Anda di halaman 1dari 20

“Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Tentang Insomnia dengan pendekatan

Promosi Kesehatan pada Mahasiswa UNAI di Asrama Joseph”

Stevanus Colonel Randy Moningka 1751039

Joseph Henokh Ruskandi 1751012

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................... 4

1.2 Identifikasi masalah ........................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ......................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Insomnia ............................................................................................. 8

2.1.1 Pola Tidur ...................................................................... 8

2.1.2 Tipe Pola Tidur (Rapid Eye Movement/REM) ............. 9

2.1.3 Fungsi Tidur .................................................................. 9

2.1.4 Pola Tidur Normal pada Orang Dewasa ..................... 10

2.1.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur ........ 11

2.1.6 Pengertian Insomnia .................................................... 14

2.2 Promosi Kesehatan ........................................................................... 14

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan .................................... 14

2.2.2 Metode Promosi Kesehatan......................................... 15

2.2.3 Media Promosi Kesehatan........................................... 16

2.3 Pengetahuan ..................................................................................... 16

2
2.4 Teori Keperawatan ........................................................................... 17

2.5 Kerangka Penelitian ......................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.................................................................................?

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................?

3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................?

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................?

3.4.1 Definisi Operational dan Cara Pengukuran ...................?

3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data ..........................................?

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................?

3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data .....................................................?

3.7 Etika Penelitian ...................................................................................?

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur

(sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetapi merasa badan tidak segar

meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008). Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk

jatuh tidur dan mempertahankan tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey

dalam Lichstein dan Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia

yang dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk masuk

tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta (terdalam) yang kurang,

atau kualitas tidur yang terganggu.

Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang kuantitas

dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan emosi/ketegangan

atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak faktor, misalnya penyakit,

lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat, nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.

Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat mengganggu

kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab, badan lemas, dan daya

tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang penyakit (Lanywati, 2001).

Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, yaitu:

depresi, kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu, penurunan

IQ (Intelligence Quotient), penurunan prestasi kerja dan belajar, mengalami kelelahan di

siang hari, hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko

4
kematian, menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan

memunculkan berbagai penyakit fisik Selain pada lansia, insomnia sering terjadi pada

mahasiswa. Hal ini disebabkan karena kesibukan yang dihadapi mahasiswa sering kali

menimbulkan berbagai macam masalah yang dapat mengganggu kesehatan, contohnya: tidak

bisa mengatur pola makan dengan baik, mahasiswa sering kali merasa stress karena

kesibukan yang terjadi, dan sering kali mengalami gangguan tidur (insomnia, parasomnia,

dan hipersomnia). Banyak pencetus faktor lain yang menyebabkan mahasiswa mengalami

insomnia misalnya beban kerja yang dihadapi, stress psikologis, merokok bahkan tidak

sedikit mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol. Hal tersebut mungkin sudah menjadi hal

yang biasa atau sesuatu yang akrab bagi mayoritas mahasiswa dan hal-hal tersebut yang

membuat pola tidur mahasiswa tidak teratur sehingga seringkali mahasiswa mengalami

gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering dialami mahasiswa adalah insomnia. Hampir

semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan

tiap tahun 20%-40% mahasiswa mengalami gangguan tidur dan 17% diantaranya mengalami

masalah serius.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa asrama joseph di

Univesitas Advent Indonesia, didapati hasil 74.1% responden mengalami insomnia dengan

74.9% tidak tahu apa - apa tentang insomnia dan sisanya pernah mendengar tentang insomnia

tetapi tidak tahu secara pasti apa itu insomnia. 60% responden mengatakan bahwa mereka

sulit tidur akibat ingin bermain game dan sisanya karena mengerjakan tugas.

5
1.2 Identifikasi Masalah Commented [s1]: Penulisan proposal menggunakan kalimat
aktif atau FUTURE tense yaitu selalu menggunakan kata AKAN.

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa tentang insomnia sebelum

diadakan promosi kesehatan di asrama joseph Universitas Advent Indonesia?

2. Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa tentang insomnia setelah

diadakan promosi kesehatan di asrama joseph Universitas Advent Indonesia?

