Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari


nyeri punggung bawah (LBP) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%
dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis
L5-S1 dan L4-L5. Biasanya LBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam
waktu ± 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan
tertentu. Sekitar 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri
punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang
15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri
PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar
18,37% dari seluruh pasien nyeri.
Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi
8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan
Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65
tahun. Biasanya nyeri pinggang membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk
penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%
diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Hal ini
pastilah sangat mengganggu, nukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman atau
sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupan sehari-hari.
Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri
punggung merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan
penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik. Banyak sekali penyebab nyeri
pinggang pada manusia, bisa karena infeksi pada otot atau tulang belakang,
trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan pada tulang belakang,
dll. Salah satu yang cukup sering menyebabkan nyeri pinggang adalah yang
dinamakan Herniated Nucleus Pulposus (HNP).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


a) Anatomi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari
kolumna vertebralis yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran
ruasnya lebih besar dibandingkan dengan ruas tulang leher maupun tulang
punggung. Dibagian atas tulang lumbal terdapat tulang punggung, yang
pesendiannya disebut thoraco lumbal joint atau articulatio thoraco
lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum dan
persendiannya disebut lumbo sacral joint atau articulatio lumbo sacralis (
Pearce C. Evelyn, 2000:58).
Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna
vertebralis yang terletak pada pertengahan tubuh bagian posterior. Pada
umumnya vertebra lumbalis mempunyai bentuk melengkung ke arah
depan atau disebut juga lordosis.
Dilihat dari lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam
vertebra sekunder, karena lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah
lahir, yaitu pada saat seorang anak belajar berjalan pada usia satu sampai
satu setengah tahun (Ballinger W. Philip, 1995).
Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun
memanjang ke arah bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih
besar dari ruas vertebrae torakalis dan dapat dibedakan oleh karena tidak
adanya bidang untuk persendian dengan iga. Diantara rua-ruas vertebra
lumbalis tersebut terdapat penengah ruas tulang yang terdiri atau tersusun
dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk seperti cincin yang
memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang yang
letaknya sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan
dengan vertebra torakalis 12 dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan

2
vertebra sakralis. Oleh karena tugasnya menyangga bagian atas tubuh,
maka bentuk dari vertebra lumbalis ini besar-besar dan kuat.
Vertebra lumbalis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Korpusnya besar, tebal dan berbentuk oval
2. Mempunyai pedikel yang pendek dan tebal
3. Foramen Intervertebralisnya kecil dan bentuknya menyerupai
segitiga.
4. Processus spinosusnya tebal dan luas serta arahnya agak
horizontal.
5. Processus transversusnya panjang dan tipis
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :
1. Korpus
Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan
berbentuk lonjong (oval) dengan garis poros yang terletak
transversal. Ukurannya lebih besar dari korpus pada servikal atau
daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih tinggi
dibanding dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis
mempunyai bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai
penyangga dan pelindung dari bagian foramen intervertebralis.
2. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua
pedikel dan dua lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi
lebih tebal dan laminanya lebih besar yang mengarah ke belakang
dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan arkus vertebra
lumbalis berfungsi untuk menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus yang arahnya ke
samping dan prosessus artikularis superior dan inferior.
3. Pedikel
Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat.
Timbul dari bagian atas korpus, sehingga cekungan insisura
vertebralis inferior yang terletak pada bagian bawah lebih dalam

3
dari cekungan insisura vertebralis superior yang letaknya pada
bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen
intervertebralis yang merupakan bagian dari tempat keluarnya
sumsum saraf.
4. Lamina Arkus Vertebra
Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang
yang bentuknya berasal dari ujung pedikel.
5. Prosessus Spinosus
Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang
lebar dan besar, tumpul serta mendatar ke arah belakang dan
berbentuk persegi atau seperti kapak kecil dan lebih kecil pada
bagian vertebra lumbalis ke lima.
6. Prosessus Transversus
Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke
samping. Prosessus transversus lumbal ketiga adalah yang
terpanjang, sedangkan prosessus transversus vertebra kelima lebih
pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya. Pada bagian
belakang dari batas bawah pada setiap prosessus transversus dan
dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang disebut prosessus
asesoris.
7. Prosessus Artikularis
Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan
antara pedikel dengan lamina. Permukaan atasnya cekung dan
mengarah ke depan dan ke tengah. Fasies artikularis inferior
bentuknya cembung dan mengarah ke depan serta ke sisi
samping. Ketika vertebra saling bersambungan, maka fasies
artikularis inferior berada di atas fasies artikularis superior dari
bagian bawah vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam
pembentukan diskus artikularis yang membagi prosessus
artikularis menjadi prosessus artikularis inferior dan superior.
Pada bagian dari prosessus artikularis superior terdapat tonjolan

