Anda di halaman 1dari 12

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI

KEGIATAN BERMAIN WARNA

Dwi Nurhayati Adhani


Nina Hanifah
Imro’atun Hasanah
Program Studi PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
email: adhaniuwi@gmail.com

Abstract:Improving Craetivity children with playing colour. Children not need social
emotional, language, motoric, moral development but alsoneed creativity development. Creativity
is ability to produce something new. This study aims to determine creativity development between
playing (with coconut pulp). . This research is done by collecting data from various ways that is
observation, interview, documentation. The result of this study can be conclude that in RA
Muslimat NU 107 Duduk Sampeyan improvement when using playing with coconut pulp. From
the results of this study, it can be appealed to early childhood educators to apply byplaying
coconut pulp to improve the creativity of children.

Key words: Language, Flash Card, Early Childhood

Abstrak: Meningkatkan Kreativitas anak melalui kegiatan bermain warna. Anak tidak hanya
memerlukan perkembangan sosial emosional, motorik, moral, bahasa akan tetaapi mereka
jugamemerlukan kreativitas. Kreativitas adalah suatu kemampuan dalam menciptakan sesuatu
yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas anak pada anak
usia dini dengan menggunakan permainan dengan media ampas kelapa. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa di RA Muslimat NU 107 Duduk Sampeyan terdapat
peningkatan yang signifikan pada siklus 1 dan siklus 2. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
dihimbau bahwa kepada para pengajar PAUD dapat memberikan alternative pengajaran dengan
menggunakan media ampas kelapa untuk meningkatkan kreativitas pada anak.

Kata kunci : Kreativitas, Bermain Dengan Ampas Kelapa, Anak Usia Dini

64
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 65

Anak merupakan generasi penerus bangsa potensi yang sangat penting untuk
yang berlangsung secara terus menerus dan dikembangkan. Potensi tersebut meliputi
bersifat alami. Anak-anak adalah generasi moral, nilai-nilai agama, sosial emosional,
yang akan membangun bangsa Indonesia kognisi, bahasa, fisik motorik, kemandirian
menjadi bangsa yang lebih maju dengan dan seni untuk siap memasuki pendidikan
kemampuan yang mereka miliki dan telah lebih lanjut. Masa perkembangan di TK adalah
diasah dari sejak usia dini. Dari generasi ke masa yang paling tepat untuk mengembangkan
generasi suatu bangsa akan mengalami semua potensi yang dimiliki oleh anak karena
pertumbuhan yang berbeda dimana kualitas anak usia dini proses perkembangannya terjadi
masyarakatnya akan ditentukan oleh secara pesat dan fundamental.
pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh
dan dimilikinya, baik secara formal maupun Seiring dengan betapa pentingnya
non formal. Perolehan kesempatan untuk dapat pendidikan dalam mengembangkan seluruh
mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan potensi yang dimiliki oleh anak, Taman
pada usia dini sangat menentukan keberhasilan Kanak-Kanak diharapkan sebagai tempat anak
perkembangan anak selanjutnya. untuk mengembangkan sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan daya cipta yang dapat
Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem dijadikan modal anak dalam menyesuaikan diri
Pendidikan Nasional No.20/2003 ayat 1, dengan lingkungannya serta untuk tumbuh
disebutkan bahwa yang termasuk anak usia kembang anak selanjutnya. Taman kanak-
dini adalah anak yang masuk dalam rentang kanak berperan sangat penting untuk
usia 0-6 tahun(Fadlillah, 2013: 18). Usia dini mengembangkan kecerdasan dengan guru
merupakan usia yang paling kritis atau paling sebagai fasilitator, dapat mengambil perannya
menentukan dalam pembentukan karakter dan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
kepribadian seseorang. Pembentukan karakter anak melalui stimulasi-stimulasi
dan kepribadian anak dimasa yang akan datang perkembangan yang dimiliki oleh anak. Guru
banyak sekali yang harus dikembangkan. Salah dapat memberikan kegiatan-kegiatan yang
satu cara untuk mengembangkan pendidikan dapat mengembangkan seluruh aspek
karakter dan kepribadian anak usia dini adalah perkembangan anak yang terintegrasi menjadi
melalui pendidikan. satu dalam sebuah kegiatan yang dibuat
berdasarkan pada tahap pencapaian
Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan perkembangan anak. Salah satu potensi yang
untuk mengembangkan seluruh potensi anak dimiliki anak adalah potensi keterampilan dan
agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia daya cipta yang berhubungan dengan
yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.(Slamet kreativitas. Kreativitas berperan penting dalam
Suyanto, 2015: 3) Taman kanak-kanak (TK) pertumbuhan anak selanjutnya.
adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang ada di jalur pendidikan Setiap manusia pada dasarnya memiliki
formal. Siswa Taman Kanak-Kanak adalah potensi kreatif sejak lahir tanpa terkecuali.
anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari Namun setiap manusia memiliki potensi kreatif
anak usia dini yang berada pada rentangan usia yang berbeda-beda. Kreativitas diartikan
lahir sampai 6 tahun. Kegiatannya mencakup sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu
kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap produk baru, baik yang benar-benar baru,
dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. maupun modifikasi atau perubahan dengan
Pada masa ini merupakan masa anak yang menggabungkan hal-hal yang sudah ada.
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk Orang yang kreatif adalah orang yang lancar
mencapai optimalisasi semua aspek menanggapi suatu masalah, mudah
perkembangan. Setiap anak mempunyai menyesuaikan diri, memiliki keaslian dalam
66 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1, April 2017, hal 1-81

