Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FISIKA LINGKUNGAN
DAMPAK PEMBAKARAN BAHAN BAKAR

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Sugiantoro (1705035028)
2. Muhammad Fadillah Rachman ( 1705035035)

Kelas :
Reguler B 2017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kenikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah tentang “FISIKA LINGKUNGAN”. Shalawat serta salam tidak lupa selalu
dihaturkan kepada junjungan Nabi Agung, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyusun baik dalam pelaksanaan observasi maupun
penyusunan makalah ini, diantaranya: Dr. Laili Komariyah, M,Si selaku dosen pengampu
Mata Kuliah fisika lingkunagn,
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis memohon kesediaan pembaca
untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah ini,
untuk kemudian akan direvisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Samarinda, 19 November 2018.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang.........................................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................2
Bab II
Landasan Teori
Pengertian Bahan Bakar...........................................................................................3
Pembakaran Bahan Bakar Fosil ..............................................................................3
Polutan yang Dihasilkan dari Pembakaran Bahan Bakar........................................5
BAB III
Dampak Pembakaran Bahan Bakar Terhadap Udara Dan Iklim..............................9
Bahan-Bahan Polutan penyebab Polusi Udara.......................................................10
Dampak Pembakaran Bahan Bakar Terhadap Kesehatan......................................14
BAB IV
Kesimpulan............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan
kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan, hampir semua kebutuhan energi manusia
diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat
transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung
atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat
pencemar yang berbahaya. Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah
menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara
tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali
dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-
kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa
kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO
sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% . Secara umum, kegiatan
eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia
akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan
iklim, air dan tanah).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak pembakaran bahan bakar terhadap udara dan iklim?
2. Bagaimana dampak pembakaran bahan bakar terhadap kesehatan?
3. Apa saja bahan polutan yang yang mempengaruhi polusi udara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak pembakaran bahan bakar terhadap udara dan iklim
2. Untuk mengetahui bahan-bahan polutan dari polusi udara
3. Untuk mengetahui dampak pembakaran bahan bakar terhadap kesehatan

