PERSEPSI, SIKAP, KEPUASAN KERJA DAN STRESS DALAM PERILAKU
KEORGANISASIAN 1.1. Konsep Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Menurut manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang suatu obyek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memeberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Menurut Miftah Thoha (2012), persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Fred Luthans, 1995; Miftah Thoha, 2012). Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu dapat melihat hal yang sama. Namun mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi. Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : 1) Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. 2) Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan atribut- atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. 3) Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu ,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Miftah Thoha (2012) menjelaskan bahwa pengembangan persepsi dalam diri seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor. Dalam bukunya, ketiga faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut. a) Psikologi b) Famili c) Kebudayaan
1.2. Konsep Sikap
Sikap (attitudes) merupakan sebuah pernyataan evaluatif baik yang bersifat positif atau negative tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi OB memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan dimana meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi di dalamnya), dan komitmen organisasi (sebuah indikator loyaritas kepada, dan keberpihakan terhadap organisasi). Tidak dapat dipungkiri, kepuasan kerja telah mendapatkan perhatian yang besar. Pengertian Sikap yang diutarakan oleh Stephen P. Robbins adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai objek, orang, atau peristiwa. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluative-baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan-terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap dibagi atau dikelompokan ke dalam 3 komponen, yaitu : 1) Komponen Kognitif (Cognitive Component) opini atau segmen kepercayaan dari suatu sikap 2) Komponen Afektif (Affective Component) Segmen perasaan atau emosional dari suatu sikap. 3) Komponen Perilaku (Behavioral Component) Sebuah maksud untuk beperilaku tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap juga dipengaruhi oleh faktor keluarga dan faktor lingkungan. Namun lebih besar yang sangat berpengaruh pada sikap manusia itu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya seorang anak dilahirkan dari keluarga yang baik – baik dengan memiliki pendidikan yang luar biasa dan dengan sopan santun yang baik yang sudah ditanamkan sejak kecil, namun ketika sang anak beranjak dewasa dengan faktor lingkungannya yang kurang baik, dengan lingkungan teman yang kurang baik, maka kemungkinan besar sang anak itu pun akan terbawa ke dalam hal yang tidak baik juga, disinilah faktor lingkungan sangat berpengaruh. Namun kembali lagi kepada pribadi masing-masing orangnya, kembali lagi pada pribadi sang anak dan bagaimana cara yang dilakukan keluarga untuk bagimana agar sang anak tidak terjerumus terhadap hal yang negatif yaitu dengan cara menjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.
1.3. Konsep Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja paling sering didefiniskan sebagai keadaan emosional yang menyenangkan yang diasosiasikan dengan situasi kerja atau pekerjaan (Locke, 1976). Konstruk kepuasan bekerja seringkali dilihat sebagai tujuan sendiri dikarenakan adanya emosi yang bersifat positif yang dilihat dari kesehatan fisik, umur yang panjang, dan kesehatan mental. Walaupun begitu, ada juga kepuasan bekerja yang bersifat negative, yakni kepuasan bekerja yang diasosiasikan dengan ketegangan dimana sering disebut stressor. Menurut Stephen Robins, Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Kepuasan kerja dimana sikap umum seorang individu yang merujuk pada pekerjaannya. Menurut Stephen P. Robbins (2001:149) faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja adalah: 1) Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk maju menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baiknya mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. 2) Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang bersifat adil, tidak bermakna ganda dan sejalan dengan harapan mereka. Upah dan promosi dapat menghasilkan kepuasan jika didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan secara umum. 3) Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. 4) Rekan kerja yang mendukung. Rekan kerja yang ramah dapat menimbulkan kepuasan kerja yang akan meningkat termasuk pula penyelia yang bersikap ramah dan menawarkan pujian untuk kinerja yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja. 5) Kesesuaian antara kepribadian-pekerjaan. Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seseorang karyawan dan okupasi akan menghasilkan seseorang individu terpuaskan. 6) Disposisi genetik individu. Disposisi seseorang terhadap hidup-positif atau negatif ditentukan oleh bentukan genetisnya, bentukan sepanjang waktu, dan dibawa serta kedalam disposisinya terhadap kerja.