berkarya, dan mampu berpikir secara integral.( untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.
Sumant, 2005: 38) Anak yang memiliki Selain itu juga guru kurang memperhatikan
kreativitas tinggi adalah mereka yang memiliki bagaimana tingkat pencapaian perkembangan
kelancaran tanpa mengalami tersendat-sendat yang harusnya terjadi sesuai tahap usia anak.
dan putus-putus dalam hal mengemukakan ide Pencapaian tingkat perkembangan kreativitas
dan memiliki keaslian dalam memberikan anak usia 5-6 tahun sudah tertuang dalam
suatu karya atau hasil yang unik dan luar biasa. Permendikbud 146 tentang Standar Tingkat
Jika konsep ini dikaitkan dengan kreativitas Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) usia
anak, anak yang bersangkutan mungkin 5-6 tahun. (Peraturan Menteri Pendidikan dan
menciptakan suatu karya yang benar-benar Kebudayaan. 2014. Standar Tingkat
baru atau modifikasi dari berbagai cara belajar Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA).
yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. No. 146) Anak usia 5-6 tahun dapat melakukan
kegiatan menggambar berbagai macam bentuk
Bentuk pengembangan kreativitas anak yang beragam, melukis dengan berbagai cara
bukan hanya ditunjang dari kemampuan anak dan objek, membuat karya seperti bentuk
menciptakan sesuatu yang baru maupun sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas,
kreativitas anak yang berbeda-beda, melainkan plastisin, balok, tanah liat, dan pasir),
karena strategi pembelajaran yang tepat dari mengklasifikasikan benda berdasarkan warna,
seorang guru. Guru sebagai seorang pendidik bentuk, dan ukuran (3 variasi).
dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi
dan menciptakan inovasi-inovasi baru yang Kenyataannya perkembangan kreativitas
dapat menunjang pembelajaran dan membantu yang dimiliki oleh anak kelompok B di RA
meningkatkan semua aspek perkembangan Muslimat NU 107 Khodijah Kramat
anak khususnya perkembangan seni Duduksampeyan kabupaten Gresik, belum
kreativitas. Guru yang kreatif dapat sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian
menciptakan suasana pembelajaran yang Perkembangan Anak. Permasalahan ini yang
menarik dan menyenangkan, sehingga anak berkaitan dengan rendahnya kreativitas anak
tidak merasa jenuh atau bosan dalam belajar. dalam memadukan warna. Baik saat mewarnai,
Karakteristik anak usia dini meliputi bersifat menggambar, melukis, maupun kegiatan
unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin lainnya yang berhubungan dengan warna.
tahu, eksploratif dan berjiwa petualang, Permasalahan ini ditemukan ketika siswa
spontan, senang dan kaya dengan fantasi, sedang mewarnai gambar dan memberi hiasan
masih mudah frustasi, kurang pertimbangan pada gambar. Hanya sedikit dari semua siswa
dalam melakukan sesuatu, daya perhatian yang kelompok B memiliki kreativitas untuk
pendek, bergairah untuk belajar, semakin memadukan warna dengan baik. Banyak anak
menunjukkan minat terhadap teman.(Fadlillah, yang masih bertanya warna apa yang
2013: 57) digunakan. Padahal kegiatan ini merupakan
kegiatan yang sesuai imajinasi anak. Akibat
Kenyataannya dibeberapa daerah di yang ditimbulkan dari permasalahan ini,
Indonesia, dalam kegiatan pembelajaran anak seperti anak menjadi tidak semangat dalam
usia dini guru banyak yang menggunakan melakukan kegiatan, ada beberapa anak yang
Lembar Kerja Siswa (LKS) setiap harinya. ketinggalan dalam melakukan kegiatan karena
Berdasarkan observasi di beberapa daerah, kesulitan dalam warna. Dari 12 anak dalam
guru beralasan sarana dan prasarana yang satu kelas, terdapat 1 anak masuk dalam
kurang memadai sehingga guru mengajar kategori kreativitas tinggi, 3 anak masuk dalam
hanya terpaku pada LKS. Kegiatan yang kategori kreativitas cukup, dan sisanya 8 anak
melibatkan LKS ini kurang mengajak anak masuk dalam kategori kreativitas kurang.
dalam memainkan imajinasi dan produk baru
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 67

