Anda di halaman 1dari 8

KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM MEDIA SOSIAL

Di dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mendapatkan informasi melalui berbagai


cara, informasi bisa kita dapatkan di kehidupan nyata dengan hadir dan menyaksikannya
secara langsung, maupun lewat perantara dunia maya, salah satunya melalui media sosial.
Informasi beragam yang kita dapatkan memungkinkan kita membangun asumsi dan
kepercayaan mengenai apa yang terjadi. Menurut Taylor (2012), alasan kita
menggunakan atau mempercayai sebuah informasi dapat kita lihat dari beberapa faktor,
yakni: 1) Peran, kita akan cenderung melihat peran sosial, disebutkan bahwa peran sosial
bisa jadi lebih penting dari pada sifat orang. Sifat peran adalah informatif, meringkas
banyak informasi dalam berbagai situasi. 2) Petunjuk atau Ciri Fisik, kesan pertama
sering didasarkan pada penampilan dan perilaku orang lain. Penampilan dan perilaku
yang nampak dapat membentuk kesan dan membantu kita dalam mengambil sebuah
kesimpulan. 3) Kemenonjolan, ciri yang menonjol akan lebih banyak digunakan sebagai
dasar penilaian, orang juga cenderung mengarahkan perhatian pada aspek yang menonjol
daripada latar belakang atau settingyang bersangkutan.

Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berpendapat merupakan hal yang di junjung tinggi di negara kita
Indonesia yang berasaskan demokrasi, hal ini sesuai dengan landasan negara yang
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 e ayat (2) bahwa; Setiap orang bebas meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini
dipertegas melalui UU No. 9 tahun 1988 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum, sehingga kebebasan berpendapat individu merupakan hak yang
dilindungi secara hukum.
Seseorang yang bersikap, berpendapat maupun mengambil sebuah kesimpulan, kemudian
memutuskan dengan mengutarakannya, dalam konteks ini di media sosial, tentunya telah
melewati berbagai pertimbangan. Dalam hal ini pembentukan persepsi merupakan suatu
hal mendasar sebelum seseorang berpendapat maupun mengambil kesimpulan. Persepsi
secara sederhana dipahami sebagai proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami
orang lain (Baron, 2005). Sebelum terbentuknya persepsi terdapat suatu proses yang
disebut kategorisasi, hal ini merupakan suatu upaya dalam memahami stimuli secara
keseluruhan. Konsekuensi dari kategorisasi yang kita buat memungkinkan kita
memandang sesorang atau situasi sebagai kelompok atau kategori tertentu dan akan
menyebabkan kita membuat penilaian yang stereotype (Taylor, 2012).
Dalam kasus ini, kebebasan berpendapat merupakan hak kita sebagai individu
dalam bernegara, tetapi perlu dicermati lebih bahwa ketidakhati-hatian dalam membentuk
persepsi juga dapat menempatkan kita pada sudut pandang yang bisa saja terlalu sempit.
Hal ini akan menjadi berbahaya jika dengan serta-merta kita kemukanan atau ungkapkan.

Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu media dimana para penggunanya dapat
mencari informasi, saling berkomunikasi dan menjalin pertemanan secara online. Seperti
diketahui ragam media sosial antara lain adalah facebook, twitter, line, bbm, whatsapp,
instagram, path, ask.fm, linkedin, snapchat dan beberapa media sosial yang lain.
Hemawan (2009) menyatakan bahwa dalam penggunaan media sosial juga dapat dengan
mudah menciptakan suatu forum dimana individu satu dengan yang lain dapat saling
berkomunikasi dan bertukar pikiran satu sama lain.
Dalam hal ini akan sangat mudah membuat individu berkomunikasi dan berkomentar
tentang berbagai topik maupun kasus yang dibahas oleh individu lain. Individu juga dapat
membangun asumsi, emosi dan kepercayaan melalui komentar maupun sudut pandang
maupun pemikiran individu lain dalam media sosial, hal ini memungkinkan kita dapat
secara reaktif berkomentar maupun berkesimpulan.

Dampak dari Kebebasan Berpendapat dalam Media Sosial


Pesepsi yang kita bangun atas dasar informasi dari pihak yang terkadang tidak
mencatumkan sumber yang pasti atau jelas, adanya kategorisasi yang kita bangun dari
kesan maupun stimulus yang menonjol, bisa jadi karena banyaknya orang yang
berkomentar atau mengangkat kasus, atau bahkan hal yang dibahas tidak sesuai
dengan value atau nilai-nilai yang kita anut, membuat kita cenderung bersikap reaktif dan
subjektif, hal ini cenderung melahirkan ketegangan dan perselisihan di dunia maya.
Sudah banyak contoh bagaimana media sosial malah menjadi wadah individu
mencerca kekurangan orang lain atau bahkan terlalu mengusik kehidupan pribadi yang
ditampilkan oleh media, dimana hal ini bisa saja bertolak belakang dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Seperti kasus Mulan Jameela yang disetiap informasi yang Ia unggah
malah mengundang haters. Ia dihina dan dicaci maki dengan dalih kebeasan berekspresi.
Kemudian bagaimana suatu informasi bisa menjadi tranding topic hanya karena
seorangpublic figure terkemuka yang mencetuskan. Seperti yang dikemukakan di teori
awal (Taylor, 2012) bahwa peran, ciri fisik dan kemenonjolan merupakan beberapa faktor
bagaimana suatu informasi dapat kita gunakan atau kita percaya.

Strategi Berpendapat dalam Media Sosial


Media sosial merupakan salah satu wadah untuk kita sebagai manusia sosial agar
lebih bisa berinteraksi dan berkomunikasi secara lebih luas, namun demikian hendaknya
kita memanfaatkandengan lebih positif dan tidak mengeyampingkan nilai-nilai kita
sebagai manusia, bagaimana kita menempatkan diri dan memperhatikan keberadaan dan
perasaan orang lain. Berikut terdapat berbagai strategi yang dapat diterapkan sebelum
berpendapat dalam Media Sosial:
1) Informasi. Hendaknya sebelum berkomentar dan berkesimpulan galilah
informasi secara mendalam, keseluruhan dari berbagai sisi, sehingga kita dapat
lebih memahami dari berbagai sudut dan tidak terburu-buru berkesimpulan atau
memihak.
2) Kategorisasi. Sebisa mungkin singkirkan terlebih dahulu pendapat-pendapat
pribadi yang memungkinkan kita berkomentar maupun berpendapat secara
subjektif atau memihak secara ekstrim. Kita perlu melihat lebih luas sehingga kita
akan bersikap, berkomentar lebih objektif.
3) Persepi. Dari informasi yang kita dapat perlu untuk kita olah dan analisa lebih
dalam, sehingga dapat membentuk suatu persepsi yang kuat.
4) Kehadiran orang lain. Selalu ingatlah bahwa apa yang kita ungkapkan bisa
berdampak pada kondisi psikologis atau keadaan lawan bicara maupun orang lain,
maka tinggalkanlah kata-kata membekas yang baik. Hal ini merupakan kewajiban
kita sebagai sesama manusia.
Peranan Pemerintah
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang
berbagai sepak terjang masyarakat yang berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika
Presiden Susilo Bambang Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan
goyang erotis dengan puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa,
banyak televisi yang akhirnya tidak menayangkan para artis yang berpakaian minim.
Sekarang di Indonesia bermunculan lembaga-lembaga media watch yang keras terhadap
pers sebagai jawaban terhadap kian maraknya penerbitan yang bisa disebut “pers
kuning”, “Massen Preese” dan “Geschaft Presse”. Melalui media pun, kita dapat
membangun opini publik, karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi
masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif pornografi, komentar
para ahli dan tokoh-tokoh masyarakat yang anti pornografi atau anti media pornografi
serta tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi
masyarakat dengan maraknya pornografi, maka media dapat dengan cepat
mengkonstrusikan masyarakat secara luas karena jangkauannya yang jauh. Dalam
masyarakat terutama di daerah pedesaan, dikenal adanya opinion leader atau pemuka
pendapat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak
laku dalam cara-cara tertentu. Menurut Rogers (1983), pemuka pendapat memainkan
peranan penting dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan sosial yang intim, para
pemuka pendapat berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide dan informasi-informasi
baru kepada masyarakat. Melalui pemuka pendapat seperti tokoh agama, sesepuh desa,
kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi dapat disampaikan. Tapi yang
lebih penting lagi adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik Undang-
Undang Pers, Undang-Undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran secara tegas
dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari masyarakat untuk bersam-sama
mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan bisa
menghancurkan negeri ini.
OPINI
Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Setiap warga negara
bebas mengemukakan pendapat asal pendapat tersebut tidak
bertentangan dengan falsafah negara Indonesia yakni Pancasila,
UUD 1945 dan Tujuan Negara RI. Prinsip dasar musyawarah adalah
untuk mencapai mufakat, sehingga dalam bermusyawarah
dibutuhkan partisipasi aktif dari peserta musyawarah. Sedangkan,
untuk menunjukkan sikap positif terhadap penggunaan hak
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di
muka umum seperti unjuk rasa, demonstrasi, pawai, rapat
umum/mimbar bebas dapat dilakukan dengan cara berani
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab,
bersikap kritis dan memperjuangkan hak dan kesejahteraan rakyat,
bersikap sopan dan tertib serta memenuhi aturan yang
dipersyaratkan UU serta menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan
bangsa/NKRI.