1.4. Konsep tentang Stress
Kata stres bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan. Stres merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stres telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus ( tugas yang berat atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stres yang dilakukan dengan dasar rasa trauma). Stress merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Ada beberapa pengertian dari stres yaitu; 1) Menurut Robbin, Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. 2) Menurut Michael, Stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang merupakan konsekwensi dai setiap tindakan, situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang Ada 4 riset dan pendekatan professional yang diidentifikasi dalam studi dan penangan stress, yaitu medis, klinis, psikologis konseling, dan rekayasa psikologi. Ada tiga potensi stres yaitu lingkungan, organisasi, dan indivdu. 1) Faktor lingkungan Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian lingkungan meliputi : a) Ketidakpastian ekonomis, yang disebabkan karena perubahan dalam daur bisnis, sehingga dapat menimbulkan rasa khawatir karyawan ataupekerjaannya. b) Ketidakpastian politik, yang disebabkan karena kondisi politik suatu negara yang tidak stabil, sehingga dapat berpengaruh kedalam aspek kehidupan karyawan. c) Ketidakpastian teknologis, adanya inovasi baru yang membuatketerampilan dan pengalaman seorang karyawan menjadi usang dalam waktu yang sangat pendek 2) Faktor Organisasi Banyak faktor dalam organisasi yang mempengaruhi timbulnya stres, diantaranya adalah tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tingkat hidup organisasi. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait pekerjaan seseorang, Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu ( otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi ), kondisi kerja, dan taat letak kerja fisik . a) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dan peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi. Konflik peran menciptakan harapan harapan yang barang kali sulit dirujukkan atau dipuaskan . b) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan karyawan lain, kurang nya dukungan sosial dari rekan rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, Khususnya karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi c) Struktur organisasi menentukan tingkat diffrensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputusan diambil . d) Kepemimpinan organisasi mengambarkan gaya manajerial eksekutif senior organisasi. 3) Faktor personal. a) Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga. b) Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan. c) Berasal dari kepribadiannya sendiri. Tingkat hidup organisasi organisasi berjalan dengan siklus yaitu didirikan, tumbuh, menjadi dewasa, dan akhirnya merosot. Tahap pendirian dan kemerosotan sangat menimbulkan stres, yaitu : 1) Besarnya kegairahan dan ketidakpastian 2) Lazimnya menuntut pengurangan, pemberhentian dan serangkaian ketidakpastian beberapa titik terendah 3) Faktor Individu Lazimnya individu bekerja hanya 40 sampai 50 jam sepekan. Namun pengalaman dan masalah yang dijumpai orang diluar jam kerja lebih dari 120 jam tiap pekan dan dapat membuat pekerjaan kedodoran, maka kategori terakhir adalah faktor individu karyawan yang mencakup faktor ekonomi, keluarga, ekonomi, dan karakteristik kepribadian bawaan dari karyawan. DAFTAR RUJUKAN
Kepuasan Kerja . http://www.pekerjadata.com/2015/03/kepuasan-kerja-konsep-teori-
pendekatan.html . Diakses pada 24 Februari 2019 Konsep Persepsi . http://www.pradikto.com/2013/03/konsep-persepsi_5.html . Diakses pada 24 Februari 2019 Konsep Sikap . http://khoirulanis.blogspot.com/2016/11/konsep-sikap.html . Diakses pada 24 Februari 2019 Konsep Stress . http://ainurrofiah77.blogspot.com/p/konsep-stres.html . Diakses 24 Februari 2019 Robbin, Stephen P., dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Supartha, Wayan Gede, dan Desak Ketut Sintaasih. 2017. Pengantar Perilaku Organisasi. Denpasar: CV. Setia Bakti