Anda di halaman 1dari 25

Karya tulis ilmiah remaja

Penggunaan Metode W3S bagi Jurnalis dalam Menghadapi


Krisis Karakteristik Narasumber di Wartaphoto

Nama : Rizki Firmansyah

Kelas : XI MIPA 8

SMA NEGERI 1 JAKENAN

Tahun Ajaran 2018/2019


Daftar Isi
Halaman Judul ..................................................................................................................
Prakata ...............................................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................................
Halaman Moto
Abstrak
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat
Bab II Kerangka Teori
2.1 Kerangka Teori
a. Penggunaan
b. Metode
c. W3S
d. Jurnalis
e. Menghadapi
f. Krisis
g. Karakteristik
h. Narasumber
2.2 Kerangka Berpikir
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1 Metode Penelitian
a. Wawancara
b. Studi Pustaka
c. Observasi
d. Dokumentasi
e. Angket (Kuesioner)
Bab IV Pembahasan
4.1 Gambaran Umum Wartaphoto
4.2 Hasil Penelitian
A. Penjelasan Metode W3S
a. Deskripsi Wawancara
b. Deskripsi 3S (Senyum, Salam, Sapa)
B. Alasan Metode W3S Bisa Digunakan Jurnalis
C. Cara Menggunakan Metode W3S Untuk Wawancara
a. Senyum
b. Salam
c. Sapa
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata
Halaman Moto

“Aku tak akan menarik kembali kata-kataku, karena itulah jalan ninjaku.” - Uzumaki Naruto

“Persetan dengan ego dalam pasal egoisme, kalian semua punya dan acuh untuk
mengetahuinya.” -Rizki Firmansyah
Abstrak

Dewasa ini teknologi komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat.


Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia dengan mudah dan cepat
diketahui. Masyarakat memiliki banyak pilihan informasi yang didapatkan seperti informasi
dari pers seperti surat kabar dan majalah, juga dari media elektronik seperti radio dan
televisi, bahkan sekarang ini muncul jaringan internet yang memberikan informasi yang
beragam dan mendunia. Semakin cepatnya arus informasi, semakin beragamnya media yang
ada dan semakin mudah mendapatkannya, dan apda gilirannya akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Keberhasilan teknologi komunikasi ini tidak terlepas dari campur
tangan jurnalis, dalam pengaruhnya kepada berita yang terbit dalam media seperti televisi,
surat kabar, maupun majalah. Dunia jurnalis banyak diminati oleh masyarakat. Dalam
dunia jurnalis, seorang jurnalis pasti dihadapkan oleh krisis karakteristik dari narasumber.
Narasumber yang krisis karakteristik dimaksud keapda narasumber yang memiliki sikap
acuh dan sulit untuk ditujukan kepada topik yang diinginkan jurnalis. Hal ini terjadi saat
jalannya wawancara. Seorang jurnalis wajib untuk memiliki kiat-kiat tersendiri untuk
memancing narasumber guna memberikan informasi sesuai yang diinginkan oleh jurnalis itu
sendiri. Teknik wawancara sangat berguna bagi jalannya wawancara terutama dalam
menghadapi berbagai karakteristik dari narasumber. Wartawan atau jurnalis harus
menyesuaikan metode wawancara yang akan digunakan dalam menghadapi karakteristik
narasumber yang akan diwawancarai. Wawancara sendiri memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda-beda tergantung situasi, kondisi, maupun narasumber itu sendiri. Dengan adanya
permasalahan ini, perlu adanya inovasi akan trik dan tips guna menghadapi situasi ini.
Meskipun demikian, trik dan tips ini tidak boleh menyalahi kaidah dalam Kode Etik
Jurnalistik. Sehingga bagaimanapun situasinya, seorang jurnalis harus selalu menaati Kode
Etik Jurnalistik tersebut. Maka dari itu, penulis membuat karya tulis ilmiah inilah dengan
topik penggunaan metode W3S bagi jurnalis dalam menghadapi krisis karakteristik
narasumber. Teknik ini diciptakan penulis guna keberhasilan seorang jurnalis dalam
menjalankan wawancara dengan narasumber.
Kata Kunci : Metode. W3S. Jurnalis. Krisis. Karakteristik Narasumber.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini teknologi komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
dibuktikan oleh mudahnya berhubungan dengan orang yang berada di negara lain. Jarak yang
dulunya terasa amat jauh, kini sudah terasa amat dekat dengan hadirnya alat telekomunikasi.
Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dengan mudah dan cepat
diketahui.

