Anda di halaman 1dari 16

Nama: Wahyu Melia Rohliana

Kelas: 3A DIII Keperawatan


NIM: 201604066
Tugas Kuliah: Maternitas

1. Jelaskan definisi kemoterapi!


Kemoterapi dengan sitostatika atau obat antikanker merupakan suatu terapi
yang dilakukan yang dapat menyembuhkan hanya sejumlah kecil jenis kanker (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan kanker yang menggunakan obat untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan menghentikan atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker, yang tumbuh dan membelah dengan cepat.
(repository ugm, 2013).

2. Jabarkan stadium ca servix menurut figo!


Penentuan stadium kanker servix menurut international federation of gynecolog
and obstetric (FIGO) masih berdasarkan pada pemeriksaan klinis pra operatif ditambah
dengan foto thorax serta sitoskopi dan rektoskopi yaitu:
Stadium Deskripsi
0 Karsinoma insitu, karsinoma intra epithelial
I Karsinoma terbatas pada serviks (penyebaran ke korpus uteri
diabaikan)
1A Karsinoma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, Lesi yang
dapat dilihat secara langsung walaupun dengan invasi yang sangat
superfisial dikelompokkan dalam stadium IB. Kedalaman invasi ke
stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm.
IA1 Invasi stroma dalamnya < 3mm dan lebarnya < 7mm pada
penyebaran secara horizontal
IA2 Invasi stroma dalamnya 3-5 mm dan lebarnya < 7mm pada
penyebaran secara horizontal
IB Secara klinis, tumor dapat diidentifikasi pada serviks atau massa
tumor lebih besar dari IA2
IB1 Secara klinis lesi ukuran <4cm
IB2 Secara klinis lesi ukuran >4cm
II Tumor telah menginvasi uterus tetapi tidak mencapai 1/3 distal
vagina atau dinding panggul
IIA Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium
IIB Infiltrasi ke parametrium tapi belum mencapai dinding panggul
III Tumor menginvasi sampai dinding pelvis dan atau menginfiltrasi
sampai 1/3 distal vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau
gagal ginjal
IIIA Tumor hanya menginfiltrasi 1/3 distal vagina
IIIB Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau
gangguan fungsi ginjal
IV Perluasan ke luar organ reproduktif
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau rectum dan atau
menginvasi keluar dari true pelvis
IVB Metastase jauh atau keluar dari rongga panggul.

(Nerfina, 2014)

3. Jelaskan karakteristik virus HPV!


Human PapillomaVirus (HPV) Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang
paling sering dijumpai pada penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam
proses terjadinya kanker. Terdapat sekitar 130 tipe HPV yang telah berhasil
diidentifikasi dan lebih dari 40 tipe HPV dapat menginfeksi area genital lakilaki dan
perempuan, mulut, serta tenggorokan kan. Virus ini terutama ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya dari virus ini adalah HPV tipe 16, 18,
45 dan 56. HPV merupakan virus yang menginfeksi kulit (epidermis) dan membran
mukosa manusia, seperti mukosa oral, esofagus, laring, trakea, konjungtiva, genital,
dan anus. HPV tidak pernah mengin feksi mukosa saluran cerna.
Virus ini terutama ditularkan melalui hubungan seksual termasuk oral sex, anal
sex, dan hand sex. Virus ini juga dapat menular melalui kontak nonseksual seperti
transmisi vertikal ibu kepada bayinya (sangat jarang terjadi), penggunaan alat-alat yang
telah terkontaminasi seperti handuk, sarung tangan, dan pakaian. Virus menular melalui
kontak langsung dengan lesi yang telah terinfeksi.
Masa inkubasi HPV 3-4 bulan (bervariasi 1 bulan hingga 2 tahun). HPV
membelah berkali-kali bila respon imun rendah, misalnya pada kasus HIV, merokok,
hamil, dan malnutrisi. HPV tidak dapat disembuhkan, individu yang terinfeksi akan
selalu membawa virus. Veruka genital umumnya disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16,
18 dan 31. Veruka genital dapat terlihat pada vulva, vagina, anus atau serviks, seperti
di area anus dan penis pada pria. Masa inkubasi dimulai 2 minggu sampai 9 buln setelah
pajanan, namun bisa lebih lama. Veruka ini dapat be bentuk datar atau bulat, besar atau
kecil.
Veruka genital membentuk seperti kembang kol. Kanker mulut rahim atau
disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Di Indonesia hanya 5
persen yang melakukan Penapisan Kanker mulut rahim, sehingga 76,6 persen pasien
ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker mulut
rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan
dengan melakukan tes Pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Di
negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim
mengurangi insiden kanker mulut rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih.
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV)
bertanggung jawab untuk semua kasus kanker mulut rahim.
Kanker serviks HPV berperan dalam menyebabkan terjadinya kanker serviks
tetapi bukan satusatunya penyebab terjadinya kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18
menyebabkan 68% keganasan tipe skuamosa dan 83% tipe adenokarsinoma. Meskipun
infeksi HPV biasanya tanpa gejala infeksi pada serviks bisa menghasilkan perubahan
secara histologi yang digolongkan dalam Cervical intraepitelial Neoplasm (CIN)
derajat 1, 2, 3 didasarkan pada derajat kerusakan dari sel epitel pada serviks atau
adenokarsinomainsitu. CIN 1 biasanya sembuh spontan (60% dari seluruh kasus) dan
beberapa berkembang ke arah keganasan (1%). CIN 2 dan 3 memiliki persentase sedikit
untuk sembuh spontan dan memiliki persentase yang tinggi untuk berkembang ke arah
keganasan. (Setiawati, 2014)
4. Apa indikasi dilakukannya kemoterapi?
Kemoterapi ditujukan untuk terapi kanker yang sudah metastasis atau
kambuhan di luar area radiasi (IB2, IIA, IIB, IIIB, dan IVA). Kemoterapi terdiri atas
Cisplatin sebagai agen tunggal dan kombinasi dengan agen lainnya. Respon Cisplatin
lebih tinggi ketika dalam bentuk kombinasi dengan Ifosfamid dan Bleomisin akan
tetapi toksisitasnya tinggi (NCCN, 2013).