3. Adakah perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang insomnia antara sebelum

dan sesudah dilakukan promosi kesehatan di asrama joseph di Universitas

Advent Indonesia dapat diatasi ? Commented [s2]: Redaksi identifikasi masalah adalah dalam
bentuk pertanyaan sbb:
1.Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa tentang
insomnia sebelum dilakukan promosi kesehatan di asrama joseph
Universitas Advent Indonesia?
2. Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa tentang
insomnia setelah dilakukan promosi kesehatan di asrama joseph
Universitas Advent Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian : 3. Adakah perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang insomnia
anatar sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan di
asrama joseph Universitas Advent Indonesia?
1.3.1 Tujuan Umum :

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap insomnia.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa asrama joseph di

Universitas Advent Indonesia tentang insomnia sebelum dilakukan

promosi kesehatan.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa asrama joseph di

Universitas Advent Indonesia tentang insomnia sesudah dilakukan

promosi kesehatan.

6
3. Mengetahui apakah insomnia pada mahasiswa asrama joseph di

Universitas Advent Indonesia sudah teratasi ?

3.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti :

Peneliti dapat mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa asrama Joseph

Universitas Advent Indonesia terhadap penyebab dan dampak negatif

insomnia.

2. Manfaat bagi mahasiswa :

Dapat memberi informasi kepada mahasiswa asrama Joseph di Universitas

Advent Indonesia tentang penyebab dan dampak negatif insomnia serta cara

mengatasinya.

1.5 Ruang lingkup dan Pembatasan Masalah Commented [s3]: Belum sesuai arahan yang saya berikan di
kelas.
Pada bagian ini anda tuliskan subjek penelitian, objek penelitian
1.5.1 Ruang Lingkup dan metode pengukuran, tempat dan waktu.

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada tingkat pengetahuan

mahasiswa terhadap penyebab dan dampak negatif dari insomnia sebelum

dan sesudah dilakukan promosi kesehatan pada mahasiswa di asrama

Joseph di Universitas Advent Indonesia.

7
1.5.2 Batasan Masalah

1. Responden ini adalah mahasiswa asrama joseph di Universitas Advent

Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Insomnia

2.1.1 Pola Tidur

Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan

adanya berbagai derajat stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-

benar terjaga. Tidur juga merupakan suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa,

atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau sebagian, dimana fungsi tubuh

dihambat atau dikurangi, dan juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang

ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi siap secara revesibel

terhadap rangsangan dari luar (Fordiastiki, 1997; Taylor & Carol, 1997).

Berdasarkan definisi diatas, maka yang dimaksud tidur adalah suatu keadaan bawah

sadar yang juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan

karakteristik pengurangan gerakan dan dapat dibangunkan dengan rangsangan

sensori lainnya.

8
2.1.2 Tipe Pola Tidur ( Rapid Eye Movement/REM)

Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur,

mimpi yang seperti kenyataan terjadi di fase REM. Mimpi merupakan hasil dari

neuron-neuron bagian bawah otak atau yang disebut dengan Pons yang bekerja

spontan selama tidur REM. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif.

Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral,

peningkatan aktifitas kortikol, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan

epinefrin. Hubungan ini dapat membantu menyimpan memori dan pembelajaran.

Selama tidur otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas dihari

tersebut.

2.1.3 Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas belum diketahui, akan tetapi diyakini

bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional,

kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain.

Secara umum ada 2 efek dari fisiologi tidur: pertama, efek pada system saraf yang

diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara

berbagai susunan saraf, dan kedua pada struktur tubuh dengan memulihkan

kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan

(Hidayat, 2006).

9
2.1.4 Pola Tidur Normal Pada Orang Dewasa

Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan

dengan jumlah tidur itu sendiri. Pada beberapa orang, mereka merasa cukup dengan

tidur selama 5 jam saja pada tiap malamnya (Kozier, 2004). Secara umum, durasi

atau waktu lama tidur mengikuti pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang

manusia :

1. Dewasa Muda

Pada masa ini umumnya mereka sangat aktif dan membutuhkan waktu

tidur antara 7 – 8 jam dalam semalaman. Kurang lebih 20% tidur merekan

adalah REM. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk

berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas karena jarang sekali mereka tidur

siang (Asmandi, 2008).

2. Dewasa tengah

Pada masa ini mungkin akan mengalami insomnia atau sulit tidur,

mungkin disebabkan oleh perubahan atau stress usia menengah. Mereka

biasanya tidur selama 6 – 8 jam semalam (Asmandi, 2008).

3. Dewasa akhir

Pada dewasa akhir kebutuhan akan tidurnya kurang dari 6 jam

semalamnya. Periode REM cenderung memendek sekitar 20% – 25% dan

tidur tahap IV mengalami penurunan (Asmandi, 2008).

10
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur

1. Penyakit Fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis.

kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi,

dapat menyebabkan masalah tidur (Potter & Perry, 2005).

Klien yang berpenyakit paru kronik seperti emfisema dengan napas pendek

dan seringkali tidak dapat tidur tanpa dua atau tiga bantal untuk meninggikan

kepala mereka. Asma, bronchitis, dan rhinitis alergi mengubah irama pernapasan

dan mengganggu tidur.

Klien yang berpenyakit jantung koroner mengalami frekuensi terbangun

yang sering dan perubahan tahapan selama tidur (mis. sering berpindah tahap 3

dan 4 ke tidur tahap 2 yang dangkal) seperti perubahan yang bermakna dalam

semua tahap tidur, sebagai contoh, supresi tidur REM dan tahap 3 dan 4 (Landis,

1988, dalam Potter & Perry, 2005).

2. Obat-obatan dan Substansi

Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas

menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia,

dan 281 menyebabkan kelelahan (Buysse, 1991, dalam Potter & Perry, 2005).

Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping yang umum (lihat di kotak

bawah). Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat

tidur untuk mengatsi stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan

11
variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek

kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius.

3. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja

bergantian (mis. 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) seringkali

mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Perubahan lain

dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak

biasanya, terlibat dalam aktivitas social pada larut malam, dan perubahan waktu

makan malam (Potter & Perry, 2005).

4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari

(EDS)

EDS seringkali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan

kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan pada saat mengemudi atau

menggunakan peralatan, dan masalah perilaku atau emosional. Perasaan

mengantuk biasanya paling intens saat terbangun dari atau sesaat sebelum pergi,

tidur, dan sekitar 12 jam setelah periode tengah tidur (Potter & Perry, 2005).

5. Stres Emosional

Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali

mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang

mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau

terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur

yang buruk (Potter & Perry, 2005).

12
6. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada

kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial

untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur

mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara

yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur

(Webster dan Thompson, 1986, dalam, Potter & Perry, 2005)

7. Latihan Fisik dan Kelelahan

Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur

yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau

latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur

membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang

meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan

dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur. Hal ini dapat

menjadi masalah yang umum bagi anak sekolah dan remaja (Potter & Perry,

2005).

8. Asupan Makanan dan Kalori

Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan

yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde,

1990, dalam Potter & Perry, 2005). Makan besar, berat dan/atau berbumbu pada

makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang mengganggu tidur.

13
2.1.6 Pengertian Insomnia Commented [s4]: Bahas polatidur dulu baru kemudian
insomnia di bawah konsep gangguan tidur.

Insomnia didefinisikan sebagai keluhan kesulitan untuk memulai tidur,

kesulitan mempertahankan tidur , atau mengalami nonrestorative sleep, dan

biasanya dihubungkan dengan masalah pada aktivitas siang hari (Stepanski,2009).

Menurut Clinincal Practice Guideline Adult Insomnia : Assesement to Diagnosis

(Panduan Praktis Klinis Insomnia Untuk Orang Dewasa : Assesement untuk

Diagnosis) (2007:3) mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memasuki tidur,

kesulitan untuk tetap tidur, atau tidur yang tidak dapat menyegarkan seseorang yang

padahal ia mempunyai kesempatan untuk tidur malam yang normal, yaitu 7-8 jam.

Menurut Hoeve (1992) insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau

tergantung pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur , sukar

untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi.

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung kebijakan public yang

berawawasan kesehatan (Kemenkes RI 2011).

14
2.2.2 Metode Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan tidak terlepas dari kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Berikut diuraikan

beberapa metode pendidikan atau promosi kesehatan.

a. Metode Individual (perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada

suatu perubahan perilaku atau inovasi.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dan sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.

Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

pendidikan.

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan

kesehatan yang ditunjukkan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status social ekomoni, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka

pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut (Notoatmojo, 2012).

15
2.2.3 Media Promosi Kesehatan

Yang dimaksud dengan media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat

bantu untuk menyampaikan informasi kesehatan dank arena alat-alat tersebut

digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan

kesehatan, media ini dibagi menjadi tiga, yakni media cetak, media elektronik

dan media papan (Notoatmojo, 2012).

2.3 Pengetahuan

Menurut Soeprapto (dalam Sobur, 2003) “Ilmu” merupakan terjemahan dari

kata Inggris science. Kata science berasal dari kata Latin scientia yang berarti

“pengetahuan”. Kata scientia berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya

“mempelajari”, “mengetahui”.

Oemarjoedi (dalam Dulistiawati, 2013) pengetahuan adalah faktor penentu

bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak.

Pengetahuan menurut Reber (2010) dalam makna kolektifnya, pengetahuan

adalah kumpulan informasi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok, atau

budaya tertentu.sedangkan secara umum pengetahuan menurut Reber (2010)

adalah komponen-komponen mental yang dihasilkan dari semua proses apapun,

entah lahir dari bawaan atau dicapai lewat pengalaman.

16
2.4 Teori Keperawatan

Konsep Keperawatan Berdasarkan TEORI OREM

Salah satu Model Konseptual Model Keperawatan Teori OREM ini adalah

kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri sehingga tercapai kemandirian

untuk memepertahankan kesehatan. OREM dalam teori sistem keperawatannya

menggarisbawahi tentang bagaimana kebutuhan self-care klien dapat di penuhi oleh

perawat, klien atau kedua-duanya. Apabila ada self-care difisit yaitu defisit antara

apa yang bisa di lakukan dan apa yang perlu di lakukan untuk mempertahankan

fungsi optimum disinilah keperawatan diperlukan.

Teori self-care berprinsip pada usaha menolong atau membantu pasien

individu yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan selt-care yang

memerlukan kemandirian dan ambulansi yang terkontrol serta penatalaksanaan

medis untuk menahan diri dari aktivitas- aktivitas, perawat dan klien melakukan

tindakan care baik maupun perawat mempunyai peran yang besar

dalam pelaksanaan tindakan perawatan untuk melakukan tindakan selt-care

terapeutik yang di perluka berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak bisa

melakukannya tanpa bantuan.

Hasil akhir tindakan keperawatan menurut OREM adalah adanya peran

perawat sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan klien

sehingga di harapkan kemandirian pasien berangsur-angsur dapat terwujud.

17
2.5 Kerangka Teori

Penyakit fisik

Obat – obatan

Pola tidur

Insomnia

Stress

Kelelahan
Pendidikan Kesehatan

Asupan makanan

Insomnia Teratasi

18
BAB III
METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif menggunakan
rancangan penelitian pra-eksperiment dengan desain penelitian one group
pre-post test (Nursalam, 2013). Desain pra eksperimental adalah penelitian
eksperimental yang hanya menggunakan kelompok control, serta pengambilan
responden tidak dilakukan randomisasi. Penelitian ini terdiri atas satu group
yang akan diberikan promosi kesehatan dan diukur pengetahuan sebelum dan
sesudah dilakukan promosi kesehatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di asrama joseph Universitas Advent
Indonesia, Parongpong, Jawa Barat
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada ???

3.3 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa di asrama joseph Universitas Advent Indonesia yang
berjumlah 236 orang.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian. Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari
populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013).

19
Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan masalah
mereka yaitu insomnia. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa di
asrama joseph Universitas Advent Indonesia yang memiliki gangguan
tidur berjumlah 175 orang.

20

Anda mungkin juga menyukai