Tertib dan Cerdas Menggunakan Media Sosial

Media sosial kerap kali digunakan sebagai sarana bebas


berekspresi dan mengeluarkan pendapat, tetapi sebagai pengguna
media sosial (netizenship), pintar-pintarlah menggunakan media
tersebut. Belakangan ini, beberapa kasus hukum kembali mencuat
akibat penyalahgunaan media sosial sebagai ruang publik. Tak
pelak, pemilik akun bisa terjerat sanksi pidana, seperti kasus yang
menjerat MA, karena mengunggah foto rekayasa Presiden Joko
Widodo di jejaring sosial facebook. Etika di sosial media harus jalan
supaya tidak sembarangan berbicara yang bisa menyinggung dan
menyakiti orang lain. Selain beretika di media sosial, adanya
kesadaran akan implikasi sosial bahkan hukum di belakang
penggunaan media sosial dapat menjadi peredam seseorang untuk
tidak bertindak ceroboh dengan mengeluarkan umpatan-umpatan
kasar kepada pihak lain. Untuk itu, berharap seluruh pengguna
media sosial sadar akan hukum dan etika di dunia maya serta
implikasinya terhadap kehidupan sosial. Saat ini, Facebook, Twitter,
dan media sosial lainnya telah menjadi alat branding yang efektif.
Tidak hanya perusahaan, lembaga juga menggunakan media sosial
untuk mengampanyekan ide-ide mereka. Belakangan ini,
perusahaan juga menggunakan sosial media untuk mengevaluasi
para pelamar pekerjaan. Meski hal ini belum jelas atau pasti sebagai
faktor penentu diterima atau tidaknya, namun bisa menggunakan
kekuatan media sosial sebagai alat branding dirinya.

Peran Media dalam Mensukseskan Kepentingan Nasional

Perkembangan media alternatif luar biasa dahsyatnya di Indonesia.


Media alternatif lebih banyak manfaatnnya dibandingkan
mudaratnya. Kedepan media alternatif bisa lebih berfungsi untuk
membangun bangsa dan negara. Keberadaan media alternatif di
Indonesia sangat perlu dan penting. Namun, harus orang jujur yang
menjadi pimpinan di media alternatif sehingga informasi yang
disampaikan tidak menyesatkan. Kondisi seperti sekarang ini,
media alternatif sangat perlu dan penting karena publik lebih
percaya pada media dibandingkan pada keterangan yang diberikan
pemerintahnya. Agar media alternatif tidak salah jalan, sehingga
akhirnya berurusan dengan hukum, sebaiknya media alternatif harus
berpatokan pada UU Pers yang berlaku di Indonesia. Selain itu,
kalau media sosial ingin dijadikan sebagai media alternatif, maka
yang harus dibuktikan adalah kredibilitas dari media bersangkutan.
Kalau media alternatif yang dimaksud ternyata hanya menipu
karena isinya sampah, maka media tersebut tidak lagi dipercaya
publik. Media alternatif di Indonesia lebih banyak manfaatnya
dibandingkan mudaratnya. Mudah-mudahan ke depan, media
alternatif bisa lebih berfungsi untuk membangun bangsa. Mengapa
media alternatif sangat penting di saat ini? ada dua kasus yang
membuktikan media alternatif itu sangat penting, yakni saat terjadi
penggulingan Presiden Filipina, Marcos oleh pendukung Aquino
melalui media alternatif serta kemenangan Barrack Obama sebagai
Presiden Amerika.