5. Pemeriksaan apa yang dilakukan sebelum kemoterapi?


a. Tes darah standar
Dokter akan merujuk tes darah untuk pengobatan kemo. Hal ini perlu dilakukan
sebagai catatan awal dan untuk memastikan tubuh siap menjalani kemoterapi.
Menurut dr. Chabner Thompson, MD, MPH, mengetahui level darah bisa menjadi
parameter untuk mengukur keberhasilan kemoterapi, apakah pengobatan yang
dilakukan sudah efektif atau belum, ataukah perlu tambahan obat untuk membunuh
sel kanker. Tes darah ini akan mengukur bagaimana darah merespon. Kemoterapi
dapat menghancurkan kanker, namun ada efek samping lain yang perlu diukur dari
dalam darah, seperti apakah ada efek pada fungsi samping pada hati, ginjal, dan
jantung.
b. Tes radiologi
Ada beberapa tipe, seperti tes ultrasound, X-ray, MRI, CT scan dan PET. Tes
ini biasanya dilakukan sebelum, saat dan sesudah kemoterapi. Waktu yang
diperlukan ketika menjalani tes ini tidak sebentar, perlu beberapa lama untuk
menunggu.
c. Tes gigi
Pemeriksaan gigi sangat penting untuk dilakukan agar tanda-tanda infeksi yang
memicu komplikasi dapat diketahui.
d. Podiatric evaluation
Kemoterapi dapat mempengaruhi kuku dan kulit yang dapat menyebabkan
infeksi. Jika pasien memiliki masalah sirkulasi yang buruk, diabetes, dan kondisi
kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kaki atau penyembuhan luka,
sebaiknya jadwalkan evaluasi dengan ahli penyakit tersebut.
6. Jelaskan jenis obat kemoterapi!
Obat kemoterapi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan faktor
- faktor seperti bagaimana mereka bekerja, struktur kimianya, dan hubungan mereka
dengan obat lain. Karena beberapa obat bertindak dalam lebih dari satu cara, mereka
mungkin menjadi bagian lebih dari satu kelompok. Kelompok – kelompok tersebut
antara lain (ACS, 2013) :
1) Golongan agen pengalkil
Agen pengalkil (alkylating agent) secara langsung merusak DNA untuk
mencegah sel kanker bereproduksi. Agen pengalkil tidak spesifik pada fase,
dengan kata lain agen pengalkil bekerja pada semua fase siklus sel. Karena obat
golongan ini merusak DNA, mereka dapat menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang belakang jika digunakan jangka panjang. Contohnya:
siklofosfamid (Cytoxan®), Ifosfamid, klorambucil, melphalan, lomustine,
busulfan, dll (ACS, 2013). Obat – obat platinum (Cisplatin dan Carboplatin)
sering kali dimasukkan dalam golongan ini karena mereka membunuh sel
dengan cara yang hampir sama (ACS, 2013).
2) Golongan antimetabolit
Antimetabolit adalah kelas terapi yang mengganggu DNA dan
pertumbuhan RNA dengan mengganti blok normal RNA dan DNA. Agen
merusak sel-sel selama fase S. Contohnya : 5-Fluorourasil, 6- Merkaptopurin,
Capecitabine, Citarabin, Gemcitabine, Hidroxyurea, Methotrexate, Pentostatin,
dan Thioguanin (ACS, 2013).
3) Golongan antitumor antibiotik
Anthracycline adalah antibiotik antitumor yang mengganggu enzim
yang terlibat dalam replikasi DNA. Obat ini bekerja di semua fase siklus sel.
Mereka banyak digunakan untuk berbagai jenis kanker. Contohnya adalah
Daunorubisin, Doksorubisin, Epirubisin, dan Idarubisin. Antitumor antibiotik
lain yang bukan golongan antrasiklin misalnya Actinomisin-D, Bleomisin, dan
Mitomisin-C (ACS, 2013).
4) Golongan inhibitor topoisomerase
Golongan ini bekerja dengan mengganggu enzim topoisomerase yang
membantu memisahkan untai DNA sehingga mereka dapat disalin. Contoh obat
inhibitor topoisomerase I yaitu Topotecan dan Irinotecan, contoh obat inhibitor
topoisomerse II yaitu Etoposide, Teniposide, dan Mitoxantron (ACS, 2013).
5) Golongan inhibitor mitosis
Inhibitor mitosis kebanyakan adalah alkaloid tumbuhan dan komponen lain
yang merupakan derivat dari produk alam. Obat – obat ini dapat menghentikan
mitosis dan menghambat enzim untuk membuat protein yang dibutuhkan sel
untuk bereproduksi. Obat – obat golongan ini bekerja pada fase M dari siklus
sel. Contohnya : Paklitaksel, Docetaksel, Ixabepilone, vinkristin, vinblastin,
vinorelbin, dan estramustin (ACS, 2013).
6) Golongan kortikosteroid
Steroid adalah hormon alami dan obat yang menyerupai hormon yang
berguna untuk mengobati beberapa jenis kanker. Karena dapat digunakan untuk
membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, maka obat
golongan ini dapat dikategorikan sebagai obat kemoterapi. Contohnya adalah
Prednisolon, Metilprednisolon, dan Deksametason (ACS, 2013).
7) Golongan lain
Obat golongan lain sering kali menimbulkan efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan dengan obat kemoterapi yang biasa digunakan, karena
obat – obat golongan ini diterget bekerja hanya pada sel kanker dan tidak banyak
berpengaruh pada sel normal. Antara lain:
a.) Targeted therapy
Dilakukan banyak penelitian tentang kerja bagian sel kanker untuk
menciptakan obat baru yang menyerang sel-sel kanker lebih spesifik
dibandingkan obat kemoterapi konvensional. Sebagian besar agen
menyerang sel-sel dengan versi mutan dari gen tertentu, atau selsel yang
mengekspresikan terlalu banyak salinan gen tertentu. Obat ini dapat
digunakan sebagai bagian dari pengobatan utama, atau digunakan setelah
perawatan untuk mempertahankan remisi atau mengurangi kemungkinan
kambuh. Contohnya adalah Imatinib, Gefitinib, Sunitinib, dan
Bortezomib (ACS, 2013).
b.) Imunoterapi
Beberapa obat yang diberikan pada pasien kanker untuk meningkatkan
sistem imunnya untuk menyerang sel kanker. Contoh obat imunoterapi
adalah monoklonal antibody terapi (Rituzimab dan Alemtuzumab),
imunoterapi yang tidak pesifik dan adjuvant (BCG, IL-2 dan Interferon
alfa), dan vaksin kanker (Provenge® untuk kanker prostat) (ACS, 2013).
Kemoterapi agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
metastasis ekstrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor kambuhan
yang sebelumnya telah ditangani dengan operasi atau radiasi. Cisplatin telah
menjadi agen yang banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis
yang paling konsisten. Kombinasi paling aktif pada terapi kanker serviks
semuanya mengandung Cisplatin (repository ugm, 2013)