Selain informasi dan peristiwa yang cepat, masyarakat juga dengan mudahnya
mendapatkan pilihan informasi. Masyarakat memiliki banyak pilihan informasi yang
didapatkan seperti informasi dari pers seperti surat kabar dan majalah, juga dari media
elektronik seperti radio dan televisi, bahkan sekarang ini muncul jaringan internet yang
memberikan informasi yang beragam dan mendunia. Semakin cepatnya arus informasi,
semakin beragamnya media yang ada dan semakin mudah mendapatkannya, dan pada
gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Ziauddin Sardar
dalam bukunya Tantangan Dunia Islam Abad 21 bahwa informasi yang disajikan sekarang
ini, merupakan suatu rahmat bagi umat manusia. Hal ini dapat dilihat di televisi, surat kabar,
dan majalah-majalah yang mewah. Untuk mendapatkan informasi atau berita, maka ini
adalah tugas seorang wartawan (jurnalis).

Sikap wartawan atas Kode Etik Jurnalistik harus tetap sama dari waktu ke waktu.
Dalam arti, wartawan terikat dan diikat oleh Kode Etik sebagai rambu-rambu, kaidah
penuntun, sekaligus pemberi arah tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya
dilakukan dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik. Dengan memahami dan melaksanakan
Kode Etik Jurnalitik dapat membentuk wartawan profesional yang sejati. Wartawan sejati
dalam negara demokrasi adalah sosok yang menjunjung pers sebagai sarana kontrol sosial
berdasarkan kepentingan tanggung jawab sosial untuk melayani masyarakat.

Dalam Surat keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik
Jurnalistik Dewan Pers menimbang bahwa telah terjadi perkembangan yang sangat pesat
dalam kehidupan pers nasional sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 40 tahun 1999
tentang pers. Dengan demikian, perlu ditetapkan Kode Etik Jurnalistik yang baru berlaku
secara nasional, sebagai landasan moral atau etika profesi dan menjadi pedoman operasional
dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan.

Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakam pedoman nilai-nilai yang sangat penting bagi
para wartawan. Kode Etik Jurnalistik menjadi rambu-rambu pertama bagi wartawan dalam
menentukan apa yang baik dan buruk saat melaksanakan tugas jurnalistik, termasuk apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka pemahaman dan ketaatan terhadap Kode Etik
Jurnalistik bagi wartawan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kendati demikian, ternyata dari
sejumlah penelitian yang dilakukan berbagai lembaga yang berkaitan dengan pers
menyimpulkan, hanya sekitar 20 persen wartawan yang pernah memelajari Kode Etik
Jurnalistik. Temuan tersebut, tentu saja memprihatinkan. Sebab, Kode Etik Jurnalistik harus
mendasari seluruh kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan agar berita yang yang
dihasilkannya tidak berdampak buruk bagi masyarakat dan wartawan.

Maka dari itu, setiap wartawan (jurnalis) hendaknya mengikuti Kode Etik Jurnalistik
dalam wawancara. Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses
memeroleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden menggunakan metode wawancara. Metode
wawancara sendiri adalah suatu teknik dalam mencari suatu informasi yang biasanya
dilakukan oleh seorang wartawan. Wawancara dalam berita merupakan suatu bagian yang
penting dalam sebuah proses pencarian suatu berita. Oleh dari itu, bagi seorang wartawan
memang harus menguasai bagaimana teknik wawancara yang baik dan benar. Sebagai salah
satu media pers yang terkemuka di daerah Pati, Kudus, dan Rembang, maka kita perlu
melihat seberapa profesional wartawan Wartaphoto dalam memeroleh sebuah beritanya.

