Anda di halaman 1dari 9

Perubahan dalam Total Biaya Kualitas

Pertanyaan penelitian nomor dua apakah total biaya kualitas berubah secara sistematis
karena matangnya kualitas sistem informasi organisasi. Responden ditanyai tentang bagaimana
baiaya kualitas saat ini dibandingkan dengan biaya kualitas tahun lalu. Empat puluh enam dari
lima puluh satu resonden bersedia untuk memberikan informasi lengkap yang melaporkan
perubahan dalam total biaya kualitas selama periode 2 tahun (lihat gambar 1). Sepuluh organisasi
melaporkan total biaya kualitas/ Cost of Quality (COQ)yang lebih tingi di tahun ini dibandingkan
dengan tahun yang lalu yang digerakkan seluruhnya dari kematangan kualitas sistem level 1 atau
2 ke level kematangan yang lebih tinggi dalam lima tahun sebelumnya. Hal ini konsisten dengan
dengan model dalam Tabel II yang memprediksi peningkatan jangka pendek dalam total biaya
kualitas ketika kualutas sistem bergerak dari kematangan yang rendah (level 1 atau 2) ke level
biaya kualitas yang tinggi (misalnya level 3,4, atau 5).

Koefisien korelasi peringkat Spearman (ᵨ) digunakan untuk menilai apakah terdapat
hubungan dari perubahan dalam total biaya kualitas organisasi dan sejumlah variabel organisasi.
Matriks korelasi ditunjukkan pada Tabel VI. Tingkat kematangan dari kualitas sistem organisasi
(variabel QSPMS) secara signifikan berkorelasi (ᵨ< 0.10) berkorelasi dengan apakah organisasi
melacak biaya kualitas dalam cara sistematis (variabel TRACKS). Organisasi dengan tingkat
kematangan sistem yang lebih tinggi lebih memungkinkan untuk melacak biata kualitas (COQ).
Terdapat pula hubungan yang signifikan (ᵨ< 0.05) antara tingkat kematangan kualitas sistem
(variabel QSPMS) dan ukuran organisasi yang diukur dengan jumlah karyawan (variabel
EMPLOY). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung memmiliki
sistem kualitas yang matang.
Tingkat kematangan sistem kualitas (variabel QSPMS) juga secara signifikan berpengaruh
dengan perubahan dalam profitabilitas organisasi (variabel PROFIT). Organisasi dengan tingkat
kematangan sistem kualitas yang lebih tinggi cenderung melaporkan peningkatan profitabilitas.
Tingkat kematangan sistem kualitas (variabel QSPMS) berpengaruh negatif (ᵨ< 0.10) dengan
perubahan total biaya kualitas (variabel TCOQ_CHG). Organisasi dengan sistem kualitas yang
lebih matang cenderung melaporkan penurunan pada total biaya kualitas dari tahun lalu ke tahun
saat ini.

Tidak adanya hubungan yang signifikan di antara tingkat kematangan sistem kualitas
(variabel QSPMS) dan jumlah tahun sejak implementasi sistem sistem biaya kualitas menyiratkan
bahwa kematangan sistem berhubungan dengan faktor lainnya selain jumlah waktu implementasi.
Temuan ini konsisten dengan Montogomery (1996) dan standar ANSI/ISO/ ASQ Q90004-2000,
di mana keduanya penelitian tersebut terkait dengan kematangan sistem sebagai alat utama yang
digunakan daripada Panjang waktu penggunaan.

Perubahan dalam Penjualan dan Laba

Pertanyaan penelitian ketiga memeriksa apakah penjualan dan pertumbuhan laba lebih
tinggi dalam organisasi dengan sistem biaya kualitas dan kematangan sistem kualitas. Data yang
tersedia dalam Tabel VI tidak menunjukkan adanya dukungan untuk premis mengenaii tingkat
pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dan/ atau laba berkaitan dengan tingkat kematangan
kualitas sistem organisasi atau apakah organisasi menelusuri biaya kualitasnya atau tidak. Temuan
ini mendukung kesimpulan dari Schaffer dan Thomson (1992) yaitu bahwa mayortas dari sistem
kualitas yang ada gagal memberikan perbaikan nyata atau berdampak signifikan pada peningkatan
daya saing.