4
tulang pada permukaan belakangnya yang disebut prosessus
mammilaris.
b) Fisiologi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis,
sehingga fungsi dari vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna
vertebralis secara keseluruhan.
Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk
yang besar dan kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :
1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu
diskus intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan
fleksibilitas yang dapat memugkinkan membungkuk ke arah depan
(fleksi) dan kearah belakang (ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan
pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang
terjadi bila sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan
melompat.
3. Melindungi otak dan sumsun tulang belakang dari goncangan.
4. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat
melesetnya nukleus pulposus pada diskus intervertebralis. Namun
apabila annulus fibrosus mengalami kerusakan, maka nukleus
pulposusnya dapat meleset dan dapat meyebabkan penekanan pada
akar saraf disekitarnya yang menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya
kehilangan kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang terkena.
B. Patologi
a) Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri

5
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam
merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup
otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk,
2008).

b) Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013).
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan
oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau
bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
c) Proses Patologi Gerak dan Gangguan Fungsi

6
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatic ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke
korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus
ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus
schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-
sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu
terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa
discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan.
d) Gambaran Klinis
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP
terbagi atas HNP sentral dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit,
dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex
achiller negative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah

7
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m. gastrocnemius (plantar
fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi ibu jari
kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralis
dan bagian lateral pedis.
C. Intervensi Fisioterapi
Adapun modalitas fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan
kasus di atas adalah :
1. Neuromuscular Techniq
Tujuan : untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri
Teknik : kedua ibu jari fisioterapis melakukan penekanan secara
memutar pada otot yang mengalami nyeri.
2. Strengthening Exercise
Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot hip
Teknik : pasien dalam posisi tidur terlentang. Hip fleksi 90°.
Kemudian fisioterapis menggerakkan hip pasien ke arah ekstensi dan
perintahkan pasien untuk memberikan tahanan.
3. Massage Effleurage
Tujuan : untuk mengurangi spasme otot
Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot yang
mengalami spasme ke arah jantung secara lembut.
4. Infra Red
Tujuan :
a. Relief of pain (mengurangi rasa sakit)
b. Muscle relaxation (relaksasi otot)
c. Meningkatkan supply darah
5. Ultrasound
Tujuan :
a. Meningkatkan sirkulasi darah
b. Rileksasi Otot
c. Mempercepat proses penyembuhan jaringan
d. Mengurangi Nyeri

8
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


a. Nama : Tn. M
b. Umur : 76 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki - Laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Pensiunan
f. Alamat : BTN Asal Mula
B. Anamnesis Khusus (History Taking)
a. Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah menjalar ke
paha kiri
b. Lokasi keluhan : Punggung bawah dan paha kiri
c. Sifat keluhan : Menjalar
d. Gambaran keluhan : Nyeri (ngilu)
e. Riwayat perjalanan penyakit : Pasien dengan keluhan nyeri
punggung bawah menjalar ke paha kiri dialami sejak bulan Desember
2018 setelah jatuh tergelincir. Sebelumnya, pasien pernah menjalani
operasi stabilisasi posterior ± 7 bulan yang lalu.
C. Pemeriksaan Vital Sign
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 68 kali/menit
c. Pernapasan : 20 kali/menit
d. Suhu : 36,4°C
D. Inspeksi
1. Statis
- Raut wajah pasien terlihat menahan sakit
2. Dinamis
- Pasien datang dengan menggunakan kursi roda
- Pasien sulit melakukan gerakan membungkuk (fleksi lumbal)

9
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1. Pengukuran Nyeri (VAS). Fisioterapis menanyakan intensitas nyeri yang
dirasakan oleh pasien.

