Guru Besar Fakultas Hukum UGM, Prof. Dr. Sudjito, S.H., mendesak
Mahkamah Konstitusi (MK) RI untuk secara aktif melakukan judivicial
review terhadap semua peraturan perundang-undangan yang ditengarai
bermasalah dan tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Menurutnya,
MK tidak harus menunggu gugatan dari masyarakat untuk dapat
melakukan judivicial review. Selama ini, MK lebih banyak menunggu,
terlalu pasif. Lebih aktif, tidak cukup hanya menunggu jika ada gugatan,
kata Sudjito kepada wartawan di kantor Pusat Studi Pancasila, Rabu
(28/9).
Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pancasila, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K),
menuturkan permasalahan bidang hukum yang terjadi saat ini disebabkan
oleh banyak produk hukum yang lahir tidak berlandaskan pada filosofis
Pancasila. Sementara itu, Heri Santoso, S.S., M.Hum., peneliti PSP lainnya,
mengatakan banyak peraturan perundang-undangan, peraturan
pemerintah, dan peraturan presiden yang dianggap bermasalah. Ia
mengutip hasil penelitian yang disampaikan dalam Kongres Pancasila II
yang berlangsung di Bali pada 2010 lalu, yakni bahwa dari 80 UU yang
diteliti, sekitar 60 UU atau 80 persen hanya menyebut Pancasila dan UUD
1945 secara langsung pada alinea pembukaan. Namun, belum pada pasal
per pasal. Dari jumlah itu, 19 UU atau 21 persennya sama sekali tidak
menyebut Pancasila dan UUD 1945, katanya.
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945: “Negara Indonesia adalah Negara Keatuan
yang berbentuk Republik”
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”
2. Contoh kasus pelanggaran hak warga negara yang kedua di era globalisasi saat
ini kemiskina dan angka penganguran di indonesia masih cukup tinggi. padahal ada
pasal 27 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi "tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penhidupan yang layak bagi
kemanusiaan" belum sepenuhnya terlaksanakan juga.
3. Contoh kasus pelanggaran hak warga negara yang ketiga Sering terjadi kasus
pelanggaran hak manusia seperti pemerkosaan, pembunuhan, penculikan,
kekerasan rumah tangga, dan sebagainya. Padahal hak asasi manusia sudah di
jamin keberadaanya oleh Pasal 28 A - 28 J UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
4. Contoh kasus pelanggaran hak warga negara selanjutnya seperti masih terjadi
tindakan kekerasan mengatas namakan agama, misalnya penyerangan tempat
peribadahan. Padahal pasal 29 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamnya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
6. Contoh kasus pelanggaran hak warga negara yang terakhir adalah pelanggaran
hak cipta, contohnys peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku plagiat
(mencopy/mengyalin tanpa menyertakan sumber yang jelas) dalam membuat
sebuah karya, dan sebagainya.