Berdasarkan permasalahan ini, peneliti Model Kemmis dan McTaggart merupakan


bersama guru merasa sangat perlu untuk pengembangan dari model Kurt Lewin. Dalam
melakukan perbaikan dalam pembelajaran Kemmis & McTaggart komponen acting
yang berkaitan dengan warna untuk (tindakan) dan observing (pengamatan)
meningkatkan kreativitas anak. Upaya yang dijadikan satu kesatuan. Hal ini didasari bahwa
dilakukan untuk meningkatkan kreativitas pada kenyataannya penerapan tindakan dan
tentunya harus dilakukan dan direncanakan pengamatan tidak dapat dipisahkan. Dua
secara baik agar berjalan sesuai apa yang kegiatan ini merupakan kegiatan yang
diinginkan. Potensi pengembangan kreativitas dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
anak dapat dilakukan dengan cara yang Keempat komponen dalam model Kemmis &
menarik melalui bermain warna dengan ampas McTaggart dipandang sebagai suatu siklus,
kelapa. Metode bermain merupakan metode dalam hal ini merupakan suatu putaran
yang sangat cocok dikembangkan pada kegiatan yang terdiri daritahap-tahap:
pendidikan anak usia dini, tentunya juga untuk perencanaan (plan), pelaksanaan dan
mengenbangkan kreativitas anak. Karena pengamatan (act & observe) dan refleksi
mengembangkan kreativitas anak usia dini (reflect).
tidak bisa dilepaskan dari faktor bermain.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan Berdasarkan refleksi kemudian disusun
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa rencana (perbaikan), tindakan dan observasi
mempertimbangkan hasil akhir.(Fadlillah, serta refleki, demikian seterusnya. Banyaknya
2013: 61) Kegiatan bermain merupakan cara siklus tergantung pada permasalahan yang
yang efektif, karena dengan bermain anak dipecahkan. Tahapan-tahapan ini berlangsung
dapat mengembangkan berbagai secara berulang-ulang sampai tujuan peneliti
kreativitasnya, termasuk pengembangan dicapai. Berikut gambaran dari rancangan
motorik, meningkatkan penalaran dan model Kemis & McTaggart. (Arikunto,
memahami keberadaan lingkungan, terbentuk 2006:91) Penelitian tindakan yang peneliti
imajinasi, mengikuti imajinasi, mengikuti lakukan ini mengacu pada model Kemmis &
peraturan tata tertib dan disiplin. Taggart yang terdiri dari empat komponen
yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4)
Action Research) ada beberapa definisi yang refleksi (reflecting). Alasan peneliti memilih
dikemukakan para ahli. Hopkin menjelaskan metode ini karena dalam model penelitian
bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tindakan kelas Kemmis & Taggart lebih
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat spesifik terinci mulai dari proses perencanaan,
reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan tindakan, pengamatan dan refleksi. Sehingga
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari dalam hal ini memprmudah penulis untuk
tindakan-tindakannya dalam melaksanakan melakukan penyusunan sebelum tindakan,
tugas dan memperdalam pamahaman terhadap melakukan pengamatan, serta merefleksi
kondisi dalam praktik pembelajaran.( Muslich, kembali tindakan yang dilakukan.
2009:8)
Anak Usia Dini
Model Kemmis dan McTaggart
Anak usia dini adalah anak yang berusia
0 - 6 tahun. Dalam pasal 28 Undang-Undang
Sebenarnya ada beberapa model yang
sistem pendidikan Nasional No. 20/2001 ayat
dapat diterapkan dalam Penelitian Tindakan
1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia
Kelas (PTK). Tetapi yang paling dikenal dan
dini adalah anak yang masuk dalam usia
biasa digunakan adalah model yang
rentang usia 0-6 tahun. Menurut rumpun ilmu
dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart.
PAUD dan Penyelenggarannya, dibeberapa
68 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1, April 2017, hal 1-81