Banyak perusahaan yang memiliki sistem COQ mungkin berpendapat bahwa sistem
tersebut tidak memenuhi harapan. Chase (1998) melaporkan bahwa banyak program COQ yang
tdak efektif karena program tersebut terdiri mengandung sedikit lebih banyak estimasi tidak jelas
atas jumlah yang diproduksi dalam jangka pendek. Gupta dan Campbell (1995) berpendapat bahwa
program COQ yang sukses adalah program COQ yang:

a) Mendukung strategi perusahaan


b) Sepenuhnya berintegrasi dengan strategi operasional
c) Memiliki dukungan dan keterlibatan dari manajemen puncak
d) Memperlakukan sumber masalah kualitas dan bukan gejalanya
e) Didasarkan pada biaya kualitas yang dihitung secara akurat
f) Berkaitan dengan sistem reward dan program insentif
g) Bersifat jangka Panjang
h) Dipikirkan dan direncanakan dengan baik.

Sheherd (1998) mengemukakan bahwa kemunduran terhadap keberhasilan program COQ


dapat terjadi dikaitkan dengan:

a) Korelasi terbatas antara angka akuntansi/ keuangan dan yang dilaporkan sebagai hasil dari
COQ
b) Terbatas (atau tidak ada) keterlibatan keuangan dalam menciptakan angka angka
c) Sampak kegagalan kualitas pada biaya administrasi/ overhead dan penjualan yang tidak
idimengerti dengan baik
d) Dampak dari kegagalan proses yang sering diabaikan, ketika hal ini tidak menghasilkan
kegagalan produk (misalnya waktu penghentian karena kurangnya pemeliharaan kualitas)
e) Tidak adanya akuntansi untuk biaya pelang, seperti kehilangan pangsa pasar
f) Kurangnya akuntansi untuk biaya modal kerja, seperti tingkat kelebihan persediaan yang
disebabkan oleh masalah kualitas
g) Mendasarkan COQ pada varians penetapan biaya sehingga isu- isu spesifik, seperti
peningkatan tingkat memo, sering disembunyikan oleh penyesuaian ke tngkat penggunaan
standar.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari saran tersebut adalah bahwa kualitas dari implementasi
sistem kualitas atau program COQ bukan hanya semata- mata keberadaannya yang berdampak
pada operasi. Tingkat kualitas implementasi mempengaruhi hasil program COQ yang ingin dicapai
organisasi.

Mengapa perusahaan tidak menelusuri biaya kualitas

Pertanyaan penelitian keempat membahas pakah ada alas an umum mengapa banyak
perusahaan tidak melakukan penelusuran terhadap biaya kualitas. Data temuan menunjukkan
bahwa 196 responsen yang ridak melakukan penelusuran biaya kualitas yang dikontak melalui e-
mail dan ditanyai mengenai respon mereka untuk menjawab pertanyaan terbuka mengenai
mengapa organisasi mereka tidak menelusuri biaya kualitas. Sebanyak 196 reponden (tingkat
respon 65.8%) diperoleh dengan alasan mengapa tidak melakukan penelusuran. Dalam beberapa
kasus responden mngidentifikasi satu alasan, sementara dalam kasus lain mereka menunjukkan
beberapa alasan. Alasan spesifik diperksa untuk menentukan apakah mereka menunjukkan tipe
yang umum mengenai dasar “mengapa” penelusuran atas biaya kualitas tidak dilakukan.