7. Jelaskan prosedur pemberian kemoterapi!


1) Persiapan
 Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB,
luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin
lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
 Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian
obat sebelumnya.
 Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
 Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
 Siapkan obat sitostatika.
 Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
 Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya.
 Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu.
 Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
 Infus set dan vena kateter kecil.
 Alkohol 70 % dengan kapas steril.
 Bak spuit besar.
 Label obat.
 Plastik tempat pembuangan bekas.
 Kardex (catatan khusus).
2) Cara Kerja Pencampuran obat
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan
memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan
dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien,
jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran. Bila tidak mempunyai biosafety
laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup
dengan cara :
 Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau
kain.
 Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
 Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%,
D5% atau intralit.
 Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan
kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
 Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5%
dengan volume cairan yang telah ditentukan.
 Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan
obat kedalam flabot atau botol infus.
 Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir
pemberian atau dengan syringe pump.
 Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
 Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau
jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari
tusukan.
3) Cara Pemberian kemoterapi
 Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
 Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung
tangan dan sepatu.
 Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
 Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infuse.
 Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan,
zofran, kitril secara intra vena).
 Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
 Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump)
sesuai program.
 Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
 Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan
diikat serta diberi etiket.
 Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
 Catat semua prosedur
 Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam
dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi

8. Apa efek samping penggunaan kemoterapi?


Efek samping fisik kemoterapi yang umum adalah pasien akan mengalami mual
dan muntah, perubahan rasa kecap, rambut rontok (alopesia), mukositis, dermatitis,
keletihan, kulit menjadi kering bahkan kuku dan kulit bisa sampai menghitam, tidak
nafsu makan, dan ngilu pada tulang (Nisman, 2011; Smeltzer & Bare, 2002).
Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan zat kimia
ataupun obat-obatan yang tujuanya untuk membunuh sel-sel kanker. Berdasarkan
National Cancer Institute, terapi dengan obat kemoterapi salah satunya golongan
antrasiklin (adriamisin/doksorubisin) dapat menyebabkan efek samping yaitu mual,
muntah, diare, stomatitis, alopesia, rentan terinfeksi, trombositopenia, neuropati dan
myalgia. (Eryn Trijayanti, 2016)
Beberapa efek samping dari kemoterapi yaitu:
 Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat
beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
 Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti
mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
 Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan
sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan
olahraga.
 Sariawan
 Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit
kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
 Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari
tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
 Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum
tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah
merah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit).
Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan
sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel
darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat
kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
ruam, dan bercak merah pada kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah.
Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak
pucat.
d. Kulit menjadi kering dan berubah warna
e. Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
f. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