Teknik wawancara sangat berguna bagi jalannya wawancara terutama dalam


menghadapi berbagai karakteristik dari narasumber. Wartawan (jurnalis) harus menyesuaikan
metode wawancara yang akan digunakan dalam menghadapi karakteristik narasumber yang
akan diwawancarai. Salah satu teknik wawancara adalah dengan menggunakan W3S
(Wawancara Senyum, Salam, Sapa). Sebagai salah satu media pers dengan eksitensi dan daya
saing yang tinggi, maka kita perlu melihat seberapa profesional wartawan Wartaphoto dalam
memeroleh sebuah beritanya. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik mengambil
penelitian dengan karya tulis ilmiah berjudul “Penggunaan Metode W3S bagi Jurnalis dalam
Menghadapi Krisis Karakteristik Narasumber di Wartaphoto”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, Rumusan Masalah yang dapat kita ambil adalah :
a) Apakah yang dimaksud dengan metode W3S?
b) Mengapa metode W3S bisa digunakan bagi jurnalis?
c) Bagaimana cara menggunakan metode W3S dalam menghadapi krisis karakteristik
narasumber?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, Tujuan dari Penelitian yang dapat kita ambil
adalah :
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode W3S.
b) Untuk mengetahui alasan-alasan mengapa metode W3S bisaa digunakan bagi jurnalis.
c) Untuk mengetahui cara-cara menggunakan metode W3S dalam menghadapi krisis
karakteristik narasumber.
1.4 Manfaat
Adapun kegunaan penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
a) Menambah pengetahuan jurnalis/pembaca maksud dari metode W3S.
b) Memerluas wawasan jurnalis/pembaca tentang metode W3S yang bisa digunakan bagi
jurnalis.
c) Membuka wawasan dan pengetahuan bagi jurnalis/pembaca tentang cara
menggunakan metode W3S dalam menghadapi krisis karakteristik narasumber.
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori yang menjadi landasan berpijak bagi penulis dalam membuat karya

tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

a) Penggunaan
Penggunaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
proses, cara perbuatan memakai sesuatu, pemakaian. Dalam penelitian ini, pengunaan
adalah pemakaian pada metode W3S bagi jurnalis.
b) Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan
yangditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara
melakukan atau membuat sesuatu (Wikipedia, 2019).
c) W3S
W3S adalah akronim dari kata wawancara senyum, salam, dan sapa. Menurut
Lexy J. Moelong pengertian wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-
tujuan tertentu. Pada metode ini, peneliti dan responden berhadapan langsung (face to
face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data
yang dapat menjelaskan permassalahan penelitian.
d) Jurnalis
Wartawan atau jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan
kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan)
dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu
dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film
dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam
laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan
tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat (Wikipedia,
2019).
e) Menghadapi
Dalam KBBI, menghadapi diartikan berhadapan dengan, bertemu muka dengan,
berjumpa dengan, menjumpai, mengalami (bahaya, musibah, kesulitan, dan
sebagainya), menjelang (menyongsong), melawan, bertanding dengan, dan
menyambut.
f) Krisis
Menurut K. Fearn-Banks, krisis adalah suatu kejadian penting dengan hasil
akhir cenderung negatif yang berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan
atau industri, maupun terhadap publik, produk, servis atau reputasinya.
g) Karakteristik
Karakteristik dalamm KBBI adalah memunyai sifat khas sesuai dengan
perwatakan tertentu.
h) Narasumber
Narasumber adalah istilah umum yang merujuk kepada seseorang, baik
mewakili pribadi maupun suatu lembaga, yang memberikan atau mengetahui secara
jelas tentang suatu informasi, atau menjadi sumber informasi untuk kepentingan
pemberitaan di media massa. Biasanya, informasi yang didapat dari narasumber
diperoleh melalui wawancara dengan memintakan pendapatnya mengenai suatu
masalah atau isu yang sedang berkembang. Selain itu, narasumber juga diperlukan
untuk mendukung suatu penelitian (Wikipedia, 2019).
2.2 Kerangka Berpikir

1. Narasumber yang memberi respon


acuh dalam proses wawancara.
2. Narasumber yang memberi jawaban
melebar dan tidak terfokus pada topik
pertanyaan.