a) Alasan yang paling sering diberikan mengenai tidak dilakukannya penelusuran atas biaya
kualitas (32 tanggapan) adalah karena kurangnya dukungan manajemen atau tidak adanya
ketertarikan manajemen untuk melacak biaya tersebut. Penjelasan spesifik tentang
kurangnya dukungan termasuk kurangnya perhatian mengenai seberapa banyak dan dalam
hal apa kualitas dapat membayar, filosofi manajemen dan budaya perusahaan tidak
mendukung biaya kualitas, biaya kualitas berwujud “dokumen” yang dianggap manajemen
tidak cukup bernilai, dan kepercayaan manajemen bahwa tidak ada nilai untuk berupaya
sepenuhnya mengukur biaya kualitas.
b) Selanjutnya, tanggapan yang paling umum diberikan (27 tanggapan) menunjukkan bahwa
dalam perusahaan terdapat kondisi ekonomi atau status yang berkontribusi dalam
kurangnya penelusuran biaya kualitas. Kondisi yang paling sering dikutip adalah ketika
perusahaan merupakan perusahaan start-up, perusahaan berkembang, dengan praktik
bisnis yang kuno, perusahaan kecil dengan overhead kecil, atau perusahaan yang terlalu
kecil, dan perusahaan yang diperkecil.
c) Kurangnya pengetahuan tentang “bagaimana” menelusuri biaya kualitas dan keuntungan
dari program COQ merupakan alasan umum yang dikutip terkait tidak melaukan
penelusurann biaya kualitas (26 tanggapan). Penjelasan meliputi ketidaktahuan elemen apa
yang termasuk dalam biaya kualitas, kurangnya pengetahuan tentang prinsip- prinsip
kualitas dari pihak manajemen yang lebih tinggi di seluruh organisasi, dan kurangnya
tenaga kerja berpengalaman untuk untuk mengerjakan tugas tersebut.
d) Alasan umum lainnya yang diberikan (24 tanggapan) adalah mengenai kurangnya sistem
akuntansi dan sistem komputer yang memadai yang diperlukan untuk menelusuri biaya
kualitas. Penjelasan dalam hal ini berkaitan dengan kurangnya alat untuk mengumpulkan,
mengatur, dqan menyaring, dqan melaporkan biaya kualitas, tidak ada mekanisme
akuntansi yang dapat menyediakan dalam sistem pelaporan keuangan untuk menelusuri
biaya kualitas, dan sistem akuntansi dan sumber daya yang tidak memadai untuk
mengerjakan standar perhitungan COQ yang umum dalam industri.
e) Sebanyak 18 responden mengindikasikan bahwa organisasi mereka tidak melihat
keuntungan dari COQ atau alasan bahwa mereka perlu fokus pada area yang mereka
anggap lebih penting.

Meskipun analisis tanggapan ini tidak memberikan ukurang statististik, alasan- alasan yang
di kutip di atas umumnya setuju dengan saran sebelumnya dan temuan dari kualitas maupun
dari literatur akuntansi. Sebagai contoh, Pursglove dan Dale (1996) mengutip beberapa alasan
untuk tidak melakukan penelusuran biaya kualitas yang diantaranya adalah:

a) Kurangnya pemahaman mengenai konsep dan prinsip biaya kualitas di antara tim
manajemen.
b) Manajemen kualitas umumnya kurang memahami ilmu akuntansi.
c) Konsep dari biaya kualitas hanya diperkenalkan dalam disiplin ilmu akuntansi baru- baru
ini.
d) Perubahan dalam sistem akuntansi akan selalu cenderung tertinggal dibandingkan inovasi
teknis seperti manajemen kualitas.

Williams et.al (1999: 455), dalam tinjauan manajemen penetaan biaya kualitas,
menyimpulkan bahwa “jelas bahwa sistem akuntansi yang ada adalah kendala utama dibandingkan
pengemangan penggunaan aplikasi dan kegunaan dari biaya kualitas.”

Alasan yang dikutip dalam penelitian ini dan penelitian lainnya (Johnson, 1995)
ditampilkan untuk menyarankan bahwa kurangnya dukungan manajemen, tidak adanya sistem
penelusuran yang memadai, kurangnya pengetahuan mengenai bagaimana cara untuk menelusuri
COQ, kurangnya nilai yang dirasakan, serta kondisi ekonomi dan siklus hidup perasaan secara
keseluruhan berkontribusi terhadap upaya untuk menelusuri biaya kualitas.