Kebebasan Berpendapat Bertanggung Jawab

Dalam menggunakan hak kebebasan mengemukakan pendapat, kita


harus memegang prinsip bebas dan bertanggung jawab. Bebas
artinya bahwa segala ide, pikiran atau pendapat kita, dapat
dikemukakan secara bebas tanpa tekanan dari siapa pun.
Bertanggung jawab maksudnya bahwa ide, pikiran atau pendapat
tersebut mesti dilandasi akal sehat, niat baik dan norma-norma
yang berlaku. Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka
umum harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sejalan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal
29 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang antara lain
menetapkan, setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat
yang memungkinkan pengembangan kepribadian secara bebas dan
penuh. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab,
yaitu pendapatnya harus disertai argumentasi yang kuat dan masuk
akal, sehingga tidak sembarang pendapat. Pendapat hendaknya
mewakili kepentingan orang banyak, sehingga memberi manfaat
bagi kehidupan bersama. Pendapatnya dikemukakan dalam
kerangka peraturan yang berlaku, sehingga tidak melanggar hukum.
Berpendapat sepatutnya terbuka terhadap tanggapan, sehingga
tercipta komunikasi sosial yang baik. Penyampaian pendapat
hendaknya dilandasi oleh keinginan untuk mengembangkan nilai-
nilai keadilan, demokrasi dan kesejahteraan. Dalam pelaksanaan
hak kebebasan, setiap orang harus tunduk semata-mata pada
pembatasan yang ditentukan oleh UU dengan maksud guna
menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta
kebebasan orang lain, guna memenuhi syarat-syarat yang adil bagi
moralitas, ketertiban serta kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

Membangun Pers Berazaskan Pancasila.

Setiap warga negara perlu mengerti hak dan kewajiban warga


negara dalam mengemukakan pendapat, yakni hak warga negara
yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk
mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan
hukum. Sementara itu, kewajiban warga negara yang menyampaikan
pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,
menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum, mentaati
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum dan
menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Berdasarkan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 terdapat lima asas yang
merupakan landasan kebebasan bertanggung jawab dan bertindak
untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Kelima asas
tersebut, yaitu asas keseimbangan antara hak dan kewajiban, asas
musyawarah dan mufakat, asas kepastian hukum dan keadilan, asas
proporsionalitas dan asas mufakat. Dengan landasan atas kelima
asas kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum
tersebut, maka dalam pelaksanaannya diharapkan dapat mencapai
tujuan, yakni mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab
sebagai salah satu hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan
berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan
pendapat. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan
partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan
hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi.
Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan
kepentingan perorangan atau kelompok.

KESIMPULAN
Dari uraian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak
globalisasi kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan budaya masyarakat di
negara berkembang, khususnya Indonesia dimana, fenomena pengglobalan dunia dan
tantangannya harus disikapi dengan arif dan positive thinking karena globalisasi dan
modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh
lengah dan terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan
pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah
pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek globalisasi. Akses kemajuan
teknologi, informatka, dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan
pengembang nilai-nilai budaya lokal. Jati diri daerah harus terus tertanam dijiwa
masyarakat Indonesia, serta harus terus, meningkatkan nilai-nilai keagamaaan. Dalam hal
ini, media sangat berperan besar dalam proses sosialisasi kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai