Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berpendapat merupakan hal yang di junjung tinggi di negara kita
Indonesia yang berasaskan demokrasi, hal ini sesuai dengan landasan negara yang
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 e ayat (2) bahwa; Setiap orang bebas meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini
dipertegas melalui UU No. 9 tahun 1988 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum, sehingga kebebasan berpendapat individu merupakan hak yang
dilindungi secara hukum.
Seseorang yang bersikap, berpendapat maupun mengambil sebuah kesimpulan, kemudian
memutuskan dengan mengutarakannya, dalam konteks ini di media sosial, tentunya telah
melewati berbagai pertimbangan. Dalam hal ini pembentukan persepsi merupakan suatu
hal mendasar sebelum seseorang berpendapat maupun mengambil kesimpulan. Persepsi
secara sederhana dipahami sebagai proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami
orang lain (Baron, 2005). Sebelum terbentuknya persepsi terdapat suatu proses yang
disebut kategorisasi, hal ini merupakan suatu upaya dalam memahami stimuli secara
keseluruhan. Konsekuensi dari kategorisasi yang kita buat memungkinkan kita
memandang sesorang atau situasi sebagai kelompok atau kategori tertentu dan akan
menyebabkan kita membuat penilaian yang stereotype (Taylor, 2012).
Dalam kasus ini, kebebasan berpendapat merupakan hak kita sebagai individu
dalam bernegara, tetapi perlu dicermati lebih bahwa ketidakhati-hatian dalam membentuk
persepsi juga dapat menempatkan kita pada sudut pandang yang bisa saja terlalu sempit.
Hal ini akan menjadi berbahaya jika dengan serta-merta kita kemukanan atau ungkapkan.
Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu media dimana para penggunanya dapat
mencari informasi, saling berkomunikasi dan menjalin pertemanan secara online. Seperti
diketahui ragam media sosial antara lain adalah facebook, twitter, line, bbm, whatsapp,
instagram, path, ask.fm, linkedin, snapchat dan beberapa media sosial yang lain.
Hemawan (2009) menyatakan bahwa dalam penggunaan media sosial juga dapat dengan
mudah menciptakan suatu forum dimana individu satu dengan yang lain dapat saling
berkomunikasi dan bertukar pikiran satu sama lain.
Dalam hal ini akan sangat mudah membuat individu berkomunikasi dan berkomentar
tentang berbagai topik maupun kasus yang dibahas oleh individu lain. Individu juga dapat
membangun asumsi, emosi dan kepercayaan melalui komentar maupun sudut pandang
maupun pemikiran individu lain dalam media sosial, hal ini memungkinkan kita dapat
secara reaktif berkomentar maupun berkesimpulan.
KESIMPULAN
Dari uraian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak
globalisasi kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan budaya masyarakat di
negara berkembang, khususnya Indonesia dimana, fenomena pengglobalan dunia dan
tantangannya harus disikapi dengan arif dan positive thinking karena globalisasi dan
modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh
lengah dan terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan
pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah
pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek globalisasi. Akses kemajuan
teknologi, informatka, dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan
pengembang nilai-nilai budaya lokal. Jati diri daerah harus terus tertanam dijiwa
masyarakat Indonesia, serta harus terus, meningkatkan nilai-nilai keagamaaan. Dalam hal
ini, media sangat berperan besar dalam proses sosialisasi kepada masyarakat.