Anda di halaman 1dari 6

Skip to main content

Academia.edu

LOG INSIGN UP

Analisis kasus kecurangan pt waskita.docx

hajar melinda

Hajar Melinda

ANALISI KASUS FRAUD PT WASKITA KARYA

Hajar Melinda Triani hajarmelinda3@gmail.com Magister Akuntansi Universitas Islam Indonesia 2017

1.1. Profil Perusahaan

PT. Waskita Karya (Persero) Tbk berdiri sejak 1 Januari 1961. Perusahaan yang membidangi usaha Jasa
Konstruksi, Industri, Realty, dan Perdagangan. Kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia
sebesar 67,33% dan Masyarakat sebesar 32,77%. Saham perseroan yang telah dicatatkan di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 19 September 2012 dengan kode saham WSKT. Perusahaan ini juga merupakan
perusahaan BUMN yang memiliki Market Cap terbesar diantara perusahaan BUMN lainnya.

1.2.

Kasus PT (Persero) Waskita Karya

Manipulasi laporan keuangan Waskita Karya sejak pertengahan Agustus 2009. Berbagai istilah digunakan
untuk fraud ini, seperti manipulasi laporan keuangan, overstate, penggelembungan, markup, kelebihan
pencatatan laba, yang dilakukan oleh 3 Direksi PT Waskita Karya dan 2 Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kementerian Negara BUMN menonaktifkan dua direktur PT Waskita Karya terkait kasus kelebihan
pencatatan pada laporan keuangan 2004-2008 ketika mereka akan melakukan IPO pada tahun 2008.
(Infokorupsi.com : 2009). Kasus penggelumbungan aset di PT Waskita Karya Persero ini mencuat ketika
terjadi pergantian direksi. Direktur Utama pengganti tidak menerima begitu saja laporan keuangan
manajemen lama dan kemudian meminta pihak ketiga lain untuk melakukan audit mendalam atas akun
tertentu. Dalam laporan keuangan tahun 2008, diungkapkan bahwa terdapat salah saji atau
penggelumbungan aset di tahun 2005 sebesar Rp 5 miliar. Nilai Rp5 miliar tersebut terdiri dari dua
proyek yang sedang berjalan, proyek yang pertama adalah proyek renovasi Kantor Gubernur Riau. Proyek
ini dimulai pada tahun 2004 dan sudah selesai 100%, nilai kontrak sebesar Rp13,8 miliar. Namun pada
akhir tahun 2005 terdapat pekerjaan tambah kurang senilai Rp3 miliar.
Sampai dengan akhir tahun 2008 saldo tersebut masih muncul di neraca perusahaan sebagai tagihan
bruto pada pemberi kerja. Proyek yang kedua adalah proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bulian
Jambi. Nilai kontrak sebesar Rp33.998.000.000 dan PT Waskita Karya Persero mengakui pendapatan
kontrak dari progress tersebut sebesar Rp 2 miliar. Saldo tersebut masih outstanding sampi dengan akhir
tahun 2008. Kontrak itu diputus oleh Pemda Batang Hari karena dianggap ditandatangani oleh pihak
yang tidak berwenang, ada kasus pergantian bupati. Sebagai gambaran tentang seberapa besar materi
kas nilai dugaan penggelumbungan aset pada tahun 2005. Tahun 2005 nilai aset PT Waskita Karya
Persero adalah sebesar Rp1,6 triliun, dan nilai yang diduga digelembungkan oleh manajemen pada tahun
2005 adalah sebesar Rp5 miliar atau sebesar 0,3% dari nilai aset tersebut. Dalam laporan keuangan PT
Waskita Karya, tercatat pada tahun 2008 memperoleh laba sebesar Rp 163,4 Milyar dan pada tahun
2009 memperoleh laba sebesar Rp 307,1 Milyar. Berdasarkan data tersebut angka laba yang diperoleh
oleh PT Waskita Karya masih relatf kecil jika dibandingkan dengan perushaan lain yang sejenis. Jadi PT
Waskita Karya harus terus melakukan pembenahan manajemen sehingga akan menghasilkan kinerja
yang lebih baik, salah satu contoh yaitu melakukan restrukrisasi. Perusahaan ini memiliki prosepek yang
baik kedepannya apabila perusahaan memperbaiki kinerja perusahaan sehingga dapat mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan.