1. Narasumber lebih responsif dalam 1. Wawancara tidak berjalan dengan


wawancara. lancar.
2. Narasumber memberi jawaban yang 2. Informasi yang didapatkan tidak
terfokus pada topik pertanyaan. sesuai dengan apa yang dituju jurnalis.

Metode W3S bagi jurnalis


-Senyum
-Salam
-Sapa.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah berjudul “Penggunaan Metode W3S bagi Jurnalis
dalam Menghadapi Krisis Karakteristik Narasumber di Wartaphoto” ini, penulis melakukan
penelitian di Wartaphoto Jln. Jakenan Winong KM 2, Kec. Jakenan, Kab. Pati. Penelitian ini
dilakukan kurang lebih satu bulan, dimulai pada 27 Januari 2019 – 25 Februari 2019.

3.2 Metode Penelitian


a) Wawancara

Menurut Lexy J. Moelong pengertian wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-
tujuan tertentu. Pada metode ini, peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face)
untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat
menjelaskan permassalahan penelitian. Wawancara yang dilakukan peneliti dimaksudkan
untuk mengetahui lebih jelas tentang berbagai hal secara langsung dari sumber-sumber yang
berkepentingan dan kompeten serta untuk merekonstuksi mengenai orang, kegiatan,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Jenis wawancara
yang dilakukan dalam penilitian ini adalah wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara ini
informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifatnya yang khas. Biasanya
mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui
informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan para
wartawan.

b) Studi Pustaka

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk
mencari referensi serta hasil penelitian sejenis sebelumnya untuk melandaskan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti. Sumber tersebut berasal dari buku, surat kabar, majalah,
artikel, maupun internet. Studi pustaka dilakukan di perpustakaan Widya Utama SMA Negeri
1 Jakenan.

c) Observasi

Observasi yakni peneliti terjun langsung pada objek penelitian agar dapat memperoleh
data yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan
atau pencatatan secara sistematis terhadap gejala, peristiwa ataupun perilaku obyek yang
diteliti pada Wartaphoto. Informasi ini untuk mengetahui keadaan sebenarnya dan data yang
dikumpulkan dicocokkan dengan hasil wawancara.

d) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti


gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain). Teknik ini untuk mengumpulkan
data sekunder yang mendukung perolehan data wawancara berupa foto, rekaman suara,
maupun video.

e) Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner yang
digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian, metode yang digunakan adalah dengan
kuesioner tertutup yaitu jawaban sudah disediakan peneliti, sehingga reponden tidak diberi
kesempatan dalam menjawab.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wartaphoto
Wartaphoto adalah salah satu media pers dengan eksitensi dan daya saing tinggi.
Media pers ini bergerak dimedia online yaitu situs web wartaphoto.net. Tidak hanya itu,
Wartaphoto aktif dalam media sosial seperti facebook dan instagram dengan akun
@wartaphoto. Wartaphoto beralamat email yaitu wartaphoto@gmail.com.

Dalam mencari berita, wartaphoto mempunyai kategori advertorial, bisnis, budaya,


hukum, Humas Setda, Jateng, Jepara, Komunitas, Kudus, kuliner, Muria Raya, musik,
nasional, olahraga, parlemen, Pati, prestasi, Rembang, Wartaphoto, dan wisata. Media pers
ini lebuh berfokus pada daerah Pati, Kudus, dan juga Rembang.

4.2 Hasil Penelitian

A. Penjelasan Metode W3S

Metode W3S dalam karya tulis ini adalah sebuah akronim dari wawancara senyum,
salam, dan sapa. Dalam konteks metode W3S ini bisa digunakan untuk kepentingan
wawancara seorang jurnalis. Hal ini dimaksud guna kelancaran saat memeroleh informasi
dari seorang narasumber.

a) Deskripsi Wawancara

Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada
narasumber.

Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu
saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi,
jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun
mencari informasi.

Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi
bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita (narasumber). Lazimnya
dilakukan atas permintaan atau keinginan wartawan yang bersangkutan. Sedangkan dalam
jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber
berita.

Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga ditentukan oleh
perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik
dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif.
Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan
informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara sumber maupun wartawan.

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak
kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu,
sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

1. Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi
yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan
dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
2. Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si
responden.
3. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
4. Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,
jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk
tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan
pembicaraan agar terarah.

b. Deskripsi 3S ( Senyum, Salam, Sapa)

Senyum, salam, dan sapa atau lebih dikenal dengan sebutan 3S adalah Pendidikan
karakter. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting di suatu Negara, dengan adanya
pendidikan dapat menunjang keberhasilan Negara. Menurut KBBI pendidikan di artikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu.

Pendidikan karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena dengan ini
kualitas kerakter bangsa dapat menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini serta berkelanjutan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan semua warga negara mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia tersebut sehingga terwujud
dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut, Pendidikan karakter memunculkan variasi tersendiri dalam


penerapannya dengan mengadakan 3S yaitu sebagai berikut :

1) SENYUM, menggarakkan sedikit raut muka serta bibir agar orang lain atau lawan
bicara merasa nyeman melihat kita ketika berjumpa

2) SALAM, salam yang dilakukan dengan ketulusan mampu mencairkan suasana kaku,
salam dalam hal ini bukan hanya berararti berjabat tangan saja, namun seperti
megucapkan salam menurut agama dan kepercayaan masing-masing

3) SAPA, tegur sapa ramah yang kita ucapkan membuat suasana menjadi akrab dan
hangat, sehingga lawan bicara kita merasa hargai. “Apa kabar hari ini ? Ada yang bisa
saya bantu?”, atau dengan kata hangat dan akrab lainnya. Dengan kita menyapa orang
lain maka orang itu akan merasa dihargai. Di dalam salam dan sapa akan memebrikan
nuansa tersendiri.

B. Alasan Metode W3S Bisa Digunakan Jurnalis

Pada praktisi jurnalisme (wartawan) umumnya sependapat, tidak ada kiat mutlak
wawancara jurnalitik. Namun, setiap wartawan memiliki trik atau cara tersendiri guna
menemui dan memancing narasumber untuk memberikan informasi sesuai yang
diinginkan oleh jurnalis itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya, jurnalis dihadapkan dengan berbagai sikap narasumber yang
akan responsif maupun sebaliknya. Umumnya setiap narasumber memiliki kepribadian
yang dapat memengaruhi jalannnya wawancara. Kepribadian dibedakan menjadi 4 yaitu
sanguin, melankolis, plegmati, kolerik.

Tipe Sanguin adalah tipe yang paling terbuka diantara semua tipe perangai. Bahkan
tipe ini dapat disebut super terbuka. Orang Sanguin adalah orang yang suka berbicara
mudah menyesuaikan diri ramah hangat dan penuh humor dan responsive. Tipe Sanguin
tidak tahan melihat orang asing didepan mereka tanpa memberi tanggapan kepadanya.
Orang Sanguin adalah orang yang suka bergaul dan spontan. Mereka jarang kwatir akan
masa depan dan masa lalu, mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari
yang dilaluinya dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya. Orang Sanguin biasanya bukan
pemikir berat , mereka menafsirkan kejadian –kejadian yang ada dengan cepat. Kadang-
kadang mereka mendapat kesulitan karena jarang mengantisipasi dari pilihan itu atau
tindakan mereka. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan didalam
segala sesuatu, sehingga mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang bersifat
emosional. Belajar dari pengalaman, keputusan-keputusan yang bersifat emosional
hampir selalu merupakan keputusan-keputusan yang buruk.

Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat
orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya adalah
dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.

