai yang dikombinasikan
dengan bangunan tanggul. Dasar
perencanaan normalisasi + tanggul adalah
sebagai berikut:
1. Debit rencana : 123,217 m3/dt (Q25th) Gambar 15 Kondisi Patok P.10 Setelah
2. Bahan : Urugan tanah Direncanakan Normalisasi dan Tanggul
3. Tinggi tanggul : Elevasi muka air
rencana + tinggi jagaan 4.13. Stabilitas Tanggul
4. Tinggi jagaan : 0,6 m (tinggi jagaan Tanah selalu mempunyai peranan
standar tanggul dengan debit banjir penting pada suatu lokasi pekerjaan
rencana < 200 m3/dt adalah 0,6 m) konstruksi. Bahan tanah urugan untuk
(Sosrodarsono, 1985:88) tanggul dapat memanfaatkan tanah di
5. Lebar mercu : 3 m (lebar standar sekitar bantaran sungai yang akan
mercu tanggul dengan debit banjir dibangun tanggul.
rencana < 500 m3/dt adalah 3 m) Tabel 13 Faktor Aman Tanggul
(Sosrodarsono, 1985:88) Irisan No
Berat Wi
Ɵi cos Ɵi sin Ɵi
Wi cos Ɵi Wi sin Ɵi Ui = ui.αi Wi cos Ɵi -
(kN) (kN) (kN) (kN) ui.αi (kN)
6. Kemiringan lereng : 1:2 (kemiringan 1 19.06 -18 0.951 -0.309 18.13 -5.89 12.57 5.56
lereng tanggul direncanakan 1:2 agar 2 48.62 -2 0.999 -0.035 48.59 -1.7 29.73 18.86
3 65.82 14 0.97 0.242 63.87 15.92 41.45 22.42
lebih aman karena bahan tanggul 4 67.58 31 0.857 0.515 57.93 34.81 32.6 25.33
adalah urugan tanah) 5 23.47 45 0.707 0.707 16.6 16.6 7.31 9.29
5a 9.55 58 0.544 0.848 5.2 8.1 0 5.2
3m Total 67.84 86.65
Tinggi jagaan (0,6 m)
Sumber: Hasil Perhitungan
1
Tinggi muka air rencana (Q25th)
2
3m Faktor Aman
1 2m
Fs = ( +( – x tg φ))
2

30 m
/( )
= (187,356 + 5,18) / 67,84
Gambar 13 Dimensi Perencanaan = 2,838 > 1,25 (aman)
Normalisasi dan Tanggul Sungai
Setelah dilakukan upaya penanganan 4.14. Analisa Biaya
banjir dengan pembuatan normalisasi yang Dalam perhitungan biaya ini
dikombinasikan dengan tanggul, kapasitas merupakan analisis biaya perencanaan
tampungan sungai mencukupi untuk aliran normalisasi atau pengerukan
debit kala ulang 25 tahun. Berikut dikombinasikan dengan tanggul.
ditampilkan salah satu potongan melintang Tabel 14 Rekapitulasi RAB
setelah dilakukan pengendalian banjir. No. Uraian Pekerjaan
Kode
Analisa
Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

I PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang
- Base Camp L03c M2 36 923,190.00 33,234,840.00
- Kantor L03c M2 36 923,190.00 33,234,840.00
2
- Barak L03c M 40 923,190.00 36,927,600.00
2
- Gudang L03c M 60 923,190.00 55,391,400.00
b. Pembuatan Papan Nama Pekerjaan L04 LS 1 292,508.00 292,508.00
c. Pekerjaan Mobilisasi Alat Berat & SDM L05c LS 1 3,401,010.00 3,401,010.00
d. Pekerjaan 1 set foto dokumentasi menggunakan camera digital L06 LS 1 871,200.00 871,200.00
e. Pekerjaan 1 set As built drawing (reduce dan copy kalkir) L09 LS 1 10,653,500.00 10,653,500.00
f. Pekerjaan Jalan Kerja L05d LS 1 94,875,000.00 94,875,000.00
g. Pengukuran Kembali (Mc.0) - LS 1 20,000,000.00 20,000,000.00
JUMLAH I Rp 288,881,898.00
II PEKERJAAN NORMALISASI
a. Galian Tanah M3 164,589.93 75,791.00 8,238,746,590.00
3
a. Pemindahan Tanah Hasil Galian M 164,589.93 46,713.70 5,129,843,145.17
JUMLAH II Rp 13,368,589,735.17
III PEKERJAAN TANGGUL
a. Timbunan Tanah Dengan Tanah Tersedia Termasuk Pemadatan M3 164,589.93 52,334.35 6,346,345,865.76
b. Timbunan Tanah Dengan Tanah Dari Luar Termasuk Pemadatan M3 188,348.55 127,334.35 14,234,859,094.00
JUMLAH III Rp 20,581,204,959.76
TERBILANG : JUMLAH HARGA Rp 34,238,676,592.93
OVERHEAT & PROFIT 15 %Rp 3,423,867,659.29
Tiga Puluh Tujuh Milyar Enam Ratus Enam Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah TOTAL Rp 37,662,544,252.22
DIBULATKAN Rp 37,662,500,000.00

Gambar 14 Kondisi Eksisting Patok P.10 Sumber: Hasil Perhitungan


5. KESIMPULAN Das, Braja. 1994. Mekanika Tanah.
Berdasarkan hasil analisa dan Jakarta: Erlangga.
perhitungan yang telah dilakukan, dapat Hardiyatmo. 2010. Mekanika Tanah 1.
diambil kesimpulan sebagai berikut: Yogyakarta: Gadjah Mada
1. Debit banjir rancangan pada studi ini University Press.
menggunakan Hidrograf Satuan
Sintetis Nakayasu dengan rincian: Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.
 Debit banjir Q2 sebesar 79,875 m3/dt Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Debit banjir Q5 sebesar 97,221 m3/dt Istiarto. 2014. HEC-RAS Dasar Simple
 Debit banjir Q10 sebesar 108,706 m3/dt Geometry River. Universitas
 Debit banjir Q25 sebesar 123,217 m3/dt Gadjah Mada. Yogyakarta.
 Debit banjir Q50 sebesar 133,982 m3/dt Limantara, L.M. 2009. Hidrologi Teknik
 Debit banjir Q100 sebesar 144,67 m3/dt Terapan. Malang: C.V. Asrori.
2. Didapatkan hasil analisa genangan Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
pada Sungai Ciraja sebagai berikut: Surabaya: Usaha Nasional.
 Luas genangan Q2 sebesar 8,167 ha
dan tinggi muka air di hilir sebesar Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
1,36 m. Metode Statistik untuk Analisa
 Luas genangan Q5 sebesar 21,363 ha Data Jilid 1. Bandung: Nova.
dan tinggi muka air di hilir sebesar Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
1,52 m. Metode Statistik untuk Analisa
 Luas genangan Q10 sebesar 48,364 ha Data Jilid 2. Bandung: Nova.
dan tinggi muka air di hilir sebesar Sosrodarsono, S.& Tominaga, M. 1985.
1,63 m. Perbaikan Dan Pengaturan Sungai.
 Luas genangan Q25 sebesar 80,882 ha Jakarta: P.T. Pradnya Paramita.
dan tinggi muka air di hilir sebesar
1,73 m. Sosrodarsono, S.& Takeda, K. 1987.
 Luas genangan Q50 sebesar 102,970 ha Hidrologi Untuk Pengairan.
dan tinggi muka air di hilir sebesar Jakarta: P.T. Pradnya Paramita.
1,83 m. Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk
 Luas genangan Q100 sebesar 123,682 Perencanaan Bangunan Air.
ha dan tinggi muka air di hilir sebesar Bandung: Idea Dharma.
1,96 m.
3. Pengendalian banjir yang
direncanakan pada studi ini adalah
normalisasi sungai yang
dikombinasikan dengan perencanaan
bangunan tanggul. Dari hasil yang
didapatkan, penampang sungai sudah
bisa menampung air dengan debit kala
ulang 25 tahun. Dengan upaya tersebut
maka tidak ada lagi genangan yang
terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Chow, Ven Te, David R. Maidment, &
Larry W. Mays. 1988. Applied
Hydrology. New York: McGraw-
Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai