Anda di halaman 1dari 8

�11 Adab Dalam Akad Nikah

�By Ammi Nur Baits -

✏Adab-adab Dalam Akad Nikah

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Adakah kebiasaan para salaf setelah akad nikah, istri melakukan sungkem (cium tangan) suami di
hadapan para tamu undangan? Bagaimana pula dengan kedua mempelai sungkem kepada orang tua di
hadapan tamu undangan. Hal semacam ini nampaknya sudah menjadi adat di masyarkat. Mohon
penjelasannya.

Dan bagaimanakah adab akad nikah?

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahamatullah wabarakatuh

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah

Akad nikah merupakan ikatan syar’i antara pasangan suami istri. Dengan hanya kalimat ringkas ini, telah
mengubah berbagai macam hukum antara kedua belah pihak. Karena itu, Allah Ta’ala menyebutnya
sebagai mitsaq ghalidz [Arab: ‫ ]ميثاقا ا غليظا ا‬artinya ikatan yang kuat. Allah berfirman,
‫نوأننخذذنن ممذنككذم ممينثااقا نغملي ا‬
‫ظا‬

“Mereka (para wanita itu) telah mengambil perjanjian yang kuat dari kalian.” (QS. An-Nisa’: 21)

Dengan akad nikah, pasangan ini telah mengikat sebuah perjanjian, se-iya, sekata, untuk membangun
rumah tangga yang syar’i. Karena itu, bagi Anda yang telah berhasil melangsungkan perjanjian indah ini,
jangan Anda sia-siakan, jangan Anda rusak tanpa tanggung jawab, buang jauh-jauh kata-kata: cerai, talak,
dst…

Agar akad nikah Anda semakin berkah, berikut beberapa adab yang perlu diperhatikan:

�Pertama, hindari semua hal yang menyebabkan ketidak-absahan akad nikah.

Karena itu, pastikan kedua mempelai saling ridha dan tidak ada unsur paksaan, pastikan adanya wali
pihak wanita, saksi dua orang yang amanah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل نمنكاح مإل بنومليِ ونشامهدِي نعدِلل‬

“Tidak sah nikah, kecuali dengan wali (pihak wanita) dan dua saksi yang adil (amanah).” (HR. Turmudzi
dan lainnya serta dishahihkan Al-Albani)

�Kedua, dianjurkan adanya khutbatul hajah sebelum akad nikah.

Yang dimaksud khutbatul hajah adalah bacaan:

‫اك نوأنذشهنكدِ أننن‬‫ى لنهك نوأنذشهنكدِ أنذن لن إملنهن إملن ن‬


‫ضلمذل فنلن نهامد ن‬ ‫ضنل لنهك نونمذن يك ذ‬
‫اك فنلن كم م‬ ‫إمنن اذلنحذمندِ منلم ننذستنمعينكهك نوننذستنذغفمكرهك نوننكعوكذ بممه ممذن كشكرومر أنذنفكمسننا نمذن ينذهمدِ ن‬
‫ق تكنقاتممه‬ ‫ن‬
‫ان نكانن نعلنذيككذم نرمقيابا( )نيا أيَينها النمذينن آنمكنوا اتنكقوا ن‬
‫ان نح ن‬ ‫ن‬
‫ان النمذى تننسانءكلونن بممه نوالذرنحانم إمنن ن‬ ‫كمنحنمادِا نعذبكدِهك نونركسولكهك نيا أنيَينها النمذينن آنمكنوا ) اتنكقوا ن‬
‫صلمذح لنككذم أنذعنمالنككذم نوينذغفمذر لنككذم كذكنوبنككذم نونمذن يكمطعم ن‬
ِ‫ان نونركسولنهك فنقنذد‬ ‫ان نوكقوكلوا قنذولا نسمدِيادِا يك ذ‬‫نولن تنكموتكنن إملن نوأنذنتكذم كمذسلمكمونن( ) نيا أنيَينها النمذينن آنمكنوا اتنكقوا ن‬
‫نفانز فنذوازا نعمظياما‬.

Dalil anjuran ini adalah hadis dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
‫صنلىَّ اك نعلنذيمه نونسلننم كخ ذ‬
‫طبنةن اذلنحانجمة أنمن اذلنحذمكدِ منلم ننذستنمعينكهك نوننذستنذغفمكرهك نوننكعوكذ بممه ممذن كشكرومر أنذنفكمسننا‬ ‫…نعلننمننا نركسوكل ن‬.
‫ام ن‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami khutbatul hajah…-sebagaimana lafadz di atas – …(HR.
Abu Daud 2118 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Syu’bah (salah satu perawi hadis) bertanya kepada gurunya Abu Ishaq, “Apakah ini khusus untuk khutbah
nikah atau boleh dibaca pada kesempatatan yang lainnya.” “Diucapkan pada setiap acara yang penting.”
Jawab Abu Ishaq.