Tipe kolerik adalah juga tipe terbuka tetapi biasanya tingkat keterbukaannya lebih
rendah daripada tipe Sanguin yang super terbuka. Orang Kolerik adalah juga orang yang
aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain. Karena sifatnya yang
berkemauan keras mandiri dan berpendidikan keras, orang kolerik cenderung keras
kepala. Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi itu
bermanfaat bagi tujuan yang mereka miliki. Mereka mempunyai tujuan untuk segala
sesuatu dari kesehatan jasmani sampai tingkah laku anak. Mereka adalah tipe yang suka
mengambil alih , yang suka memerintah orang-orang lain disekeliling mereka, tidak
peduli apakah ornag itu menyukainya atau tidak. Orang Kolerik tidak pernah untuk
mencoba untuk tidak menguasai suatu situasi dan mereka hidup penuh dengan
pertentangan. Bagian dari sifat dasar mereka yang belum berkembang adalah emosi
mereka. Mendapatkan persetujuan dari mereka hampir merupakan hal yang tidak
mungkin. Mencapai tujuan mereka adalah ambisi bagi orang Kolerik, dan beberapa orang
Kolerik mendapatkan reputasi mereka dengan memperalat orang lain.

Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan
dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi.
Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung
jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah
kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas
kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang
bermain.

Tipe yang paling berbakat dari semua tipe adalah tipe Melankolik sekalipun mereka
tipe paling akhir yang menghargai bakat mereka sendiri. Tipe Melankolik mempunyai
sifat dasar yang tertutup. Mereka sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan
bersifat estetis yang mendalam sehingga mereka lebih menghargai seni dibandingkan
dengan perangai yang lainnya. Tipe Melankolik cenderung suka murung dan mudah
putus. Orang Melankolik dilahirkan sebagai orang pefeksionis, sering meremehkan diri
mereka sendiri untuk tidak tidak melakukan dengan lebih baik walaupun pada
kenyataannya produktivitas mereka lebih daripada kebanyakan perangai lainnya. Mereka
adalah orang yang mau mengorbankan diri sendiri, serius, dan takut akan kegagalan.
Mereka mempunyai sifat dasar yang teliti, hidup dengan tantangan atau visi untuk
menginvestasikan hidup mereka, tetapi jarang dapat menghasilkan sendiri.

Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang
paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan
hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa
cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang
melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang
mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.

Tipe Plegmatik merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut
kalem dan lambat. Mereka tidak pernah menjadi gelisah membuat malu diri mereka
sendiri dengan meminta maaf untuk segala sesuatu yang telah mereka katakana. Mereka
jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan
melukai atau menyakiti orang lain. Orang plegmatik merupakan orang yang sangat baik
dengan sifat yang bahagia dan menyenangkan. Banyak yang dari mereka sangat lucu
karena mereka mempunyai daya humor. Mereka dilahirkan dengan bakat diplomat dan
pembawa damai, mereka dicintai oleh anak-anak. Orang-orang Plegmatik merupakan
teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang
utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan
sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal mereka.

Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak
beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak
nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup
baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan
masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia
cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas
yang paling mudah dan gampang.

Berdasarkan keempat kepribadian tersebut, jurnalis harus siap menghadapi segala


risiko dalam wawancaranya dengan narasumber yang memiliki krisis kepribadian
tersebut. Sehingga penulis karya ilmiah ini menciptakan metode yang bisa digunakan
seorang jurnalis dalam mengatasi situasi tersebut. Cara yang dimaksud adalah dengan
menerapkan 3S yang telah dijabarkan diatas kedalam proses wawacara, metode tersebut
dinamakan W3S (Wawancara Senyum, Salam, Sapa).

Menggunakan metode W3S tersebut tentulah sangat berguna dan efisien dalam
wawancara. Hal ini ditunjang dari segi kepribadian narasumber yang telah diwawancarai
menggunakan metode W3S oleh Wartaphoto akan tergugah untuk lebih responsif dalam
wawancara.