negara PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 seniri juga senang bercerita kepada
tahun. (Fadlillah, 2012: 18) orang lain.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik 8. Masih mudah frustasi, yaitu anak masih
anak usia dini menurut berbagai pendapat. mudah kecewa bila menghadapi sesuatu
(Fadlillah, 2012: 18) yang tidak memuaskan. Ia mudah
menangis dan marah bila keinginannya
1. Unik, Sifat anak itu berbeda satu dengan tidak terpenuhi.
yang lainnya. Anak memiliki bawaan,
minat, kapabilitas dan latar belakang 9. Masih kurang pertimbangan dalam
kehidupan masing-masing. melakukan sesuatu, yaitu anak belum
memiliki pertimbangan yang matang,
2. Egosentris, yaitu anak lebih cenderung termasuk berkenaan dengan hal-hal yang
melihat dan memahami sesuatu dari membahayakannya.
sudut pandang dan kepentingannya
sendiri. 10. Daya perhatian yang pendek, yaitu anak
lazimnya memiliki daya perhatianyang
3. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya pendek, kecuali terhadap hal-hal yang
senang melakukan berbagai aktivitas. secara intrinsik menarik dan
Selama terjaga dari tidur anak seolah- menyenangkan.
olah tidak pernah lelah, tidak pernah
bosan, dan tidak pernah berhenti dari 11. Bergairah untuk belajar dan banyak
aktivitas. Terlebih lagi jika anak belajar dari pengalaman, yaitu anak
dihadapkan pada aktivitas baru dan senang melakukan berbagai aktivitas
menantang. yang menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku pada dirinya.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
terhadap banyak hal. Anak cenderung 12. Semakin menunjukkan minat terhadap
memperhatikan, membicaraan dan teman, yaitu anak mulai menunjukkan
mempertanyakan berbagai hal yang untuk bekerja sama dan berhubungan
sempat dilihat dan didengarnya, dengan teman-temannya. Hal ini
terutama trhadap hal-hal yang baru. beriringan dengan bertambahnya usia
dan perkembangan yang dimiliki oleh
5. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak.
anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang
kuat dan senang menjelajah, mencoba Prinsip-prinsip teoritis dalam pendidikan
dan mempelajari hal-hal yang baru. anak usia dini. Suyadi mengutip pendapat Tina
Bruce yang telah merangkum sepuluh prinsip
6. Spontan, yaitu perilaku yang pendidikan anak usia dini sebagai berikut
ditampilkan anak umumnya relatif asli (Suyadi: 2013, 28):
dan tidak ditutup tutupi sehingga
merefleksikan apa yang ada dalam 1. Masa kanak-kanak adalah dari
perasaan an pikirannya. kehidupannya secara keseluruhan. Masa
ini bukan dipersiapkan untuk
7. Senang dan kaya dengan fantasi, yaitu menghadapi kehidupan pada masa yang
anak senang dengan hal-hal yang akan datang, melainkan sebatas
imajinatif. Anak tidak saja senang optimalisasi potensi secara optimal.
dengan cerita-cerita khayal yang
disampaikan oleh orang lain, tetapi ia 2. Fisik, mental dan kesehatan sama
pentingnya dengan berfikir maupun
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 69