9. Bagaimana tata laksana nutrisi pada pasien kemoterapi?


Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia kanker,
sehingga perlu mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari skrining gizi, dan apabila
hasil skrining abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan dengan diagnosis serta
tatalaksana nutrisi umum dan khusus.
Tata laksana nutrisi umum mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk
penentuan jalur pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi
operatif . Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa diare,
konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan serta kemo- dan atau radio-
terapi. Pada kondisi-kondisi tersebut, dokter SpGK perlu memberikan terapi nutrisi
khusus, meliputi edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa, sesuai dengan masalah
dan kondisi gizi pada pasien.
Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan
yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
alkohol dan direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan
secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter (Rekomendasi tingkat A).
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Tata laksana nutrisi pada pasien kemoterapi:
1) Skrining
Skrining dilakukan sebelum terapi kanker dimulai dan evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan. Bila pada skrining ditemukan adanya maslah nutrisi,
maka masalah tersebut perlu segera diterapi karena berhubungan dengan prognosis
dan keberhasilan terapi. Manajemen nutrisi yang tepat dimulai sedini mungkin dan
status nutrisi dipantau selama terapi. Skrining digunakan untuk identifikasi risiko
nutrisi pasien. Evaluasi secara lengkap dilakukan oleh tim manajemen tarapi
nutrisi. Tim terdiri dari dokter, perawat, dietician, pekerja sosial dan psikolog.
2) Manajemen nutrisi pada pasien kanker
Faktor yang mempengaruhi pemberian terapi nutrisi pada kanker adalah lokasi
kanker primer dan metastasis, gejala klinis, tipe terapi, efek samping potensial, efek
keganasan pada makanan, penyerapan nutrien serta penggunaannya.
Tujuan manajemen nutrisi secara umum pada pasien kanker adalah untuk
menyediakan makanan yang mengandung cukup kalori dan protein, mengkoreksi
defisit nutrisi, mencegah keadaan imunosupresi dan meminimalkan berat badan.
3) Rute pemberian nutrisi
Pemberian nutrisi dapat dilakukan secara enteral (oral maupun melalui tube)
atau parenteral. Makan melalui mulut merupakan metode terapi nutrisi yang dipilih
bila memungkinkan, namun beberapa pasien seperti pada pasien kanker kepala dan
leher, esofagus atau lambung, nutrisi tidak dapat diberikan melalui mulut, namun
diberikan secara enteral melalui tube, maupun parenteral. Keuntungan nutrisi
enteral dibandingkan parenteral adalah dapat menjaga lambung dan usus bekerjaa
secara normal serta memiliki komplikasi yang lebih rendah dibandingkan nutrisi
parenteral. Risiko nutrisi enteral antara lain dapat menyebabkan diare, konstipasi,
mual, meningkatkan risiko aspirasi dan pneumonia serta meningkatkan resiko
infeksi. Terapi enteral dapat diberikan pada pasien dengan karakteristik berat badan
rendah malabsorbsi, abses pada esofagus dan lambung, ketidak mampuan makan
atau minum melalui mulut selama lebih dari 5 hari, risiko nutrisi menengah atau
tinggi dan mampu menggunakan tube feeding dirumah.
4) Manajemen nutrisi pada efek samping akibat kemoterapi diantaranya yaitu:
a. Anoreksia
Manajemen anoreksia yaitu:
1. Pasien dibantu untuk mempersiapkan makanan
2. Porsi kecil makanan kegemaran disiapkan sehingga siap dimakan ketika
lapar.
3. Asupan makanan dalam porsi kecil yang mengandung tinggi protein dan
tinggi kalori setiap 1 sampai 2 jam sehari
