Anda di halaman 1dari 20

`

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J.K DENGAN


PNEUMONIA DI RUANGAN IRINA F JANTUNG
RSUP PROF DR R.D KANDOU
MANADO

OLEH :

MUTHMAINNA LAKIBU

1804028

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat terjadi berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hiposekmia dapat terjadi tergantung banyaknya jumlah alveoli yang rusak.
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang
sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki
peringkat ke-empat pria dan wanita menempati peringkat ke-lima sebagai
akibat hospitalisasi.
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi
yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan.

B. Etiologi
Pneumonia dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya
antara lain yaitu :

Jenis Etiologi Gejala


Sindroma Streptococcus pneumonia Onset mendadak dingin,
tipikal jenis pneumonia tidak menggigil, dan demam
penyulut (39-40 °C)
Streptococcus pneumonia Nyeri pada pleuritis
dengan penyulut Batuk produktif, sputum
hijau, purulent, dan
mungkin mengandung
bercak darah, serta
hidung kemerahan
Refraksi intercostal,
penggunaan otot
aksesorius, dan bisa
timbul sianosis.
Sindrom Haemophilus influenza Onset bertahap dalam 3-5
atipikal Staphylococcus aureus hari
Mycoplasma pneumonia Malaise, nyeri kepala,
Virus pathogen nyeri tenggorokan, dan
batuk kering
Nyeri dada karena batuk
Aspirasi Aspirasi basil gram Anaerobic campuran:
negative: Klebsiela, mulanya onset perlahan
Pseudomonas, Demam rendah, dan
Enterobacter, Escherichia batuk
proteus, dan basil garam Produksi sputum/bau
positif: Staphyloccus busuk
Aspirasi asam lambung Foto dada: jaringan
interstitial yang terkena di
paru-parunya.
Infeksi gram negative
atau positif
Gambaran klinik
mungkin sama dengan
pneumonia klasik
Distress respirasi
mendadak, dyspnea berat,
sianosis, batuk,
hiposekmia, dan diikuti
tanda infeksi sekunder
Hematogen Terjadi bila kuman Gejala pulmonal timul
pathogen menyebar ke minimal dibanding gejala
paru-paru melalui aliran septicemia
darah: Staphyloccus, E. Batuk nonproduktif dan
coli, dan anaerob enteric nyeri pleuritik sama
dengan yang terjadi pada
emboli paru-paru

Berikut merupakan tabel penyebab pneumonia pada anak berdasarkan


usia:

Umur Kuman Penyebab


Lahir – 3 minggu Group B Streptococcus
Kuman gram negative (misalnya
E.Coli)
3 minggu – 3 bulan Virus (RSV, parainfluenza virus,
Influenza A dan B, adenovirus)
Chlamydia trachomatis
Sterptococcus pneumonia
4 bulan – 4 tahun Streptococcus pneumonia
Virus
Haemophilus influenza
Group A streptococcus
(streptococcus pyogenes)
Streptococcus aureus
Mycoplasma pnaumoniae
Spesies streptococcus lainnya
Lebih 5 tahun Mycoplasma pneumonia
Chlamydia pneumonia
Streptococcus pneumonia
Pneumonia akibat virus. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim
adalah virus sinsitial pernapasan ( respiratory syncytial virus VRS ),
parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Pada umumnya, infeksi virus
saluran pernapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan musim
dingin dan RSV merupakan virus yang paling lazim yang menyebabkan
pneumonia, terustama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen
virus ini sangat meramalkan, epidemic local dapat membelokkan gambaran
insiden pada tahun tertentu. Jenis dan keparahan penyakit dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut,
dan kepadatan penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih sering
daripada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka serangan
puncak adalah dalam tahun pertama, angka serangan puncak untuk
pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit
menurun sesudahnya.