aspek psikis (spiritual) lainnya. Oleh Bermain Warna dengan Ampas Kelapa
karena itu, keseluruhan (hilistic) aspek
perkembangan anak merupakan Bermain merupakan aktivitas yang
disukai oleh banyak orang, bukan hanya anak-
pertimbangan yang sama pentingnya.
anak tetapi orang dewasa juga menyukainya.
3. Pembelajaran pada usia dini melalui Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
berbagai kegiatan saling berkaitan satu
mempertimbangkan hasil akhir. Piaget
dengan yang lain sehingga pola menjelaskan bahwa “bermain terdiri atas
stimulasi perkembangan anak tidak tanggapan yang diulang sekedar untuk
boleh sektoral dan parsial, hanya satu kesenangan fungsional.” (Fadlillah, 2013:168)
aspek perkembangan saja. Bermain adalah salah satu kesukaan mayoritas
anak usia dini. secara normal tidak ada seorang
4. Membangkitkan motivasi intrinsik pun yang tidak menyukai bermain. Menurut
(motivasi dari dalam diri) anak akan Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegitan
menghasilkan inisiatif sendiri (self yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali
directed aktivity) yang sangat bernili yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada
hasil akhir.(Fadlillah, 2013:168) Menurut
dari pada motivasi ekstrinsik. Hurlock menyatakan setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan
5. Program pendidikan pada anak usia dini
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena sikap tersebut Berdasarkan berbagai pengamatan
dapat membentuk watak dan terhadap kegiatan anak-anak dalam bermain,
kepribadiannya. dan berbagai hasil kajian beberapa ahli
perkembangan anak, dapat disimpulkan
6. Masa peka (usia 0-3 tahun) untuk berbagai jenis permainan pada anak usia dini
mempelajari sesuatu pada tahap adalah sebagai berikut (Mulyasa, 2014: 166):
perkembangan tertentu, perlu
diobservasi lebih detail. 1. Bermain sosial
7. Tolak ukur pembelajaran PAUD Pengembangan bermain sosial
hendaknya bertumpu pada hal-hal atau gurulah yang mengamati cara bermain
kegiatan yang telah mampu dikerjakan
anak, dan dia akan memperoleh kesan
anak, bukan mngajarkan hal-hal baru
bahwa partisipasi anak dalam kegiatan
kepada anak, meskipun tujuannya baik
bermain dengan teman-temannya akan
karena baik menurut guru dan orang tua
menunjukkan derajat partisipasi yang
belum tentu baik menurut anak.
berbeda. Paterm mengelompokkan
8. Suatu kondisi terbaik atau kehidupan kegiatan bermain berdasarkan derajat
terjadi dalam diri anak (innerlife), partisipaasi sesorang dalam bermain,
khususnya pada kondisi yang yaitu:
menunjang.
a.Unoccupid Play (tidak peduli)
9. Orang-orang sekitar (anak dan orang
dewasa) dalam interaksi merupakan Adalah kegiatan bermain ketika anak
sentral penting karena mereka secara hanya mengamati kejadian yang
otomatis menjadi guru bagi anak. menarik perhatiannya.

10. Pada hakikatnya pendidikan anak usia b. Solitary Play (bermain soliter)
dini merupakan interksi antara anak,
lingkungan, orang dewasa dan Adalah kegiatan bermain yang
pengetahuan. dilakukan oleh seorang anak, dan
70 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1, April 2017, hal 1-81

ketika bermain tidak memperhatikan dengan aturan. Bermain praktis adalah


apa yang dikerjakan anak lain di bermain ketika anak-anak melakukan
sekitarnya. berbagai kemungkinan mengeksplorasi
objek yang dipergunakan. Bermain
c.Onlooker Play (bermain sebagai simbolik anak menggunakan daya
penonton) imajinasinya. Bermain dengan aturan
dapat dilakukan secara optimal apabila
Adalah bentuk bermain ketika anak syarat-syarat dalam bermain dipenuhi
hanya sebagai penonton saja, anak dan dipatuhi oleh semua anak yang
bermain sendiri sambil melihat anak sedang bermain. Syarat-syarat tersebut
lain bermain di dalam ruang yang antara lain berkaitan dengan waktu,
sama. tempat, peralatan, teman, dan aturan.

d. Parallel Play (bermain pararel) 3. Bermain peran


Merupakan kegiatan bermain yang Peran dapat didefinisan sebagai suatu
dilakukan sekelompok anak dengan rangkaian perasaan, ucapan dan
menggunakan alat permainan yang tindakan, sebagai suatu pola hubungan
sama, tetapi masing-masing bermain unik yang ditunjukkan oleh
sendiri. individuterhadap individu lain. Tujuan
bermain peran dalam pendidikan anak
e.Assosiative Play (bermain bersama)
usia dini yaitu usaha untuk memecahkan
Adalah kegiatan bermain yang masalah melalui peragaan, serta
dilakukan oleh beberapa anak langkah-langkah identifikasi masalah,
bersama-sama, tetapi tidak ada analisis, pemeran, dan diskusi.
pengaturan.
Manfaat Bermain

f. Cooperatif Play (bermain bersama) Bermain mempunyai manfaat yang


besar bagi perkembangan, anak banyak
Adalah kegiatan bermain ketika
memperoleh pengalaman baru dan bermain,
masing-masing anak menerima peran
didalam bermain dapat menambah tentang
yang diberikan, dalam mencapai
logika matematika anak dan dapat
tujuan bermain, mereka masing-
mengembangkan imajinasi yang ada pada diri
masing melakukan perannya secara
anak. Menurut Meyke mengemukana manfaat
tergantung satu sama lain dalam
bermain adalah (Martuti, 2008: 45):
mencapai tujuan bermain.
1. Meningkatkan pengetahuan akan
2. Bermain dengan benda konsep-konsep warna, bentuk, arah dan
lebih mudah diperoleh melalui kegiatan
Bermain dengan benda merupakan
bermain.
kegiatan bermain ketika anak dalam
bermain menggunakan atau 2. Mengaktifkan semua panca indera anak.
mempermainkan benda-benda tertentu,
dan benda-benda tersebut dapat menjadi 3. Meningkatkan kognitif anak.
hiburan yang menyenangkan bagi anak
4. Memenuhi kengin tahuan pada anak.
yang bermainnya. Piaget (1962)
mengemukakan beberapa tipe bermain
dengan benda yang meliputi bermain
praktis, bermain simbolik, dan bermain
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 71