4. Pemberian kalori dan protein extra dapat ditambahkan pada makanan
(seperti mentega, bubuk susu skim, madu atau gula merah)
5. Apabila sulit makan makanan padat dapat diganti dengan suplemen cair,
sup, susu, dan jus.
6. Makan makanan dengan bau yang menyenangkan pasien, makanan dengan
bau menyengat dihindari dengan cara: memasak makanan diluar ruangan,
mendinginkan makanan yang baru dimasak dan pembungkus makanan
disingkirkan
7. Makanan tinggi kalori dan protein yang direkomendasikan adalah keju,
krakers, pudding, muffin, suplemen lain yang cukup bergizi antara lain,
milkshake, yogurt, es krim, susu bubuk yang ditambahkan pada makanan
lain yang mengandung susu
8. Untuk menecegah hilangnya nafsu makan dapat diusahakan untuk
menciptakan suasana nyaman saat makan, membatasi minum saat sedang
makan, dan olahraga secara teratur bila memungkinkan
b. Mulut kering
Manajemen mulut kering akibat kemoterapi antara lain:
1. Meningkatkan asupan cairan
2. Memilih makanan yang lunak
3. Permen dapat digunakan untuk stimulasi pengeluaran saliva
4. Hindari alkohol dan rokok
c. Mual dan muntah
Pada kondisi ini lingkungan disekitar pasien dan asupan makanan harus
diperhatikan, adapun penanganannya antara lain:
1. Pasien ditempatkan di ruangan yang sejuk
2. Hindari makan ddalam ruangan dimana terdapat bau masakan atau keadaan
yang terlalu panas buatlah suasana yang nyaman dan sirkulasi udara yang
baik.
3. Cuci mulut sebelum dan setelah makan,
4. Hindari makan 1-2jam sebelum dan sesudah kemoterapi.
5. Hindari makanan yang menyebabkan mual seperti makanan yang pedas
berminyak berlemak dan bau yang menyengat.
6. Makan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan porsi kecil
beberapa kali sehari
7. Makan makanan kering seperti crackers atau roti bakar.
8. Minum air sedikit demi sedikit dan tingkatkan asupan cairan
9. Batasi cairan pada saat makan
10. Hindari penggunaan bumbu yang berlebih pada makanan
11. Elevasi kepala dilakukan selama 1 jam setelah makan.
12. Menghisap permen seperti peppermint atau lemon bila mulut terasa tidak
enak
13. Pada periode mual hebat, melakukan aktivitas yang bersifat relaksasi
seperti membaca atau tidur
14. Menjaga kebersihan mulut dan berolahraga
15. Pemberian antiemetik untuk mengurangi gejala.
d. Diare yang berkepanjangan dapat menakibatkan terjadinya dehidrasi dan atau
kadar garam serta pottasium yang menurun penanganannya adalah
1. Makan makanan (sup, pisang) dan minuman untuk mengganti cairan serta
elektrolit yang hilang
2. Hindari makan makanan berminyak, minuman panas atau dingin dan kafein
3. Hindari makanan yang tinggi serat terutama kacang kering dan sayuran
seperti brokoli dan kubis.
4. Makan makanan yang tinggi protein
5. Asupan cairan ditingkatkan
6. Batasi susu sampai 2 gelas perhari atau hindari susu dan produk susu
sampai penyebab ditemukan
7. Batasi makanan atau minuman yang dapat menyebabkan gas seperti soda
8. Obat anti diare dapat diberikan bila perlu.
e. Demam
Manajemen demam dengan pemberian minuman berkalori seperti susu,
air madu dan air kaldu
f. Asupan cairan yang kurang
Tubuh memerlukan cairan tambahan untuk mengganti cairn yang hilang
setiap harinya. Diare, mual, muntah serta nyeri berkepanjangan dapat
menghindarkan pasien untuk mendapatakan asupan cairan yang cukup. Untuk
mencegah dehidrasi dapat dilakukan upaya, yaitu:
1. Minum 8-12 gelas air per hari dapat air putih, jus, susu atau makan yang
mengandung air yang cukup seperti pudding.
2. Batasi minuman yang mengandung kafein seperti soda, kopi, teh panas atau
dingin,
3. Minum lebih banyak air setelah dan atau sebelum makan.
4. Gunakan obat untuk mengurangi mual dan muntah. (Sutandyo, 2007)
10. Buatlah pohon masalah terkait kemoterapi!