.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bahan Bakar


Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya
bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi.
Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi
redoks) di mana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan
dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah
melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir).
Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan
bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai
adalah logam radioaktif.
B. Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dengan berbagai cara
sering mempengaruhi lingkungan dan udara yang kita hirup, dan dengan demikian
mempelajari energi tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap
lingkungan. Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam telah
memotori perkembangan industri dan fasilitas kehidupan modern yang kita nikmati
sekitar awal abad 19, tetapi semua ini tidaklah tanpa efek samping yang tidak
diinginkan. Dari tanah yang kita tanam dan air yang kita minum sampai udara yang kita
hirup, lingkungan telah menerima dampak yang sangat besar untuk semua itu. Polutan
yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan faktor terbesar terjadinya asap,
hujan asam, dan pemanasan global dan perubahan iklim). Polusi lingkungan telah
melampaui batas ambang dimana menjadi ancaman yang serius bagi tanaman, satwa
liar, dan kesehatan manusia. Polusi udara telah menjadi penyebab berbagai masalah
kesehatan termasuk asma dan kanker. Diperkirakan lebih dari 60.000 orang di Amerika
Serikat meninggal dunia setiap tahunnya karena penyakit jantung dan paru-paru yang
berkaitan dengan polusi udara.
Ratusan unsur dan senyawa, seperti benzena dan formaldehid diketahui teremisi
pada pembakaran batubara, minyak bumi, gas alam, dan kayu di pembangkit-
pembangkit tenaga listrik, mesin kendaraan, tungku pembakaran, dan bahkan perapian.
Beberapa senyawa ditambahkan ke bahan bakar cair untuk berbagai alasan (seperti
MTBE atau methyl tertiary buthyl ether yang digunakan untuk meningkatkan angka
oktan pada bahan bakar dan juga oksigenasi bahan bakar pada musim dingin untuk
mengurangi asap perkotaan), yang mana dapat menggangu kesehatan mata dan
pernapasan. Sumber terbesar polusi udara adalah dari kendaraan bermotor, dan polutan
yang dikeluarkan oleh kendaraan biasanya dikelompokkan sebagai hidrokarbon (HC),
nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Emisi HC merupakan komponen
besar dari emisi senyawa volatil organik (VOCs), dan ini umumnya digunakan secara
bergantian untuk emisi kendaraan bermotor. Sebagian besar dari emisi VOC atau HC
disebabkan oleh penguapan pada saat pengisian bahan bakar atau tumpahan ketika
spitback atau oleh penguapan dari tangki gas karena penutup yang tidak tertutup rapat.
Pelarut, bahan pembakar, dan produk pembersih untuk rumah tangga yang mengandung
benzena, butana, atau produk HC lainnya juga merupakan sumber penting dari emisi
HC.
Peningkatan pencemaran lingkungan pada tingkat yang mengkhawatirkan dan
peningkatan kewaspadaan dari bahayanya itu sendiri, membuat perlu dilakukannya
pengendalian pencemaran lingkungan dengan menggunakan undang-undang dan
kesepakatan internasional. di Indonesia ada AMDAL. Di Amerika Serikat, Undang-
Undang Udara Bersih (The Clean Air Act) pada tahun 1970 (di daerah yang ditandai
dengan asap selama 14 hari di Washington pada tahun itu) menetapkan batas polutan
yang dihasilkan pembangkit-pembangkit besar dan kendaraan. Standar ini difokuskan
pada emisi hidrokarbon, nitrogen oksida, dan karbon monoksida. Mobil-mobil baru
harus memiliki alat konversi katalis (catalytic converter) pada sistem pembuangannya
untuk mengurangi emisi HC dan CO. Sebagai manfaat lain, pemisahan timbal dari
bensin pada catalytic converter menyebabkan penurunan yang drastis pada emisi timbal
beracun. Seperti di Amerika Serikat batas emisi untuk HC, NO, dan CO dari mobil
telah menurun secara berkala sejak tahun 1970. The Clean Air Act tahun 1990
membuat persyaratan yang lebih ketat tentang emisi, terutama untuk ozon, CO,
Nitrogen Dioksida, dan unsur partikel (PM). Sebagai hasilnya, sekarang ini fasilitas
industri dan kendaraan menghasilkan sebagian kecil dari polutan sama seperti yang
mereka hasilkan beberapa dekade yang lalu. Emisi HC dari mobil. Contohnya,
penurunan dari sekitar 5 gpkm (gram per km) pada tahun 1970 menjadi 0,25 gpkm pada
tahun 1980 dan sekitar 0,06 gpkm pada tahun 1999. Ini adalah penurunan yang drastis
karena sebagian besar gas beracun yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan bahan
bakar cair adalah hidrokarbon. Anak-anak sangat rentan terhadap dampak yang
dihasilkan oleh polusi udara karena organ tubuh mereka masih dalam masa
perkembangan. Mereka juga terkena polusi yang lebih banyak karena mereka lebih
aktif, dan bernapas lebih cepat. Orang yang mempunyai masalah dengan jantung dan
paru-paru, terutama asma, faktor terbesarnya adalah disebabkan oleh polusi udara. Hal
ini menjadi jelas jika tingkat polusi udara di lingkungan mereka mencapai tingkat yang
sangat tinggi.
C. Polutan yang dihasilkan dari Pembakaran Bahan Bakar
1. Asap Dan Ozon
Jika anda tinggal di daerah metropolitan seperti Los Angeles, anda mungkin
terbiasa dengan asap perkotaan – asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang
membentuk gumpalan udara yang mengambang di daerah-daerah berpenduduk
pada hari musim panas. Asap sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3),
tetapi juga banyak mengandung unsur-unsur kimia lainnya, termasuk karbon
monoksida (CO), unsur partikel seperti debu, senyawa volatil organic (VOCs)
seperti benzene, butane, dan hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang
berbahaya jangan disamakan dengan lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk
melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Ozon di bagian
permukaan tanah merupakan polutan dengan beberapa pengaruh yang merugikan
kesehatan. Sumber utama nitrogen oksida dan hidrokarbon adalah kendaraan
bermotor. Hidrokarbon dan nitrogen oksida bereaksi terhadap sinar matahari pada
hari yang cerah untuk membentuk lapisan bawah ozon, yaitu komponen utama dari
asap Puncak dari pembentukan asap biasanya pada sore hari saat suhu tertinggi dan
banyak sinar matahari. Meskipun lapisan bawah asap dan ozon terbentuk di daerah
perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau daerah industri, namun angin yang
bertiup dapat membawanya beberapa ratus mil ke kota.
Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak kantung udara pada
paru-paru, dimana oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang pada akhirnya
pengerasan pada jaringan lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat menyebabkan sesak
napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk masalah pernapasan seperti
asma. Setiap bagian ozon berdampak kecil terhadap kerusakan pada paru-paru,
seperti halnya asap rokok, yang akhirnya mengikis kapasitas paru-paru setiap
manusia. Tetap berada di dalam rumah dan mengurangi aktivitas fisik pada saat
kondisi asap meningkat dapat meminimalisasi kerusakan yang parah. Ozon juga
merugikan tumbuh-tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun. Untuk
meningkatkan kualitas udara di daerah-daerah dengan masalah ozon terburuk,
Reformulated Gasoline (RFG) yang mengandung 2% oksigen telah diperkenalkan.
Penggunaan RFG telah menghasilkan penurunan yang signifikan dalam emisi ozon
dan polutan lainnya, dan penggunaannya diwajibkan untuk daerah-daerah yang
rawan banyak asap3).
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang
tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida
sebagian besar berasal dari kendaraan bermotor, dan dapat mencapai tingkat yang
berbahaya di daerah dengan lalu lintas sangat padat. Karbon monoksida
menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengikat
sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah yang kecil,
karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim
ke otak, organ dan otot lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat
merusak. Itu menimbulkan ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit
jantung yang disebabkan rapuhnya kondisi sistem peredarahan darah dan janin,
karena oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Pada jumlah yang
besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya kematian
yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi dan kebocoran gas
buangan ke dalam mobil.
Asap juga mengandung unsur partikel yang tersuspensi seperti debu yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri. Partikel seperti itu dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru karena dapat membawa senyawa,
seperti asam dan logam.ain. Ini menunjukkan bahwa polusi tidak mengenal batas,
dan merupakan masalah global.
2. Hujan Asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasuk
belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber
utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan
kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan The Clean Air Act tahun
1970 telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang mengharuskan pembangkit-
pembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara
dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan
memperbaiki sulfur kembali.2 Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu
sumber SO2 karena bensin dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil.
Letusan gunung merapi dan air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida
(ditandai dengan bau seperti bau telur busuk).
3. Efek Rumah Kaca Pemanasan gelobal dan Perubahan Iklim
Anda mungkin menyadari ketika anda meninggalkan mobil di bawah terik
matahari interior di dalam mobil menjadi lebih panas dari pada udara di luar mobil,
dan mungkin anda bertanya-tanya mengapa mobil anda berfungsi seperti
perangkap panas. Ini dikarenakan kaca pada ketebalan yang dapat mentransmisikan
dengan mudah lebih dari 90% radiasi dalam jarak pandang dan buram (non-
transparan) menjadi radiasi dengan jarak panjang gelombang inframerah yang lebih
panjang. Oleh karena itu, kaca memungkinkan radiasi matahari untuk masuk secara
bebas, tetapi menghalangi radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan
interior. Ini menyebabkan peningkatan suhu pada interior sebagai akibat dari
penumpukan energi panas di dalam mobil. Efek pemanasan ini dikenal sebagai
efek rumah kaca, karena efek ini digunakan terutama di rumah kaca.
Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi dalam skala besar. Permukaan bumi,
yang menghangat pada siang hari karena adanya penyerapan energi surya, dan
mendingin pada malam hari dengan memancarkan sebagian energinya ke ruang
angkasa berupa radiasi infra merah. Karbon dioksida, uap air, dan sisa dari
beberapa gas lainnya seperti metana dan nitrogen oksida menyelimuti bumi dan
membuat bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara menghalangi panas yang
terpancar dari bumi (Gbr.4). Oleh karena itu, ini disebut juga "gas rumah kaca",
dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Uap air biasanya tidak termasuk
didalamnya karena jatuh berupa hujan atau salju sebagai bagian dari siklus air dan
aktivitas manusia dalam memproduksi air (seperti pembakaran bahan bakar fosil)
yang tidak merubah konsentrasi uap air di atmosfer.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Dampak Pembakaran Bahan Bakar Terhadap Udara Dan Iklim


Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak
bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen
oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan
asam, smog dan pemanasan global). Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas
NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia
(misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan
sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat
organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang
dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah
pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan
peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga
berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara.
Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat,
sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut
menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu
atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut. Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang
berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi
adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan
pemasanan global. Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi,
juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu
bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi
yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton
sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton

B. Bahan-Bahan Polutan penyebab Polusi Udara


1. Karbon dioksida
Karbon dioksida atau CO2, semua orang mengenal senyawa ini sebagai gas,
tak berbau, tak berwarna, tak beracun dan berasal dari setiap mekanisme
pembakaran maupun metabolisme. Gas Karbon dioksida pertama kali diamati
keberadaannya oleh Van Helmont, tahun 1577. Secara statistik alamiah, gas ini
tidak melimpah di muka bumi dan konstan persentasenya. Sejak lama orang tidak
memberi perhatian terhadap sifat-sifat gas tersebut. Pemanfaatan gas CO2 salah
satunya adalah dapat diubah fasenya menjadi padat dan disebut “dry ice.
Peningkatan persentase CO2 di muka bumi akibat aktivitas produksi dan
konsumsi. Mulailah dikenal istilah “Green House Effect“, yaitu meningkatnya
kadar CO2 di atmosfer menjadikan bumi tambah panas, memberikan efek “Global
Warming .
2. Karbon monoksida
Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -
129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan
udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses
industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk. walaupun jumlahnya relatif
sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.
3. Oksida Blerang
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan
gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2berbau tajam dan
tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3bersifat sangat reaktif. Gas SO3mudah
bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda
lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses
kimiawi lainnya. SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab
karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa
gasnya. Sox menimbulkan gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm
akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm
menimbulkan bau. Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera
manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO2. Namun demikian gas tersebut
akan bertemu dengan oksigen yang ada diudara dan kemudian membentuk gas
SO3. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri
seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas
SOx diudara meningkat. Reaksi antara gas SOx dengan uap air yang terdapat di
udara akan membentuk asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan
asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa
yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan
karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negara
industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karena
sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan
mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang
digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang
dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk
mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam
proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena
mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses
peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan
pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida
logam
4. Nitrogen Oksida
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida
(NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai
sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang
mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna
dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari
baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang
mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya,
kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang
tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system saraf yang mengakibatkan
kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan
kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi
oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya
bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat
menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti
ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat
melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti
yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan
kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnyaPeroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan
iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN
bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya
kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
C. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Kesehatan
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara
metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah
(hemoglobin).
SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis.
dalam bentuk gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan pada paparan yang tinggi
(waktu singkat) mempengaruhi fungsi paru-paru. CO2 dan CO merupakan produk
sampingan H2SO4 yang mempengaruhi sistem pernapasan. Senyawanya, terdiri dari
garam ammonium polinuklir atau organosulfat, mempengaruhi kerja alveoli dan
sebagai bahan kimia yang larut, mereka melewati membran selaput lendir pada sistem
pernapasan pada makhluk hidup. Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke
pembentukan partikel ditemukan bergabung dengan pengaruh kesehatan yang
banyak.Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk
ke atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton belerang setiap
tahunnya, terutama sebagai SO2 dari pembakaran batu bara dan gas buangan
pembakaran bensin. Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan
oleh kegiatan gunung berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik,
dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan oleh proses biologis ini
dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.
Nitrogen dioksida merupakan polutan udara yang dihasilkan pada proses
pembakaran. Ketika nitrogen dioksida hadir, nitrogen oksida juga ditemukan
gabungan dari NO dan NO2 secara kolektif mengacu kepada nitrogen oksida (NOx).
Pada sangat konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada kecelakaan
industri yang fatal, paparan NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru yang
berat dan cepat. Pengaruh kesehatan mungkin juga terjadi pada konsentrasi ambient
yang jauh lebih rendah seperti pada pengamatan selama peristiwa polusi di kota.
Bukti yang didapatkan menyarankan bahwa penyebaran ambient kemungkinan akibat
dari pengaruh kronik dan akut, khususnya pada sub-grup populasi orang yang terkena
asma. NO2 terutama berkelakuan sebagai agen pengoksidasi yang kemungkinan
merusak membran sel dan protein. Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan
menyebabkan peradangan yang akut. Ditambah lagi, penyebaran dalam waktu-singkat
berpengaruh terhadap peningkatan resiko infeksi saluran pernapasan.
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pembakaran bahan bakar ini memiliki banyak sekali dampak negatif dibanding
dengan dampak positif. Diantara dampak negative yang akan timbul akibat pembakaran
ini adalah dampak terhadap udara seperti udara yang semakin kotor akibat banyak
polutan, sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan, juga tumbuhan.
Kemudian tanah akan semakin asam, sehingga tumbuhan akan sulit untuk tumbuh, air
pun akan tercemar. Atau dapat disimpulkan bahwa hal tersebut dapat mengganggu
kelanggsungan hidup makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Taty. 2009. Pencemaran Udara. Surabaya: Teknik Lingkungan Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2009. Inventarisasi Emisi
Pencemar Udara Di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah


Kaca Nasional Buku II Volume 1: Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi
Gas Rumah Kaca Pengadaan Dan Penggunaan Energi. Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan


Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Perkotaan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai