DIGOXIN
Over dosis digoksin yaitu lebih dari 1 mg/L contohnya menyebabkan tonus simpatis
,otomatisitas otot,AV node,dan sel-sel konduksi,meningkatakan after depolarization.
Menurunnya otomatisitasi SA node dan konduksi AV node , bradikardi,berbagai derajat
AV block,kontraksi ventrikel prematur,begiminI,VT,VF.
Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block (misalnya PAI dengan AV
block derajat 2,AV dengan AV block derajat 3 atau adanya bi-direktional VT).Sangat
sugestif untuk menilai adanya keracunan glikosida jantung.
Terjadi interaksi dengn obat lain
-Kuinidin ,venalapril,amiodaron akan menghambat P-glikoprotein yakni transporter di
usus dan ditubulus ginjal,sehingga terjadi peningkatan absorbsi dan penurun sekresi
digoxin,akibat kadar plasma digoxin meningkat 70-100%
Penatalaksanaan Digoxin
ASAM VALPROAT
Mekanisme toksisitas:
Toksisitas valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan alopesia.
Gangguan cerna berupa anoreksia, mual, dan muntah terjadi pada 16% kasus. Efek terhadap
SSP berupa kantuk, ataksia dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada
hati berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati yang
sering berakibat fatal.
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital sebanyak 40% karena terjadi
penghambatan hidroksilasi fenobarbital, dapat menyebabkan stupor sampai koma. Sedangkan
interaksinya dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total
dalam plasma akan turun, karena biotransformasi yang meningkat dan pergeseran fenitoindari
ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak dipengaruhi.
Kombinasi asam valproat dengan klonazepam dihubungkan dengan timbulnya epileptikus
bangkitan lena.
Tatalaksana Terapi:
- Diberikan sirup ipekak dengan dosis untuk anak-anak 15 mg, dosis dewasa 50 mg
- Dilakukan dengan pengosongan lambung dengan memasukan pipa orgastrik ke dalam
perut dimana posisi pasien dengan dekubitus lateral kiri, dengan kepala lebih rendah
dari pada kaki, kemudian isi perut dikeluarkan dari pipa tersebut.
- Karbo aktif , dosis yang dianjurkan 0,5 – 2 gram/ kgBB. Dengan dosis maksimum 75-
100 gram, namun di perkirakan setiap 10 gram, karbo aktif mampu mengikat 1 gram
racun.
- Irigasi usus yaitu pemberian suatu senyawa dengan berat molekul besar secara entern
al dalam jumlah besar, larutan elektrolit polietilen glikol isoosmotik dengan tujuan
mmpercepat sampainya racun ke rektrum sebelum sampai diserap.
- Katarsis, dengan garam maksimum seperti garam magnesium seperti magnesium sitrat
dan magnesium sulfat serta karbohidrat tak tercerna seperti sorbitol.
- Peningkatan laju eliminasi racun, eksresi obat dapat ditingkatkan dengan proses
perangkat ion pada kebebasan urin. beberapa obat dapat dikeluarkan dari tubuh dengan
teknik ekstrakorporeal seperti dialisis peritoneal, hemodialisis, dan hempoperfusion.
- Terapi antidotum, dengan melibatkan dengan mekanisme antagonisme atau dengan
menginaktifasikan racun secara kimiawi.
WARFARIN
Warfarin mencegah metabolisme reduktif vitamin k epoksid yang tidak aktif kembali ke bentuk
hidrokuionon aktifnya. Efek antiokoagulan warfarin, berasal dari keseimbangan antara sintesis
yang sebagian terhambat dan degradasi utuh ketempat faktor pembekuan yang bergantung pada
vitamin k. Penghambatan koagulasi dihasilkan ini bergantung pada waktu paruh degradasinya
dalam sirkulasi.
Mekanisme toksisitas :
Intoksikasi warfarin dapat terjadi karena terapi jangka panjang atau dari penambahan obat,
yang berinteraksi dengan warfarin (contohnya allopurinol, simetidin, AINS, quinidin, salisilat
atau sulfonamid). Jika terjadi koagulasi berat, dapat berakibat fatal. Dosis berbahaya dari
warfarin adalah 1-2 mg/ KgBB, untuk 6 hari. Tanda dan gejala yang terjadi adalah pendarahan
kulit dan mukosa. Antagonis vitamin k sama seperti heparin yang digunakan untuk refilaksis
dan terapi embolik serta dimanfaatkan terutama untuk terapi jangka panjang.
penatalaksanaan