KANKER SERVIKS

PENATALAKSANAAN

Pembedahan Radiasi Kemoterapi

Sistem pencernaan Sistem hematologi

Peningkatan GG sumsum tulang


Kejang otot perut
asam lambung
Penurunan hb Penurunan Penurunan dan
Nyeri perut
Nafsu makan trombosit peningkatan
anemia
turun Diare leukosit

Dehidrasi Berat Lemas lelah Terganggu


proses Penurunan
Ketidaksei
penggump kekebalan
mbangan Hambatan
Kekurangan alan darah tubuh
nutrisi mobilitas
volume
kurang fisik
cairan Mudah terkena
dari Perdarahan
infeksi
kebutuhan ruam dan
tubuh bercak
pada kulit Risiko infeksi

Risiko Mudah terkena


perdarahan infeksi

Peningkatan
suhu tubuh

(Price & Wilson, 2012; Smeltzer, 2015; Ariani, 2015) Hipertermi


(Novelia, 2017)

Gangguan Kerontokan Rusaknya Sistem


citra tubuh rambut folikel rambut integumen

Disfungsi
seksual Terjadi
Sistem
kekeringan
reproduksi
cairan vagina
Ansietas Perubahan
fungsi tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Eryn Trijayanti, E. P. (2016, oktober). Hubungan Asupan Makan dan Status Gizi Pada Pasien
Kanker Serviks Post Kemoterapi. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5, 751-760. Dipetik
september 10, 2018, dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/14342/13873
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Serviks. 10. Dipetik september 10, 2018, dari Kemenkes RI:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf.
Nerfina, J. D. (2014). Tata laksana nutrisi pada pasien kanker servix yang menjalani terapi
radiasi. digilib UI, 11-12. Dipetik september 10, 2018, dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-2/20391330-SP-
Julia%20Dewi%20Nerfina.pdf
Novelia, D. (2017, juni). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi Di Ruang Ginekologi-Onkologi IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Poltekkes Padang, 14. Dipetik september 10, 2018, dari
pustaka.poltekkes-pdg.ac.id
repository ugm. (2013). Kanker Serviks Repository UGM, 1. Diambil kembali dari 2.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&
uact=8&ved=2ahUKEwib2sDZ27HdAhUKM48KHRJtAIEQFjAEegQIARAC&url=h
ttp%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F64800%2Fpotongan%
2FS1-2013-288962-chapter1.pdf&usg=AOvVaw3w2is
Setiawati, D. (2014, desember). Human Papilloma Virus dan Kanker Serviks. Al sihah:
public health science journal, VI, 450-452. Dipetik september 10, 2018, dari journal
uin-alauddin.ac.id
Sutandyo, N. (2007). Nutrisi pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi. indonesian
journal of cancer, 145-148.

Anda mungkin juga menyukai