5. Memberikan motivasi dan rancangan yang sifatnya mandiri maupun


anak bereksplorasi (menjelajah) dan kelompok.
berekperimen (mengadakan percobaan).
e. Perkembangan wawasan diri. Anak
6. Memberikan kesempatan pada anak mengetahui tingkat kemampuannya
untuk memecahkan masalah. dibandingkan dengan temannya
bermain,
7. Memberikan kegembiraan dan kesetiaan
pada anak. f. Belajar bermasyarakat. Mereka
belajar bagaimana membentuk
Selain manfaat-manfaat di atas, dalam hubungan sosial dan bagaimana
kajian psikologi disebutkan beberapa pengaruh menghadapi dan memecahkan
bermain bagi perkembangan anak (Fadlillah, masalah yang timbul dalam
2012: 170): hubungan tersebut.
1. Perkembangan fisik g. Standart moral. Anak akan belajar
untuk mengikuti aturan-aturan dalam
Bermain aktif penting bagi anak untuk
permainan tersebut yang telah
mengembangkan otot dan melatih
ditentukan.
seluruh bagian tubuhnya.
h. Belajar bermain sesuai dengan jenis
2. Dorongan berkomunikasi
kelamin. Adakalanya permainan
Bermain yang dilakukan bersama anak- tertentu hanya dapat dilakukan
anak lain secara tidak langsung dapat berdasarkan jenis kelamin.
membantu anak untuk berkomunikasi
i. Perkembangan ciri kepribadian yang
secara baik.
diinginkant. Bermain bersama orang
lain, anak akan belajar bekerja sama,
a. Penyaluran bagi energi emosional
murah hati, jujur, sportif, dan disukai
yang terpendam. Sebagai sarana bagi
orang.
anak untuk menyalurkan ketegangan
yang disebabkan oleh pembatasan Kreativitas
lingkungan terhadap perilaku
mereka. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang
berarti memiliki daya cipta, memiliki
b. Penyaluran bagi kebutuhan dan kemampuan untuk menciptakan, bersifat
keinginan. Berfungsi sebagai (mengandung) daya cipta, sedangkan
penyalur kebutuhan dan keinginan kreativitas sendiri memiliki arti kemampuan
yang tidak terpenuhi dalam untuk mencipta, daya cipta. (KBBI, 1990: 465)
kesehariannya.
Supriadi mengutarakan bahwa
c. Sumber belajar. Bermain memberi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
kesempatan untuk mempelajari melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
berbagai hal melalui buku, televisi, gagasan maupun karya nyata yang relatif
atau menjelajah lingkungan yang berbeda dengan apa yang telah ada.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa
tidak diperoleh anak dari rumah dan
kreativitas merupakan kemampuan berpikir
sekolah. tingkat tinggi yang mengimplikasikan
terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir,
d. Rangsangan bagi kreativitas.
ditandai oleh suksesi, diskontinuitas,
Bermain dapat merangsang diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap
kreativitas anak, baik permainan
72 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1, April 2017, hal 1-81

perkembangan. (Euis Kurniati & Yeni c. Menyusun lembar observasi untuk


Rachmawati, 2010 : 13) ketertalaksanaan bermain warna
dengan ampas kelapa, lembar
Ciri-Ciri Anak Kreatif observasi kreativitas anak dan angket
untuk mengukur kreativitas anak.
Menurut Utami Munandar menyebutkan
ciri-ciri anak kreatif adalah (Utami Munandar, d. Peneliti memberi penjelasan kepada
1999: 5): guru mengenai bermain warna
dengan ampas kelapa dan hal-hal
1. Selalu ingin tahu yang perlu diperhatikan ketika
berbicara.
2. Memiliki minat yang luas