C. Patofisiologi
Paru terlindungi dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi di
partikel hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis, ekspulsi
benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh
mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag elveolar, netralisasi kuman
oleh substansi imun local dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor
predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisema, malnutrisi,
campak, pertussis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuscular,
kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mucus atau sekresi seperti
pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah,
aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur.
Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme,
sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit
membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan
jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris
lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat
bisa terjadi hiposekmia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, dan gagal napas.
PATHWAY

Etiologi: Jamur, Bakteri, Virus

Inhalasi mikroba dengan jalan


Melalui udara
Aspirasi organisme dari
nasofaring
Hematogen Nyeri dada
Panas dan
demam
Reaksi inflamasi hebat Anoreksia pausea
vomit
Mk: Nyeri Membran paru-paru meradang
pleuritis dan berlubang

Red blood Count (RBC), white


Blood Count (WBC), dan
cairankeluar masuk ke alveoli
Dispanea
Sekresi, edema, dan Sianosis
prochopasme Batuk

Akumulasi sputum
di jalan napas

Suplai O2 menurun
Mk: Bersihan jalan Tertelan di labung
napas tidak efektif
dan pola napas Mk: Toleransi
tidak teratur Keseimbangan asam
Aktivitas basa terganggu

Mual dan muntah

Mk: kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D. Manifestasi klinis
Klasifikasi pneumonia berdasarkan penyebabnya:
a) Pneumonia Bacterial,
b) Pneumonia Atipikal,
c) Pneumonia akibat virus.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan
awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C
[101°F sampai 105°F], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea
sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan
mendengkur, pernapassan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori
pernapasan.
Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada
organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan
atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan gejala pneumonianya
bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah,
nyeri pleuritis, myalgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum
mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.
Nadi cepat dan bersambung (bounding). Nadi biasanya meningkat
sekitar 10kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia
relative untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi
virus, infeksi Micoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata
menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih
menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong kearah depan,
mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk
batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum
purulent dan bukan merupakan indicator yang dapat dipercaya diari eriologi.
Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia
pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia
Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H.
Influenzae biasanya berwarna hijau.
Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi seperti kanker, atau
pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang
menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang
sebelumnya tidak dianggap pathogen serius. Pasien demikian menunjukkan
deman, krekles, dan temuan fisik yang menandai area solid (konsolidasi)
pada lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak,
bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang
terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi
melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena bunyi ditranmisikan
lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui
jaringan normal.
Pada pasien lansia atau mereka yang menderita PPOM, gejala –gejala
dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulent mungkin menjadi
satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk
mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena telah
mengalami gangguan fungsi paru yang serius.
Pneumonia akibat virus. Kebanyakan virus pneumonia didahului gejala-
gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk. Seringkali
anggota keluarga yang lain sakit. Walaupun biasanya ada demam, suhu
biasanya lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Takipnea, yang disertai
dengan retraksi intercostal, subcostal, dan suprasentral; pelebaran cuping
hidung; dan penggunaan otot tambahan sering ada. Infeksi berat dapat
disertai dengan sianosis dan kelelahan pernapasan. Auskultasi dada dapat
menampakkan ronki dan mengi yang luas, tetapi ronki dan mengi ini sukar
dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan ini pada anak yang amat
muda dengan dada hipersonor. Pneumonia virus tidak dapat secara tepat
dibedakan dari penyakit mikoplasma atas dasar klinis murni dan kadang-
kadang mungkin sukar dibedakan dari pneumonia bakteri. Lagipula, bukti
adanya infeksi virus ada pada banyak penderita yang telah konfirmasi
pneumonia bakteri.