C. Cara Menerapkan Metode W3S Untuk Wawancara

Penerapan metode W3S ini tidak luput dari 3S itu sendiri yaitu salam, senyum, dan
sapa, sehingga dalam jalannya wawancara, seorang jurnalis tidak boleh melewatkan hal
tersebut. Berikut adalah kiat dan cara dalam menggunakan metode W3S dalam
menghadapi krisis karakteristik narasumer.

a. Senyum
Hal pertama adalah dengan melakukan sebuah senyuman. Tersenyum adalah
hal paling sederhana dan mudah namun bermanfaat banyak. Melalui senyum dari
seorang jurnalis yang akan mewawancarai seorang narasumber, senyum tersebut
dapat menjadi sebuah obat bagi perasaan rendah diri namun juga bisa meluluhkan
hati narasumber. Begitu banyak keuntungan tersenyum, namun banyak orang
begitu sulit melakukannya. Senyuman bisa mengubah sebuah situasi yang tidak
menyenangkan. Senyuman yang tulus, dapat mengalahkan kemarahan. Senyuman
bisa mengusir ketakutan dan kekuatiran, angkatlah tangan kita keatas dan
tersenyumlah.
Dalam konteks melakukan wawancara, seorang jurnalis harus ingat untuk
memberikan senyuman. Senyum tersebut bertujuan unuk memberikan kesan
ramah tamah kepada narasumber. Dengan adanya kesan ramah tamah pertama
kepada jurnalis, seorang narasumber akan nyaman dan hal tersbut akan
mempermudah dalam memberi informasi sepeti yang diinginan oleh jurnalis.

b. Salam

Hal selanjutnya adalah dengan salam kepada narasumber. Berjabat tangan


dengan narasumber menjadi langkah kedua untuk memulai wawancara. Sala
tersebut secara sengaja mengomunikasikan kesadaran akan kehadiran jurnalis,
untuk menunjukkan perhatian. Seperti juga cara komunikasi lainnya, salam juga
sangat dipengaruhi budaya dan situasi dan dapat berubah akibat status dan
hubungan social. Maka dari itu, seorang jurnalis wajib peka terhadap keadaan
sekitar. Apabila situasinya memungkinkan, hendaklah seorang jurnalis untuk
bersalaman dengan narasumber. Salam dapat diekspresikan melalui ucapan dan
gerakan atau gabungan dari keduanya.

c. Sapa

Tegur sapa adalah perkataan untuk menegur (mengajak bercakap-cakap dan


sebagainya). Tegur sapa pada intinya adalah suatu pernyataan awal seseorang
untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Tujuan dari tegur sapa
tersebut tidak lain adalah agar narasumber yang akan kita ajak wawancara tersebut
dapat merespon apa yang kita sampaikan.

Kebiasaan yang dilakukan masyarakat kita dalam bertegur sapa atau bertatap
muka adalah dengan mengucapkan kata pembuka seperti; salam, hai, apa kabar,
dan bentuk sapaan lainnya. Apabila kata-kata pembuka dan sapaan di atas tidak
akan terucapkan, maka alangkah baiknya kita keluarkan sebuah senyuman manis
yang dapat mewakili terjadinya tegur sapa dan tatap muka tadi.

Berjabat tangan ketika bertemu narasumber dapat memperoleh manfaat


diantaranya adalah menciptakan suatu interaksi sosial yang baik, menciptakan
suasana yang harmonis, meningkatkan rasa kekeluargaan, mempererat rasa
persaudaraan, menjalin silaturahmi antar manusia, menjauhi sikap dan perilaku
individualisme, dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan.

Budaya tegur sapa merupakan pengamalan dari nilai-nilai persatuan dan


kesatuan bangsa. Selalu menegur sapa orang lain, maka komunikasi dan hubungan
akan terus terjaga. Kegiatan ini harus dilakukan jurnalis kepada siapa pun, tanpa
melihat perbedaan latar belakang budaya, sosial atau agama.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian deskripsi data serta analisis data dalam penelitian dengan
judul “Penggunaan Metode W3S bagi Jurnalis dalam Menghadapi Krisis Karakteristik
Narasumber di Wartaphoto”, dapat diambil kessimpulan sebagai berikut:

a. Metode W3S dalam karya tulis ini adalah sebuah akronim dari
wawancara senyum, salam, dan sapa. Dalam konteks metode W3S ini
bisa digunakan untuk kepentingan wawancara seorang jurnalis. Hal ini
dimaksud guna kelancaran saat memeroleh informasi dari seorang
narasumber.
b. Menggunakan metode W3S tersebut tentulah sangat berguna dan
efisien dalam wawancara. Hal ini ditunjang dari segi kepribadian
narasumber yang telah diwawancarai menggunakan metode W3S oleh
Wartaphoto akan tergugah untuk lebih responsif dalam wawancara.
c. Cra penerapan metode W3S ini tidak luput dari 3S itu sendiri yaitu
salam, senyum, dan sapa, sehingga dalam jalannya wawancara,
seorang jurnalis haris melakukan hal tersebut guna menjalankan
metode W3S tersebut.
B. Saran
Dari hasil penelitian, maka dapat diajukan beberpa saran:
a. Metode W3S berguna bagi jurnalis dan khalayak umum lainnya sehingga
memudahkan mereka untuk wawancara.
b. Memotivasi jurnalis untuk terus mengembangkan metode W3S maupun
lainnya guna kelancaran wawacara.
Daftar Pustaka
Maxmanro. 2017. "Pengertian Wawancara Secara Umum, Tujuan, Jenis, dan Ciri-Ciri
Pewawancara", https://www.maxmanroe.com/vid/karir/pengertian-wawancara.html , diakses
pada 17 Maret 2019 pukul 21.35.

Winarto, Hardi. 2009. "Psikologi (Teori Dan Pengukuran). Bengkulu : PT. Rahman Rahim.

Elvinedella. 2018. "Budaya 5S", http://blog.unnes.ac.id/elvinadellapnf/2016/10/26/budaya5s/


, diakses pada 17 Maret 2019 pukul 22.12.

Annisa Nurul. 2017. "MODAL PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI BUDAYA 5S


(SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN DAN SANTUN)",
https://anisanurul2728.wordpress.com/2017/06/14/modal-pembentukan-karakter-melalui-
budaya-5s-senyum-salam-sapasopan-dan-santun/ , diakses pada 22 Maret 2019 pukul 17.05.

Suryawati, Indah. 2011. "Jurnalistik Suatu Pengantar", Bogor : Ghalia Indonesia.

Sabil, Dudi & Lestari, Rini. 2016. "Mitos Jurnalisme", Jakarta : Cv. Andi Offset.

Nabati. 2016. "Tips Menghadapi Wawancara", http://m.nabati.teh-


kita.web.id/_karir.php?_karir=wawancara-interview , diakses pada 28 Maret 2019 pukul
23.00.

Tirto. 2016. "Kode Etik Jurnalistik", https://tirto.id/kode-etik-jurnalistik-8Nb , diakses pada


28 Maret 2019 Pukul 23.07.

Tempo. 2019. "Jurnalis dan Permasalahannya", https://www.tempo.co/tag/jurnalis-dan-


permasalahannya , diakses pada 28 Maret 2019 Pukul 23.22
Lampiran

Proses Wawancara Berlangsung

Proses Pengolahan Data

Logo Wartaphoto
Biodata

A. Data Pribadi
Nama : Rizki Firmansyah
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 25 Juni 2018
Jenis Kelamin : laki-Laki
NIS/NISN : 9032/0027594641
Alamat Rumah : Desa Pelemgede, RT. 03 / RW. 05, Kec. Pucakwangi,
Kab. Pati
Nomor Telepon : 082353232869
Akun Instagram : Rizky_Firmanz
B. Pendidikan
2007 s.d 2008 : TK PGRI 04
2008 s.d 2014 : SDN Sokopuluhan 01
2014 s.d 2016 : SMPN 01 Pucakwangi
2018-selesai : SMAN 01 Jakenan (Kelas Mipa 8)
C. Foto Penulis

Anda mungkin juga menyukai