3. Menyukai kegemaran dan aktivitas yang 2. Pelaksanaan (acting)


kreatif
Pelaksanaan yang akan dilakukan
4. Berani mengambil resiko dengan meliputi kegiatan sebagai berikut:
perhitungan
a. Guru mempersiapkan keperluan
5. Tidak takut untuk membuat kesalahan
untuk bermain (ampas kelapa,
dan mengemukakan pendapat
pewarna, tempat duduk siswa/guru,
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas media untuk bermain, dan
sebagainya).
Prosedur yang dilakukan dalam b. Guru melaksanakan kegiatan
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. bermain warna dengan ampas kelapa
Pada model ini, komponen tindakan dan berdasarkan RPPH yang telah
pengamatan dilaksanakan pada waktu yang disusun di tahap perencanaan.
sama. Rancangan siklus penelitian seperti yang
dikembangkan oleh Arikunto bahwa rancangan 3. Pengamatan (observing)
PTK terdiri atas empat komponen pokok yang
Selama pelajaran berlangsung dilakukan
juga menunjukkan langkah dalam siklus yaitu
observasi untuk melihat seberapa
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
banyak anak yang bermotivasi terhadap
refleksi.
bermain warna. Hal-hal yang diamati
Langkah-Langkah Penelitian Siklus I dalam tahap ini berdasarkan lembar
observasi untuk guru dalam kegiatan
1. Perencanaan (planing) belajar mengajar. Selain melakukan
pengamatan, pada tahap ini juga
Yakni perencanaan penelitian langkah melakukan dokumentasi kegiatan
awal sebelum melakukan penelitian, bermain.
segala sesuatu yang berhubungan
dengan penelitian meliputi kegiatan 4. Refleksi (Reflecting)
sebagai berikut:
Refleksi dilakukan setelah guru
a. Pembuatan surat izin untuk pelaksana sudah selesai melakukan
melakukan penelitian tindakan di RA tindakan, kemudian mendiskusikan dan
Muslimat NU 107 Khodijah dengan melakukan wawancara bersama peneliti
tanda tangan dan stempel yang sah. untuk mengevaluasi implementasi
rancangan tindakan. Hasil refleksi dari
b. Guru bersama peneliti menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tindakan akan dijadikan pertimbangan
Harian (RPPH). dalam menyusun rancangan tindakan
pada siklus berikutnya.
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 73

Langkah-Langkah Penelitian Siklus II setiap harinya. Walaupun demikian, tetapi


pembelajaran dalam TK ini disesuaikan denga
Siklus kedua ini dilakukan apabila siklus tema dan sub tema yang diperuntukkan usia
pertama belum mencapai indikator TK.
keberhasilan yang diinginkan. Kegiatan yang
dilaksanakan pada siklus kedua ini bertujuan Hasil penelitian dalam penelitian
untuk memperbaiki permasalahan- tindakan ini menunjukkan peningkatan dari
permasalahan yang terjadi atau ditemukan siklus I ke siklus II. Hal tersebut dibenarkan
pada siklus pertama. Tahap-tahap yang dengan adanya data prosentase yang diperoleh
dilakukan pada siklus kedua ini juga sama pada kondisi awal adalah 25%, (Belum
dengan tahap-tahap yang dilaksanakan pada Berkembang) hampir semua anak belum
siklus pertama. Kreativitas anak pada kegiatan memiliki kemampuan kreativitas yang baik.
bermain warna dengan ampas kelapa pada Siklus I didapat prosentase 50,53% (Mulai
siklus kedua diharapkan dapat mencapai hasil Berkembang) dengan dua anak yang
yang lebih optimal daripada siklus pertama. (Berkembang Sesuai Harapan). Sedangkan
pencapaian pada siklus II sebesar 83,11%
(Berkembang Sangat Baik). Siklus II ini
sedikit anak yang mendapat (Berkembang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai Harapan).
RA Muslimat NU 107 Khodijah Kramat
Duduksampeyan, merupakan satu dari dua Menurut seorang psikolog terkenal Erick
Erikson, masa usia tiga setengah tahun hingga
sekolah TK yang berada di desa Kramat enam tahun adalah masa penting bagi seorang
kecamatan Duduksampeyan kabupaten Gresik. anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
Muslimat NU 107 Khodijah merupakan (Santrock, 2007: 343) Pemunculan kreativitas
sekolah TK tertua yang berada di desa Kramat anak tidak dapat diwujudkan secara instan.
Duduksampeyan. RA Muslimat NU 107 Pemunculan kreativitas diperlukan proses
Khodijah ini terdiri dari ruang kantor, beserta melalui pemberian kesempatan untuk bersibuk
diri secara kreatif. Sehingga peran orangtua
ruang kelas A dan B. Selain itu RA Muslimat
dan guru sangat diperlukan dalam
NU 107 Khodijah ini ditunjang dengan kamar mengembangkan kemampuan kreativitas anak.
mandi, halaman untuk bermain outdoor, dan Suratno mengartikan kreativitas adalah suatu
kantin sekolah yang jaraknya sangat aktivitas imajinatif yang memanifestasikan
berdekatan dengan sekolah. alat permainan kecerdasan dari pikiran yang berdaya untuk
yang terdapat di luar ruangan yaitu: Prosotan, menghasilkan suatu produk dan atau untuk
jungkat-jungkit, serta ayunan. Sedangkan menyelesaikan suatu persoalan dengan caranya
sendiri.( Suratno, 2005: 24) Kreativitas adalah
fasilitas yang ada di dalam kelas yaitu: rak
bagian dari kegiatan berproduksi atau
buku dan tas, papan tulis, meja, kursi, kipas, berkarya.
rak tempat mainan, serta beragam peralatan
pembelajaran beserta PE yang menunjang. Hal tersebut juga didukung karena
adanya hasil wawancara yang telah
Kurikulum yang digunakan di TK ini dikemukakan kepada guru yang mengajar
merupakan Kurikulum Tingkat Satuan kelompok B di RA Muslimat NU 107
Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan kurikulum di Khodijah Kramat Duduksampeyan. Guru
TK ini masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat menyatakan bahwasannya kemampuan anak
dari pembelajaran yang diterapkan dalam dalam mengenal warna lebih baik dari
kesehariannya. Di TK ini menggunakan LKS sebelumnya. Kendala yang sering dialami
sebagai buku pegajar utama, bahkan bisa yakni kesulitan anak dalam kegiatan. Kendala
dikatan LKS wajib ada setiap harinya. tersebut dapat diatas dengan adanya perlakuan
Penyusunan RKH dan RKM, tidak dilakukan yang menarik dan semangkin meningkat setiap
74 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1, April 2017, hal 1-81