Kesimpulan

Penelitian ini menyediakan beberapa bukti bahwa menelusuri COQ tidak seluas seperti
yang kebanyakan dipercaya. Pengetahuan yang dalam juga dikembangkan menjadi beberapa
alasan mengapa perusahaan tidak enggan melakukan penelusuran COQ. Studi ini juga
memberikan beberapa wawasan tentang bagaimana distribusi biaya kualitas berubah ketika sistem
kualitas diterapkan. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a) Ketika sistem kualitas perusahaan matang, biaya kegagalan eksterna juga berkurang
sebagai persentasi total COQ bersamaan dengan peningkatan kegagalan internal dan juga
biaya penilaian (appraisal cost).
b) Ketika sistem kualitas perusahaan telah matang, maka proporsi dari total biaya kualitas
yang dikeluarkan untuk mencegah aktivitas meningkat ketika biaya kegagalan eksternal
menurun.
c) Total COQ berkurang dari waktu ke watu bagi perusahaan dengan sistem kualitas dan yang
melakukan penelusuran COQ, tetapi besarnya penurunan semain lama akan semakin
berkurang sepanjang sistem kualitas diterapkan.
d) Tidak ditemukan dukungan untuk peningkatan penjualan atau laba yang terkait dengan
tingkat kematangan sistem kualitas dan apakah biaya kualitas dilacak ataupun tidak.
e) Terdapat faktor lain yang tidak bisa dibahas dalam penelitian ini yang mungkin bersifat
spesifik bagi organisasi yang mempengaruhi hubungan antara distribusi biaya kualitas dan
kematangan sistem kualitas. Penelitian tambahan diperlukan untuk area ini.
f) Teryata perusahaan yang secara sistematis melakukan penelusuran biaya kualitas lebih
sedikit dari yang diharapkan.

Hanya terdapat 34 responden dan survei yang secara sistematis menelusuri biaya kualitas.
Jumlah ini dapat dikatakan rendah, yang sama dengan penelitian lainnya yang melaporkan
persentase adopsi COQ setinggi 40%. Alasan yang paling sering dikemukakan untuk tidak
menelusuri biaya kualitas adalah kurangnya dukungan manajemen dan sistem informasi yang tidak
memadai. Apakah porsi dari sampel untuk perusahaan yang tidak menelusuri biaya kualitas telah
representative untuk keseluruhan organisasi sehingga diperlukan upaya untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

Mengenai berbagai alasan yang dilaporkan dalam penelitian ini dan yang mwndasari sifat dari
alasan tersebut mewakili semua organisasi di mana biaya kualitas adalah masalah yang berpotensi
penting juga merupakan masalah untuk penelitian lebih lanjut. Mengingat bahwa alasan- alasan
ini datang dari individu- individu dalam bidang kuaitas organisasi mereka, pertanyaan mengenai
apakah pihak dari manajemen, akuntansi, operasional, atau bidang lainnya akan menyediakan
aasan yang berbeda juga penting untuk investigasi lebih lanjut. Penelitian ini menyediakan
beberapa temuan mengenai kualitas dan respon akuntansi secara beralasan saling berkaitan, tetapi
tidak menunjukkan area lain dalam bisnis.

Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dan sistem Activity Based Costing (ABC)
menyediakan sistem innformasi bagi perusahaan untuk menelusuri COQ. Dampak dari
implementasi sistem ini dalam kesediaan manajemen untuk mengimplementasikan penelusuran
COQ juga menjadi topik bagi penelitian mendatang.

“Hasil yang akan diperoleh dari pembentukkan program biaya kualitas akan sebanding dengan
upaya dari bagaimana program dipikirkan, diatur, dan diimplementasikan, termasuk keterlibatan
manajemen puncak” (Demetriou, 1982: 587).

Kutipan tersebut mungkin memberikan beberapa wawasan mengapa penelitian ini tidak
menemukan lebih banyak hibingan antara perubahan dalam distribusi biaya kualitas dan tingkat
kematangan sistem kualitas. Diperlukan studi longitudinal untuk memeriksa hubungan yang
kompleks ini.

Hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini konsisten dengan harapan untuk penggunaan
sistem COQ, yaitu distribusi biaya yang berkualitas tidak berubah setelah organisasi menerapkan
sistem kualitas. Meskipun banyak pendukung sistem COQ yang telah memprediksi hasil ini, hanya
terdapat sedikit informasi yang dipublikasikan dan mendokumentasikan apakah harapan- harapan
ini telah dicapai dalam praktik. Bagaimanapun, temuan dalam penelitian ini memberikan beberapa
dukungan empiris untuk proposisi ini. Bahwa total biaya kualitas yang dihabiskan untuk
pencegahan meningkat dan biaya kegagalan eksternal menurun seiring proporsi dari total biaya
kualitas yang dikeluarkan untuk penilaian dan kegagalan internal tetap konstan. Sebagai tambahan,
bukti yang ditemukan untuk berkurangnya biaya kualitas dari waktu ke waktu, tetapi besarnya
penurunan menjadi lebih kecil ketika sistem kualitas diterapkan.

Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa batasan yang mungkin untuk penelitian ini. Sampel terdiri dari ASQ
Anggota Divisi Manajemen Kualitas bekerja di AS. Hasil yang didapat mungkin tidak mewakili
populasi organisasi bisnis AS dan mungkin tidak menjadi perwakilan dari situasi di seluruh dunia.
Namun, jawabannya adalah secara geografis tersebar di AS (setidaknya 29 negara bagian) dan
mewakili luas lintas sektor industri (setidaknya 40).

Akurasi adalah pertimbangan saat menggunakan data yang dilaporkan sendiri. Ini dinilai
oleh meminta tanggapan dari dua anggota organisasi yang merespons. Dipasangkan tanggapan
diperoleh dari hanya 33 dari 393 organisasi yang merespons. Selagi korelasi antara tanggapan
berpasangan cukup tinggi, yang menunjukkan keandalan yang baik dari data yang dilaporkan
sendiri, mereka mungkin tidak mewakili tanggapan yang tidak berpasangan.

Terdapat kemungkinan kesalahan karena bias non-respons. Tingkat respons 15,7 persen,
sedangkan tipikal untuk studi jenis ini (Mabert et al., 2000; Dusharme, 2001), adalah lebih rendah
dari yang diinginkan. Namun, tidak ada perbedaan sistematis yang diamati antara awal dan
responden yang terlambat untuk survei.

Perbandingan biaya kualitas saat ini dengan biaya kualitas masa lalu adalah retrospektif
dan tunduk pada bias. Namun, survei hanya meminta perbandingan retrospektif yang terakhir
tahun COQ dan tahun ini COQ, sehingga meminimalkan bias memori tetapi membatasi terlihatnya
perubahan jangka panjang dalam biaya kualitas. Studi longitudinal akan menjadi cara untuk lebih
akurat menilai sifat dari perubahan dalam distribusi COQ dari waktu ke waktu.

Ada juga sejumlah variabel yang berpotensi membingungkan di tempat kerja. Ini akan
termasuk perbedaan dari industri ke industri dan perusahaan ke perusahaan dalam industri,
efektivitas sistem biaya kualitas perusahaan dalam menangkap semua biaya, efektivitas sistem
kualitas perusahaan, dan sifat dari mulai dari biaya distribusi kualitas perusahaan. Hanya yang
terakhir dinilai di tahun pelajaran ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penelitian ini menyediakan beberapa bukti bahwa menelusuri COQ tidak seluas seperti
yang kebanyakan dipercaya. Pengetahuan yang dalam juga dikembangkan menjadi beberapa
alasan mengapa perusahaan tidak enggan melakukan penelusuran COQ. Studi ini juga
memberikan beberapa wawasan tentang bagaimana distribusi biaya kualitas berubah ketika sistem
kualitas diterapkan.

Hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini konsisten dengan harapan untuk penggunaan
sistem COQ, yaitu distribusi biaya yang berkualitas tidak berubah setelah organisasi menerapkan
sistem kualitas. Meskipun banyak pendukung sistem COQ yang telah memprediksi hasil ini, hanya
terdapat sedikit informasi yang dipublikasikan dan mendokumentasikan apakah harapan- harapan
ini telah dicapai dalam praktik. Bagaimanapun, temuan dalam penelitian ini memberikan beberapa
dukungan empiris untuk proposisi ini. Bahwa total biaya kualitas yang dihabiskan untuk
pencegahan meningkat dan biaya kegagalan eksternal menurun seiring proporsi dari total biaya
kualitas yang dikeluarkan untuk penilaian dan kegagalan internal tetap konstan. Sebagai tambahan,
bukti yang ditemukan untuk berkurangnya biaya kualitas dari waktu ke waktu, tetapi besarnya
penurunan menjadi lebih kecil ketika sistem kualitas diterapkan.

3.2 Saran

Terdapat faktor lain yang tidak bisa dibahas dalam penelitian ini yang mungkin bersifat
spesifik bagi organisasi yang mempengaruhi hubungan antara distribusi biaya kualitas dan
kematangan sistem kualitas. Penelitian tambahan diperlukan untuk area ini.

Anda mungkin juga menyukai