Sebagian orang beranggapan dianjurkannya mengucapkan khutbah ini ketika walimah, meskipun acara
walimah tersebut dilaksanakan setelah kumpul suami istri. Namun yang tepat –wallahu a’lam– anjuran
mengucapkan khutbatul hajah sebagaimana ditunjukkan hadis Ibn Mas’ud radhiallahu ‘anhu adalah
sebelum akad nikah bukan ketika walimah. (A’unul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, 5:3 dan Tuhafatul
Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, 4:201). Wallahu a’lam.

�❌Ketiga, tidak ada anjuran untuk membaca syahadat ketika hendak akad, atau anjuran untuk istighfar
sebelum melangsungkan akad nikah, atau membaca surat Al-Fatihah. Semua itu sudah diwakili dengan
lafadz khutbatul hajah di atas. Tidak perlu calon pengantin diminta bersyahadat atau istighfar.

�❌Keempat, hendaknya pengantin wanita tidak ikut dalam majlis akad nikah. Karena umumnya majlis
akad nikah dihadiri banyak kaum lelaki yang bukan mahramnya, termasuk pegawai KUA. Pengantin
wanita ada di lokasi itu, hanya saja dia dibalik tabir. Karena pernikahan dilangsungkan dengan wali si
wanita. Allah Ta’ala mengajarkan,

‫ب نذلمككذم أن ذ‬
‫طهنكر لمقككلوبمككذم نوقككلوبممهنن‬ ‫نوإمنذا نسأ نذلتككموهكنن نمنتااعا نفاذسأ نكلوهكنن ممذن نونرامء محنجا ل‬

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (wanita yang bukan mahram), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-
Ahzab: 53)
Semua orang tentu menginginkan hatinya lebih suci, sebagaimana yang Allah nyatakan. Karena itu, ayat
ini tidak hanya berlaku untuk para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tapi juga untuk semua mukmin.

Jika dalam kondisi normal dan ada lelaki yang hendak menyampaikan kebutuhan atau hajat tertentu
kepada wanita yang bukan mahram, Allah syariatkan agar dilakukan di balik hijab maka tentu kita akan
memberikan sikap yang lebih ketat atau setidaknya semisal untuk peristiwa akad nikah. Karena
umumnya dalam kondisi ini, pengantin wanita dalam keadaan paling menawan dan paling indah
dipandang. Dia didandani dengan make up yang tidak pada umumnya dikenakan.

⛔Kesalahan yang banyak tersebar di masyarakat dalam hal ini, memposisikan calon pengantin wanita
berdampingan dengan calon pengantin lelaki ketika akad. Bahkan keduanya diselimuti dengan satu
kerudung di atasnya. Bukankah kita sangat yakin, keduanya belum berstatus sebagai suami istri sebelum
akad? Menyandingkan calon pengantin, tentu saja ini menjadi pemandangan yang bermasalah secara
syariah. Ketika Anda sepakat bahwa pacaran itu haram, Anda seharusnya sepakat bahwa ritual semacam
ini juga terlarang.

�❌Kelima, tidak ada lafadz khusus untuk ijab qabul. Dalam pengucapn ijab kabul, tidak disyaratkan
menggunakan kalimat tertentu dalam ijab kabul. Akan tetapi, semua kalimat yang dikenal masyarakat
sebagai kalimat ijab kabul akad nikah maka status nikahnya sah.

�Lajnah Daimah ditanya tentang lafadz nikah. Mereka menjawab,

Semua kalimat yang menunjukkan ijab Kabul, maka akad nikahnya sah dengan menggunakan kalimat
tersebut, menurut pendapat yang lebih kuat. Yang paling tegas adalah kalimat: ‘zawwajtuka’ dan
‘ankahtuka’ (aku nikahkan kamu), kemudian ‘mallaktuka’ (aku serahkan padamu). (Fatawa Lajnah
Daimah, 17:82).

Keterangan selengkapnya bisa Anda dapatkan di: https://konsultasisyariah.com/ijab-kabul-akad-nikah/

�❌Keenam, hindari bermesraan setelah akad di tempat umum

Pemandangan yang menunjukkan kurangnya rasa malu sebagian kaum muslimin, bermesraan setelah
akad nikah di depan banyak orang. Kita sepakat, keduanya telah sah sebagai suami istri. Apapun yang
sebelumnya diharamkan menjadi halal. Hanya saja, Anda tentu sadar bahwa untuk melampiaskan
kemesraan ada tempatnya sendiri, bukan di tempat umum semacam itu.

Bukankah syariah sangat ketat dalam urusan syahwat? Menampakkan adegan semacam ini di muka
umum, bisa dipastikan akan mengundang syahwat mata-mata masyarakat yang ada di sekitarnya. Hadis
berikut semoga bisa menjadi pelajaran penting bagi kita.

Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau menceritakan:

Fadhl bin Abbas (saudaranya Ibn Abbas) pernah membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
belakang beliau, karena tunggangan Fadhl kecapekan. Fadhl adalah pemuda yang cerah wajahnya.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di atas tunggangannya, untuk menjawab
pertanyaan banyak sahabat yang mendatangi beliau. Tiba-tiba datang seorang wanita dari Bani Khats’am,
seorang wanita yang sangat cerah wajahnya untuk bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Abbas melanjutkan,

‫ف بمينمدِمه فنأ ننخنذ بمنذقنمن الفن ذ‬


‫ فننعندِنل نوذجهنهك‬،‫ضمل‬ ‫ فنأ نذخلن ن‬،‫ضكل ينذنظككر إملنذينها‬
‫صنلىَّ اك نعلنذيمه نونسلننم نوالفن ذ‬ ‫ نفاذلتنفن ن‬،‫ نوأنذعنجبنهك كحذسنكنها‬،‫ضكل ينذنظككر إملنذينها‬
‫ت الننبميَيِ ن‬ ‫ق الفن ذ‬ ‫فن ن‬
‫طف م ن‬
‫ذ‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫نعمن النظمر إملينها‬

Maka Fadhl-pun langsung mengarahkan pandangan kepadanya, dan takjub dengan kecantikannya.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memalingkan wajah beliau, namun Fadhl tetap mengarahkan
pandangannya ke wanita tersebut. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang rahang Fadhl dan
memalingkan wajahnya agar tidak melihat si wanita…. (HR. Bukhari, no.6228)

Bagaimana sikap orang yang bertaqwa sekelas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak
mengandalkan taqwanya, merasa yakin tidak mungkin terpengaruh syahwat, dst.. Beliau juga tidak
membiarkan pemuda yang ada didekatnya untuk melakukan kesalahan itu. Beliau palingkan wajahnya.
Apa latar belakangnya? Tidak lain adalah masalah syahwat. Apa yang bisa Anda katakan untuk kasus
bermesraan pasca-akad nikah di tempat umum? Tentu itu lebih mengundang syahwat.

�❌Ketujuh, adakah anjuran akad nikah di masjid?

Terdapat hadis yang menganjurkan untuk mengadakan akad nikah di masjid, hadisnya berbunyi:
” ‫ و اضربوا عليه بالدِفوف‬، ِ‫”أعلنوا هذا النكاح و اجعلوه فيِ المساجد‬

“Umumkan pernikahan, adakan akad nikah di masjid dan meriahkan dengan memukul rebana.” (HR. At
Turmudzi, 1:202 dan Baihaqi, 7:290)

Hadis dengan redaksi lengkap sebagaimana teks di atas statusnya dhaif. Karena dalam sanadnya ada
seorang perawi bernama Isa bin Maimun Al Anshari yang dinilai dhaif oleh para ulama, di antaranya Al
Hafidz Ibn Hajar, Al Baihaqi, Al Bukhari, dan Abu Hatim. Akan tetapi, hadis ini memiliki penguat dari jalur
yang lain hanya saja tidak ada tambahan “..Adakan akad tersebut di masjid..”. Maka potongan teks yang
pertama untuk hadis ini, yang menganjurkan diumumkannya pernikahan statusnya shahih. Sedangkan
potongan teks berikutnya statusnya mungkar. (As Silsilah Ad Dla’ifah, hadis no. 978).

❌Karena hadisnya dhaif, maka anjuran pelaksanaan walimah di masjid adalah anjuran yang tidak
berdasar. Artinya syariat tidak memberikan batasan baik wajib maupun sunah berkaitan dengan tempat
pelaksanaan walimah nikah. Syaikh Amr bin Abdul Mun’im Salim mengatakan, “Siapa yang meyakini
adanya anjuran melangsungkan akad nikah di masjid atau akad di masjid memiliki nilai lebih dari pada di
tempat lain maka dia telah membuat bid’ah dalam agama Allah.” (Adab Al Khitbah wa Al Zifaf, Hal.70)

�Kedelapan, dianjurkan untuk menyebutkan mahar ketika akad nikah.