E. Penatalaksanaan
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak
pada rontgen dada mencakup area berbecak atau keseluruhan lobus
(pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan akan beragam
tergantung pada keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup
bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, krekles, peningkatan fremitus,
egofoni positif, dan pekak pada perkusi.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan
antibiotic pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya
termasuk eritromasin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga,
penisilin lainnya, dan trimethoprim sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromasin,
tetrasiklin, dan derivate tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon
terhadap antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap
pentamidin dan trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ).
Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi
bronkial. Asuhan keperawatan dan pengobatan ( dengan pengecualian terapi
antimkrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
pneumonia akibat bakteri.
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Jika dirawat di rumah sakit, pasien diamati dengan cermat
dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.
Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisa gas darah
arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan oksigen dan untuk
mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi
merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini
dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan
ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan
dukungan pernapasan seperti intibasi endotrakeal, inspirasi oksigen
konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif
(PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.
F. Komplikasi
Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi :
1) Hipotensi dan syok
Syok dan gagal pernapasan. Pasien biasanya memberikan respos
terhadap pengobatan dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic
diberikan. Komplikasi pneumonia mencakup hipertensi dan syok serta gagal
pernapasan (terutama pada penyakit baksteri gram negative yang menyerang
lansia).
Komplikasi ini ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapat
pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau
menunda pengobatan atau terapi antimikroba dimana oragnisme
penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya
yang menyulitkan pneumonia.
Jika pasien sakit parah, tetapi agresif dapat mencakup dukungan
hemodinamik dan ventilitator untuk melawan kolaps perifer dan
mempertahankan tekanan darah arteri. Agens vasopressor mungkin
diberikan secara intravena dengan infus kontinu dan dengan kecepata yang
disesuaikan dengan respon tekanan. Kortikosteroid mungkin diberikan
secara parenteral untuk melawan syok dan toksisitas pada pasien dengan
pneumonia yang menderita sakit sangat parah dan pada mereka yang
menghadapi bahaya terserang infeksi. Pasien mungkin membutuhkan
intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik. Gagal jantung kongestif,
distritmia jantung, pericarditis, dan miokarditis juga merupakan komplikasi
pneumonia yang mengarah pada syok.
2) Gagal pernapasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka
untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk
membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh
pencetus akut respiratory distress.

3) Atelectasis
Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat
mengebang secara sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh
penumpukan sekresi) dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia
akut.

4) Efusi pleural
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viseralis.Efusi pleural, dimana cairan terkumpul dalam rongga pleural cukup
umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya epiema (cairan purulent di
dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic biasanya perlu dilakukan untuk
menegakkan efusi pleura. Setelah efusi pleura terlihat dala gambaran
rontgen dada, mungkin dipasang selang dada untuk mengatasi infeksi pleura
dengan membuat drainase yang tepat dari empyema.

5) Delirium
Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai
kedaruratan medis ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan
oleh hipoksia, meningitis, atau sindrom putus zat alcohol. Pasien dengan
delirium dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat, dan sediasi riangan sesuai
yang diresepkan dan diobservasi dengan konstan.

6) Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat
besar, seperti penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Jika
pasien membaik dan demam menghilang setelah diberikan terapi antibiotic,
tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu tubuh disertai dengan batuk dan
adanya bukti penyesuaian pneumonia, kemungkinannya adalah superinfeksi.
Antibiotic diganti dengan penyesuaian atau dihentikan sama sekali pada
beberapa kasus.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. J.K DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG IRINA F JANTUNG
RSUP Prof. Dr. R.D KANDOU MANADO

Tanggal pengkajian : 02-04-2019 Tanggal MRS : 26-03-2019


Waktu pengkajian : 14.23 Ruangan : Irina F Jantung

A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama : Tn. J.K
Tempat/tgl Lahir : 16 september 1968 (50 tahun)
Jenis kelamin : laki –laki
Status perkawinan : sudah menikah
Agama : Kristen Protestan
Bahasa : Indonesia/bahasa daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : pineleng

II. PENANGGUNG JAWAB


Nama :
Alamat : pineleng
Hubungan dengan klien : isteri

B. DATA MEDIK
I. Di kirim oleh ; UGD
II. Diagnosa Medik
- Saat masuk : Pneumonia
- Saat penggkajian : Pneumnia, PPOK, CHF
C. KEADAAN UMUM

I. Keadaan Sakit : Klien tampak lemah, sesekali mengatakan nyeri


dada, klien juga sesekali batuk, klien mengatakan batuknya di sertai
sputum. Penggunaan alat medik terpasang penflon, O2 di pasang jika
merasakan sesak

II.Tanda-tanda vital
a. Kesadaran
- Kualitatif : Compos mentis

- Kuantitatif :

Skala Coma Glasgow : Respon Motorik 6 jumlah

Respon Bicara 5 15

Respon Membuka Mata 4

b. Tekanan darah : 110/70mmHg


c. Suhu : 36°C
d. Nadi : 86x/menit
e. Pernapasan : 24x / menit

GENOGRAM

: laki-laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Laki-laki sudah meninggal : pasien

: Perempuan sudah meninggal : tinggal serumah

Ket : pasien mengatakan dalam keluarga ayah klien pernah menderita penyakit
seperti klien
D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
1. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah dialami :

a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit : Keluarga Klien mengatakan klien tidak
memiliki riwayat kecelakaan, klien tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
o Data Objektif
o Observasi
Kulit kepala : tampak berminyak
Rongga mulut : norrmal

