Anda di halaman 1dari 6

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

1. Binaural localization of sound


Kedua telingga terbuka:
a. Depan (-)
b. Belakang (-)
c. Kanan (+)
d. Kiri (+)

Salah satu telingga ditutup:


a. Depan (-)
b. Belakang (-)
c. Kanan (+)
d. Kiri (-)

2. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan
a. Mata terbuka keduanya : jalan OP lurus mengikuti garis
b. Mata tertutup : jalan OP miring kekiri
c. Kepala miring ke kiri mata terbuka : jalan OP lurus
d. Kepala miring ke kanan mata terbuka : jalan OP lurus
e. Kepala dimiringkan ke kiri, mata tertutup : jalan OP miring kekanan
f. Kepala dimiringkan ke kanan,mata tertutup : jalan OP miring kekanan

3. Peran mata dan propiosepsi dalam keseimbangan


a. Saat OP berdiri satu kaki 2 menit mata OP terbuka:
OP terjatuh pada 1 menit 24 detik
b. Saat OP berdiri satu kaki 2 menit mata tertutup:
OP terjatuh pada waktu 30 detik
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Binaural localization of sound1,2


Berdasarkan hasil diatas menunjukan ketika sumber bunyi berada di depan dan belakang
OP dengan keadaan telingga dan mata terbuka OP tidak dapat mendengar bunyi, sedangkan
ketika di simpan di samping kiri dan kanan OP dapat mendengar sumber bunyi. Ketika OP
di minta untuk menutup telinga dan mata disisi kiri OP hanya dapat mendengar sumber
suara di sebelah kanan.
Nada yang tinggi memiliki frekuensi yang tinggi. Suara yang memiliki frekuensi tinggi
akan menggetarkan gendang telinga lebih cepat yang pada akhirnya getaran tersebut akan
disampaikan pada membrane basilaris di dalam koklea. Pada koklea, terdapat daerah
membrane basilaris tertentu yang bergetar paling maksimal pada frekuensi tertentu pula.
Membran basilaris yang terletak di bagian basal paling sensitif terhadap frekuensi tinggi,
sementara itu pada bagian apeks paling sensitive terhadap frekuensi rendah. Berbeda dengan
frekuensi, amplitude menggambarkan intensitas dari bunyi.
Pada suara yang memiliki amplitude yang tinggi, maka getaran yang dihasilkan pada
membrane timpani akan semakin hebat dan getaran yang hebat tersebut akan disampaikan
pada membrane basilaris yang sesuai dengan frekuensi bunyi yang ada. Dengan demikian,
pada suara berfrekuensi rendah, gendang telinga akan bergetar dengan frekuensi yang sama.
Getaran ini perlu disampaikan pada daerah membrane basilaris yang berada di apeks karena
membrane basilaris di daerah tersebut adalah yang paling sensitive terhadap frekuensi
rendah. Untuk dapat mencapainya, diperlukan intensitas yang relatif cukup kuat. Sementara
itu pada suara yang memiliki frekuensi tinggi, getaran hanya perlu disampaikan pada
membrane basilaris yang terletak pada bagian basal, sehingga untuk mencapainya hanya
diperlukan intensitas suara yang relatif lebih rendah. Selain faktor daera dari membrane
basilaris, terdapat juga faktor dari kualitas gendang telinga.
Pada orang yang memiliki gendang telinga yang intak dan tipis maka akan memiliki
ketajaman pendengaran yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki gendang
telinga tebal. Hal ini disebabkan oleh kualitas pergetaran yang dihasilkan oleh gendang
telinga. Pada orang tua, gendang telinga telah mengalami sclerosis sehingga lebih menebal.
Hal ini menyulitkan gendang telinga untuk bergetar terutama pada frekuensi yang tinggi,
sehingga timbul ketulian ringan pada frekuensi tinggi.
KESIMPULAN:
Pada percobaan diatas OP tidak dapat memberi respon terhadap suara yang didengar karena
frekuensi dari sumber suara sangat rendah. Karena semakin tinggi frekuensi suara maka
intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan
SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa orang percobaan memberikan
respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari frekuensi rendah ke tinggi).

2. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan


badan2
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada saat praktikum, pada percobaan,
OP dapat berjalan dengan baik tanpa kesuiltan mengikuti garis dalam keadaan mata terbuka
maupun tertutup. Kemudian percobaan diulangi kembali dalam keadaan mata terbuka dan
kepala dimiringkan ke kiri. Hasilnya OP berjalan dengan sedikit deviasi ke kanan. Perlakuan
diulangi lagi dalam keadaan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kiri, OP berjalan
dengan deviasi ke kanan. Lalu perlakuan diulangi kembali dalam keadaan mata terbuka dan
kepala dimiringkan ke kanan, terjadi sedikit deviasi ke kiri saat berjalan. Perlakuan diulangi
lagi dalam keadaan mata tertutup dan kepala dimiringkan ke kanan, OP berjalan dengan
deviasi ke kiri. Terjadinya deviasi ini disebabkan oleh kompensasi akibat pengeliminasian
dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu arah
(kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan. sehingga akan terjadi kecenderungan
deviasi ke arah berlawanan saat OP memiringkan kepalanya agar tidak terjatuh. Apabila
kepala dimiringkan terjadi perangsangan asimetris pada reseptor proprioseptif di otot leher
dan alat vestibular yang menyebabkan tonus yang asimetris pula pada otot-otot ekstremitas.
Dalam keadaan seperti diatas, mata yang terbuka berusaha untuk mempertahankan sikap
badan yang seimbang sebagai kompensasi. Apabila mata ditutup, ketidakseimbangan ini
akan tampak lebih jelas.
Pertanyaan : Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan
badan? Pengaruhnya, ketika mata terbuka, masukan informasi keseimbangan berasal dari
mata dan posisi kepala, maka jika mata tertutup dengan kepala dimiringkan, tubuh
cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan
dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh.

KESIMPULAN:
Terjadinya deviasi ini disebabkan oleh kompensasi akibat pengeliminasian dari isyarat visual
(OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu arah (kanan/kiri) dalam
mempertahankan keseimbangan. sehingga akan terjadi kecenderungan deviasi ke arah
berlawanan saat OP memiringkan kepalanya agar tidak terjatuh.

3. Peran mata dan propiosepsi dalam keseimbangan3


Berdasarkan hasil praktikum di atas, percobaan OP pada saat berdiri satu kaki dan
membuka mata selama 2 menit, keseimbangan OP untuk tetap berdiri hanya selama 1 menit,
sedangkan pada saat OP berdiri satu kaki dan menutup mata selama 2 menit, OP hanya
mampu berdiri selama 30 detik saja. Hal ini disebabkan sistem somatosensoris terdiri dari
taktil atau proprioseptif serta persepsi'kognitif.1nformasi propriosepsi disalurkan ke otak
melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif
menuju serebelum, tetapi ada pula yangmenuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis
dan thalamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung
padaimpuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut
adalahujung'ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. 1mpuls darialat
indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses dikorteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa
tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah
kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol
keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi
sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai
kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian
vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf
pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan
gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static
maupun dinamik.
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang
terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan
tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari
bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi
pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat
dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena
seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

KESIMPULAN
Percobaan OP pada saat berdiri satu kaki dan membuka mata selama 2 menit,
keseimbangan OP untuk tetap berdiri hanya selama 1 menit, sedangkan pada saat OP berdiri satu
kaki dan menutup mata selama 2 menit, OP hanya mampu berdiri selama 30 detik.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. USA: Thomson Brooks/ Cole;
2007.
2. Guyton AC, Hall JE. Guyton and Hall’s textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia ;
2007.
3. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc; 2010.

Anda mungkin juga menyukai