Keterangan :
0-1 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
3-7 : nyeri sedang
7-9 : nyeri berat
9-10 : nyeri sangat berat
Hasil : 5 (nyeri sedang)
2. Tes SLR (Straight Leg Raising) : Fisioterapis mengangkat lurus tungkai
kiri pasien 30°-70°. Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.
Hasil : nyeri menjalar saat tungkai diangkat 60°
3. Tes Patrick : Tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut
sementara tumit diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada
tungkai kiri ditekan ke bawah.
Hasil : pasien merasakan nyeri
4. Tes Anti Patrick : Posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi
panggul, kemudian lutut didorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak merasakan nyeri
5. Tes sensorik
Tes suhu panas / dingin : Fisioterapis menyentuhkan suhu panas dan
dingin secara bergantian di area dermatom pasien.

10
Hasil : pasien bisa membedakan suhu panas dan dingin
6. Tes Perkusi : Fisioterapis mengetuk / memberikan penekanan pada segmen
L4-L5 pasien. Jika ada bunyi krepitasi / nyeri tekan (tenderness) maka
hasil tes positif.
Hasil : positif (ada bunyi / tenderness)
7. MMT
No Nilai Keterangan
1. Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi
visual (tidak ada kontraksi)
2. Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau
palpasi, ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
3. Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya
gravitasi. Posisi ini sering digambarkan sebagai
bidang horizontal gerakan tidak full ROM
4. Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
5. Nilai 4 Resistance Minimal
6. Nilai 5 Resistance Maksimal

Hasil :
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi hip 5 5
Ekstensi hip 5 5
Abduksi hip 5 5
Adduksi hip 5 5
Endorotasi hip 5 5
Eksorotasi hip 5 5

8. Tes Palpasi : Fisioterapis meraba dan menekan otot pasien


Hasil : spasme otot piriformis
9. Tes ADL (Activity of Daily Living)

11
No. Jenis aktivitas Kriteria Score
1. Makan (feeding) 0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
2. Mandi (bathing) 0 = tergantung orang 0
lain
1 = mandiri

3. Perawatan diri (grooming) 0 = butuh bantuan 1


1 = mandiri
4. Berpakaian (dressing) 0 = tergantung orang 1
lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5. Buang air kecil (bowel) 0 = inkontinensia 2
1 = kadang
inkontinensia
2 = kontinensia
6. Buang air besar (bladder) 0 = inkontinensia 2
1 = kadang
inkontinensia
2 = kontinensia
7. Penggunaan toilet 0 = bergantung orang 1
lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
8. Transfer 0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantuan
2 = bantuan kecil
3 = mandiri

12
9. Mobilitas 0 = tidak mampu 1
1 = menggunakan
kursi roda
2 = berjalan dengan
bantuan 1 orang
3 = mandiri
10. Naik turun tangga 0 = tidak mampu 1
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Jumlah 13

Parameter index barthel


- 0-4 : ketergantungan total
- 5-8 : ketergantungan berat
- 9-11 : ketergantungan sedang
- 12-19 : ketergantungan ringan
- 20 : mandiri
Hasil : 13 (ketergantungan ringan)
10. Pemeriksaan Penunjang
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Kesan :
- Protrutio disc level CV L4-L5, menekan thecal sac kiri dan
kedua nerve root terutama kiri disertai facet joint billateral,
dengan tanda-tanda stenosis parsialias canalis spinalis pada
level tersebut.
- Degenerative disc diseases pada level CV L4-L5
- Spondylosis lumbalis

13
F. Algoritma Assesment Fisioterapi
Algorhitma Assessmen Pada Gangguan Gerak dan Fungsi Extremitas Bawah
et Causa Hernia Nukleus Pulposus (HNP) L4-L5 Post Stabilisasi Posterior

History Taking
Pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah menjalar ke paha kiri
dialami sejak bulan Desember 2018 setelah jatuh tergelincir.
Sebelumnya, pasien pernah menjalani operasi stabilisasi posterior ± 7
bulan yang lalu.

Inspeksi
Statis : Raut wajah pasien terlihat penuh semangat

Dinamis : Pasien datang dengan menggunakan kursi roda

Pasien sulit melakukan gerakan membungkuk (fleksi lumbal)

Pemeriksaan fisik
Dinamis : Pasien sulit melakukan gerakan membungkuk (fleksi lumbal)

Pengukuran Tes SLR Tes Patrick Tes Anti Tes


nyeri (VAS) (Straight Hasil : Patrick Sensorik
Hasil : 5 Leg Raising) pasien Hasil : tidak Hasil :
(nyeri Hasil : nyeri merasakan
nyeri normal
sedang) nyeri

Tes MMT Tes Palpasi Tes ADL


Perkusi Hasil : Hasil : Hasil :
Hasil : normal spasme otot ketergantun
positif piriformis gan ringan

Pemeriksaan penunjang:
MRI

Diagnosa ICF :
Gangguan Gerak dan Fungsi Extremitas
Bawah et Causa Hernia Nukleus Pulposus
(HNP) L4-L5 Post Stabilisasi Posterior

14
G. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan Gerak dan Fungsi Extremitas Bawah et Causa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) L4-L5 Post Stabilisasi Posterior.

H. Problematik Fisioterapi

Kondisi/Penyakit :
Gangguan Gerak dan Fungsi Extremitas Bawah et Causa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) L4-L5 Post Stabilisasi Posterior

Impairment Acivity Limitation Participation Restriction


(Body structure and  Sulit melakukan  Sedikit terganggu dalam
function) gerakan sujud dan kegiatan sehari-hari baik di
rukuk dalam shalat
 Nyeri punggung lingkungan keluarga ataupun
karena nyeri yang
bawah menjalar ke dirasakan. masyarakat.
paha kiri
 Spasme otot
piriformis
 Gangguan ADL

I. Tujuan Intervensi Fisioterapi


a. Jangka pendek
- Menghilangkan / meminimalisir rasa nyeri
- Menghilangkan spasme otot
b. Jangka panjang
- Meningkatkan fungsi gerak extremitas bawah pasien agar
kedepannya bisa hidup secara mandiri dan tidak bergantung
dengan orang lain.

15
J. Program Intervensi Fisioterapi

Nama Pasien : Tn. M


Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Fisioterapi : Gangguan Gerak dan Fungsi Extremitas Bawah et Causa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) L4-L5 Post Stabilisasi Posterior

Jenis Intervensi Tujuan Intervensi Alasan Klinis


Infra red Mengurangi nyeri, mengurangi Agar nyeri yang dirasakan
spasme otot dan kekakuan sendi, pasien bisa berkurang serta
meningkatkan aliran darah dan dapat menghilangkan spasme
merileksasikan sistem saraf otot piriformis pada pasien

Ultrasound Menghilangkan spasme pada otot, Untuk menghilangkan


mengurangi peradangan, serta spasme otot piriformis pada
meningkatkan sirkulasi darah dan pasien
membantu proses penyembuhan.

K. Evaluasi Fisioterapi
Setelah melakukan intervensi fisioterapi, nyeri yang dirasakan pasien
berkurang, spasme otot piriformis sedikit mulai menurun, serta pasien sudah
mulai dapat berjalan sendiri naik ke bed tanpa bantuan.
L. Edukasi
Pasien dianjurkan untuk :
- menjaga postur tubuh yang benar pada saat berdiri ataupun duduk
- berhati-hati terhadap gerakan yang dapat membebani vertebra / gerakan
membungkuk, misalnya : mengangkat beban yang berat.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus
fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture
annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan
kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi
pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve
L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar
ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering
dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang
terjadi pada banyak grup otot. Adapun program intervensi yang diberikan
yaitu infra red dan ultrasound.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan


kedua puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p.
141-142.
2. Ballinger P. W. 1999, Merill’sAtlas of Radiographic Position and
Radiologic Procedures, Volume One, The CV. Mosby, Co. London.
3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi
berorientasi klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga.
4. Helmi Zairin, N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.
5. https://id.scribd.com/doc/79742234/Pemeriksaan diakses pada 16 Maret
2019
6. http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/hernia-nukleus-pulposus-
hnp.html?m=1 diakses pada 16 Maret 2019
7. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://med.un
has.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-
Nucleus-
Pulposus.pdf&ved=2ahUKEwjBucX034jhAhUN73MBHV_QBDMQFjA
AegQIBhAB&usg=AOvVaw1r3A5qx5Sf6l3iGiTg0542 diakses pada 16
Maret 2019

18

Anda mungkin juga menyukai