pertemuannya. Sehingga menarik perhatian dan digunakan sebagai modal untuk mengajar.
anak dan membangun kreativitas anak. Minat dan bakat merupakan segala
sebelum memberikan perlakuan tentunya kemampuan dan keinginan seseorang atas
peneliti terlebih dahulu mencari kendala dan potensi yang dimilikinya untuk mencapai suatu
perlakuan yang pernah diterapkan di RA tujuan yang diinginkan. Minat dan bakat anak
Muslimat ini. merupakan disiplin PAUD, karena melalui
kreativitas akan terbentuk minat anak dan
Keterkaitan kreativitas anak dengan bakat anak untuk mencapai sebuah keunggulan
disiplin Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setiap individu.
dapat digambarkan melalui diagram sebagai
berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Euis., K & Yeni., R. 2010. Strategi


Pengembangan Kreativitas pada
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

Fadlillah. 2013. Desain Pembelajaran PAUD.


Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Santrock. 2007. Perkembangan Anak.


Erlangga: Gelora Aksara Pratama.
Hlm. 343
Gambar 1
KBBI. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Bagan Keterkaitan Kreativvitas dengan Jakarta: Depdiknas.
Disiplin PAUD
Mulyasa. 2014. Manajemen Paud. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Motorik halus merupakan salah satu
Martuti. 2008. Mengelola PAUD. Yogyakarta:
apek perkembangan yang penting bagi anak.
Kreasi Warna.
Motorik halus dapat dikatakan erat kaitannya
dengan kreativitas anak, dimana dalam Muslich. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian
kegiatan kreativitas menggunakan juga aspek Tindakan Kelas). Jakarta: Pustaka
motorik halus. Misalnya dalam kreativitas Jaya. Hlm. 8
menggambar, menulis, membentuk, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
koordinasi mata tangan lainnya, kegiatan Kebudayaan. 2014. Standar Tingkat
tersebut termasuk motorik halus. Kesenian Pencapaian Perkembangan Anak
merupakan keahlian membuat karya yang (STPPA). No. 146
bermutu. Kesenian merupakan disiplin PAUD
Slamet, S. 2015. Dasar-dasar Pendidikan
yang erat kaitannya dengan kreativitas. Karena Anak Usia Din. Yogyakarta: Hikayat
kesenian merupakan hasil dari kreativitas anak
dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Publishing.
Pedagogik adalah ilmu atau seni dalam
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas
menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada Seni Rupa Anak TK. Jakarta:
strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional
Pedagogik juga kadang-kadang merujuk pada Direktorat Jenderal Pendidikan
penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Tinggi.
Ilmu pedagogik juga berkaitan dengan
kreativitas, karena kreativitas bisa diajarkan
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 4, Nomor 1 April 2017,hal 1-81 2 75

Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas


Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direktorat Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.

Suyadi. 2013. Konsep Dasar Paud. Bandung


: Rosdakarya

Utami, M. 1999. Pengembangan Kreativitas


Anak Berbakat. Jakarta Grasindo

Anda mungkin juga menyukai