1.3. Pihak yang Terlibat

3 Orang Direksi PT Waskita Karya, yaitu :

Umar T.A Bambang Marsono Kiming Marsono

Kantor Akuntan Publik :

Kantor Akuntan Helianto merupakan auditor pembukuan keuangan PT Waskita Karya pada tahun 2003

2005. Kantor Akuntan Ishak, Saleh, Soewondo dan rekan yang melakukan audit laporan keuangan pada
tahun 2006 dan 2007.
1.4. Analisis dari Prespektif Hukum

Kementerian Negara BUMN sudah menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi Waskita terkait
dengan kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Dua Direksi Waskita yang sudah
dinonaktifkan antara lain Bambang Marsono dan Triatman.

Sementara satu mantan direksi Waskita yang dinonaktifkan adalah Kiming Marsono yang kini menjabat
sebagai Direktur Utama PT Nindya Karya. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam
pembekuan kantor akuntan publik yang terlibat dalam kasus fraud PT Waskita Karya tersebut.

1.5. Penyelesaian Kasus Fraud PT Waskita Karya

Memanipulasi laporan keuangan merupakan salah satu tindakan pindana yang dapat merugikan orang
banyak selain itu juga akan mencorengan nama baik perusuhaan. dalam memanipulasi suatu laporan
keuangan pasti akan melibat seorang akuntan publik. pengauditan yang dilakukan oleh Akuntan Publik
diharapkan dapat menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan bukan malah membantu
perusahaan untuk melakukan kecurangan atau sampai membantu menutupi terjadi kecurangan didalam
perusahaan . pada kasus ini juga melibatkan para auditor internal dan eksternal pada PT Waskita Karya
Kementerian Negara BUMN sudah menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi Waskita terkait
dengan kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Dua Direksi Waskita yang sudah
dinonaktifkan antara lain Bambang Marsono dan Triatman. Sementara satu mantan direksi Waskita yang
dinonaktifkan adalah Kiming Marsono yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Nindya Karya. Ini
merupakan kasus kriminal yang harus diselsaikan di pengadilan guna mendaptkan sanksi hukum.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil juga telah mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati terkait sanksi kepada akuntan publik yang diduga terlibat dalam penilaian laporan keuangan
Waskita. Berdasarkan surat yang diajukan Menteri BUMN, akhirnya Menteri keuangan memutuskan
untuk melakukan pembekuan terhadap beberapa KAP yang terlibat dalam kecurangan pada PT Waskita
Karya.

1.6. Dampak dari Kasus Fraud

2.

Menjatuhkan citra BUMN yang selama ini kita anggap bahwa BUMN sudah menerapkan manajemen
yang cukup baik sebagai control. 3.

Mengurangi kepercayaan investor yang akan membeli saham PT Waskita Karya, dan membuat investor
berfikir ulang untuk mempertahankan saham yang ditanam dalam PT Waskita tersebut. 4.
Menambah panjang deretan perusahaan Indonesia yang melakukan fraud, dan hal tersebut menurunkan
citra Indonesia dalam manajemen perusahaan.

5.

Pandangan negatif orang terhadap adanya kerjasama antara auditor dan perusahaan yang diaudit.
Padahal tidak semua auditor melakukan hal tersebut dan banyak auditor yang mempertahankan
integritas dan ketentuaan

ketentuan lainnya.

1.7. Rekomendasi Agar Kasus Serupa Tidak Terulang

1)

Membangun kultur perusahaan yang baik, dengan mengutamakan integritas, etika profesi dan
kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal, khususnya tentang otorisasi. 2)

Mendahulukan kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi. 3)

Dalam merekrut karyawan, harus memilih yang berintegritas dan memiliki moral yang baik, dan
pentingnya integritas yang baik bagi kelangsungan usaha perusahaan. 4)

Melakukan riview atau evaluasi sistem pengendalian internal perusahaan. 5)


Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau
setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan,
kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang. 6)

Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses
yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi
yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian. 7)

Investigasi yang dilakukan auditor forensik. Dalam Perananya auditor forensik yaitu menentukan
tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang
apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran
besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset. 8)

Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk jabatan
fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini
harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian yang tidak
masuk akal. 9)

Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan adil dan
terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk
terpilih. 10)

Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar

memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum
dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.

DOWNLOAD FILE

Find new research papers in:

Physics

Chemistry
Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Anda mungkin juga menyukai