Tujuan dari hal ini adalah menghindari perselisihan dan masalah selanjutnya. Dan akan lebih baik lagi,
mahar diserahkan di majlis akad. Meskipun ulama sepakat, akad nikah tanpa menyebut mahar statusnya
sah.

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan:

‫ق اذلفكقننهامء‬ ‫ح فنينكجوكز إمذخلنكء النننكا م‬


‫ح نعذن تنذسممينتممه مباتننفا م‬ ‫صنحمة النننكا م‬
‫طا لم م‬ ‫أننن مذذكنر اذلنمذهمر مفيِ اذلنعذقمدِ لنذي ن‬
‫س نشذر ا‬

Menyebut mahar ketika akad bukanlah syarat sah nikah. Karena itu, boleh nikah tanpa menyebut mahar
dengan sepakat ulama. (Mausu’ah fiqhiyah Kuwaitiyah, 39:151)
Hanya saja, penyebutan mahar dalam akad nikah akan semakin menenangkan kedua belah pihak,
terutama keluarga.

�Kesembilan, dianjurkan mengikuti prosedur administrasi akad nikah, sebagaimana yang ditetapkan
KUA. Ini semua dalam rangka menghindari timbulnya perselisihan dan masalah administrasi negara.
Hanya saja, sebisa mungkin proses pernikahan dimudahkan dan tidak berbelit-belit. Semakin mudah
akad nikah, semakin baik menurut kaca mata syariah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫خير النكاح أيسره‬

“Nikah yang terbaik adalah yang paling mudah.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan Al-Albani)

Sifat mudah ini mencakup masalah nilai mahar, tata cara nikah, proses akad, dst.

�Kesepuluh, tidak ada anjuran untuk melafadzkan ijab kabul dalam sekali nafas, sebagaimana anggapan
sebagian orang. Karena inti dari ijab qabul akad nikah adalah pernyataan masing-masing pihak, bahwa
wali pengantin wanita telah menikahkan putrinya dengannya, dan pernyataan kesediaan dari pengantin
laki-laki.

❌Mengharuskan akad nikah dan ijab kabul dengan harus satu nafas bisa disebut pemaksaan yang
berlebihan.

�Kesebelas, doa selepas akad nikah.

Dianjurkan bagi siapapun yang hadir ketika peristiwa itu, untuk mendoakan pengantin. Di antara lafadz
doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah

‫ك نونجنمنع بنذيننككنما مفيِ اذلنخذيمر‬


‫ك نعلنذي ن‬ ‫ك ن‬
‫ا ك لن ن‬
‫ك نونبانر ن‬ ‫نبانر ن‬

“Semoga Allah memberkahimu di waktu senang dan memberkahimu di waktu susah, dan
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”
Dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

‫ك نونجنمنع بنذيننككنما مفيِ اذلنخذيمر‬


‫ك نعلنذي ن‬ ‫ا ك لن ن‬
‫ك نونبانر ن‬ ‫” نكانن إمنذا نرفنأ ن ا ذ ملذننسانن إمنذا تننزنونج نقانل نبانر ن‬: ‫أن النبىَّ صلىَّ ا عليه وسلم‬
‫ك ن‬

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak memberikan ucapan selamat kepada orang
yang menikah, beliau mendoakan: baarakallahu laka…dst.” (HR. Turmudzi, Abu Daud dan dishahihkan Al-
Albani)

Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

‫ت فنقكذلنن نعنلىَّ اذلنخذيمر نواذلبننرنكمة نونعنلىَّ نخذيمر ن‬


‫طائملر‬ ‫تننزنونجمنيِ الننبميَيِ صلىَّ ا عليه وسلم فنأ نتنذتمنيِ أكنميِ فنأ نذدنخلنذتمنيِ الندِانر فنإ منذا نمذسنوةة ممنن اذلنذن ن‬
‫صامر مفيِ اذلبنذي م‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku, kemudian ibuku mendatangiku dan mengajakku masuk ke
dalam rumah. Ternyata di dalamnya terdapat banyak wanita Anshar. Mereka semua mendoakan
kebaikan, keberkahan karena keberuntunganku. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Read more https://konsultasisyariah.com/11224-adab-adab-dalam-akad-nikah.html

Anda mungkin juga menyukai