2. POLA NUTRISI METABOLIK


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit : Keluarga klien mengatakan klien makan 3x
sehari, dengan menu nasi, ikan, sayur terkadang buah-buahan. Keluarga
Klien mengatakan porsi makan selalu dihabiskan.
o Keadaan Saat Sakit : klien makan 3x sehari dengan menu di rumah sakit
b. Data Objektif
o Observasi
- Klien terlihat lemah dan tak bertenaga

Pemeriksaan Fisik

-
Keadaan rambut : berminyak
-
Hidrasi kulit : lembap
-
Hidung : normal
-
Rongga mulut : normal

3. POLA ELIMINASI
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan pola eliminasi klien normal

Keadaan Saat Sakit : klien mengatakan pola eliminasi normal

4. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


Keadaan sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien bisa melakukan smua
aktivitas dengan normal
Keadaan Saat Sakit : klien mengatakan saat ni suudah bisa sedikit beraktivitas
dengan norrmal

Aktivitas harian :

 Makan : mandiri

 Mandi : mandiri/bantuuan orang

 Berpakaian : mandiri/bantuan orang

 Mobilisasi : mandiri

 Ambulasi : mandiri

 BAK : mandiri

 BAB : mandiri

5. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Keadaan sebeluum sakit : keluarga mengatakaan pola tidur klien normal

Keadaan setelah ssakit : Keluarga mengatakan klien susah tidur dan jam tidur
tidak teratur.

6. POLA KOGNITIF PERSEPTUAL


Keadaan setelah sakit :
 keluarga klien mengatakan penglihatan klien , pendengaran, penciuman baik,
daya ingat masih berfungsi dengan baik
 Klien jika panggil nama ada respon membuka mata. Skala kognitif X3 (mengenal
tempat, waktu dan orang)

7. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


Keadaan setelah sakit :
 Klien terlihat lemah.

8. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA (KOPING)


Keadaan sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien adalah orang yang aktif
berorganisasi, dan luas pergaulannya
Keadaan setelah sakit :
 Klien mendapat perhatian dari istri, anak serta keluarga dan kerabat yang
selalu datang menjenguk serta teman-temannya
9. POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
Kkeadaan sebelum sakit :
 Klien adalah seorang yang belum menikah
Keadaan setelah sakit :
 Terlihat klien terbaring lemah di atas tempat tidur.
10. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP SRESS
Keadaan sebelum sakit :
 keluarga menjadi tempat berbagi dan mencari solusi bersama saat mengalami
masalah
Keadaan setelah sakit :
 Terlihat klien terbaring lemah di atas tempat tidur.
11. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
Keadaan sebelum sakit : keluarga mengatakan klien termasuk oraang yang rajin
beribadah di gereja dan ikut kegiatan keagamaan
Keadaan setelah sakit :
 Klien selalu berdoa kepada tuhan untuk kesembuhannya
 Keluarga sangat mengharapkan kesembuhan dan mereka pasrah kepada
Tuhan.

HASIL LABORATORIUM KLINIK

HEMATOLOGI NILAI RUJUKAN HASIL


Leukosit 4,0-10 9,9
Eritrosit 4,70-6,10 6,25
Hemoglobin 13,0-6,5 16,8
Hematokrit 39,0-51,0 55,6
Trombosit 150-450 385
MCH 27,0-5,0 26,9
MCHC 30,0-40,0 30,2
MCV 80,0-100,0 89,0
KIMIA KLINIK NILAI RUJUKAN HASIL
Ureum darah 10-40 51
Creatinin darah 0,5-1,5 1,1
Chloride darah 98,0-109,0 89,3
Kalium darah 3,50-5,30 4,10
Atrium darah 135-153 132

TERAPI PENGOBATAN
NAMA OBAT DOSIS
Aspilet 80 gr
copidogrrel 75 mg
lovenox 60 mg
atorvastatiin 40 g
furosemid 20 m
alupurinol 100gr
axitromixin 500 g
lamsopecinde 30 g
KSR 600 grr
spironolactan 25 gr
nitrokaf 2,5 gr
rocolfar 0,5 grr
paracetamol 500

E. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif :

- Klien tampak sesekali


batuk yang disertai Ketidakefektifa
akumulasi sputum di jalan napas
1. sputum bersihan jalan napas tidak n bersihan
efektif jalan napas
Data obyektif
- Klien mengeluh batuk
berdahak
Data subyektif

- klien mengatakan
meras lemah
Sekresi, edema, procopasma Intoleransi
2. - Klien mengeluh nyerri Akumulasi sputum
lutut kanan Suplai 02 menurun Aktivitas
Intoleransi aktivitas
Data obyektif

- Klien tampak lemah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalannn napas tiidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2


G. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan


No Intervensi
Criteria Hasil
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif 1. Respiratory Airway suction
status : 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Definisi : Ketidakmampuan Ventilation suctioning
untuk membersihkan sekresi 2. Respiratory 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
atau obstruksi dari saluran status : Airway suctioning.
pernafasan untuk patency 3. Informasikan pada klien dan keluarga
mempertahankan kebersihan 3. Aspiration tentang suctioning
jalan nafas. Control 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Dispneu, Penurunan 1.Mendemonstrasik untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
suara nafas an batuk efektif6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
- Orthopneu dan suara nafas tindakan
- Cyanosis yang bersih, tidak7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
- Kelainan suara nafas ada sianosis dan dalam setelah kateter dikeluarkan dari
(rales, wheezing) dyspneu (mampu nasotrakeal
- Kesulitan berbicara mengeluarkan 8. Monitor status oksigen pasien
- Batuk, tidak efekotif sputum, mampu9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
atau tidak ada bernafas dengan melakukan suksion
- Mata melebar mudah, tidak ada10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Produksi sputum pursed lips) apabila pasien menunjukkan bradikardi,
- Gelisah 2.Menunjukkan peningkatan saturasi O2, dll.
- Perubahan frekuensi jalan nafas yang11. Airway Management
dan irama nafas paten (klien tidak12. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
merasa tercekik, atau jaw thrust bila perlu
Faktor-faktor yang irama nafas,13. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
berhubungan: frekuensi ventilasi
- Lingkungan : pernafasan dalam14. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
merokok, menghirup asap rentang normal, alat jalan nafas buatan
rokok, perokok pasif-POK, tidak ada suara15. Pasang mayo bila perlu
infeksi nafas abnormal) 16. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Fisiologis : disfungsi 3.Mampu 17. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
neuromuskular, hiperplasia mengidentifikasik 18. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dinding bronkus, alergi jalan an dan mencegah tambahan
nafas, asma. factor yang dapat19. Lakukan suction pada mayo
- Obstruksi jalan nafas : menghambat jalan20. Berikan bronkodilator bila perlu
spasme jalan nafas, sekresi nafas 21. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
tertahan, banyaknya mukus, Lembab
adanya jalan nafas buatan, 22. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
sekresi bronkus, adanya keseimbangan.
eksudat di alveolus, adanya 23. Monitor respirasi dan status O2
benda asing di jalan nafas.

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


curah jantung yang rendah, 1. Energy Energy Management
ketidakmampuan memenuhi conservation 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
metabolisme otot rangka, 2. Self Care : ADLs melakukan aktivitas
kongesti pulmonal yang Kriteria Hasil : 2. Dorong anal untuk mengungkapkan
menimbulkan hipoksinia, 1. Berpartisipasi perasaan terhadap keterbatasan
dyspneu dan status nutrisi dalam aktivitas 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan
yang buruk selama sakit fisik tanpa kelelahan
disertai 4. Monitor nutrisi dan sumber energi
Intoleransi aktivitas b/d peningkatan tangadekuat
fatigue tekanan darah, 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
Definisi : Ketidakcukupan nadi dan RR dan emosi secara berlebihan
energu secara fisiologis 2. Mampu 6. Monitor respon kardivaskuler terhadap
maupun psikologis untuk melakukan aktivitas
meneruskan atau aktivitas sehari 7. Monitor pola tidur dan lamanya
menyelesaikan aktifitas yang hari (ADLs) tidur/istirahat pasien
diminta atau aktifitas sehari secara mandiri 8. Activity Therapy
hari. 9. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalammerencanakan progran terapi
Batasan karakteristik : yang tepat.
a. melaporkan secara verbal 10.Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
adanya kelelahan atau yang mampu dilakukan
kelemahan. 11.Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
b. Respon abnormal dari yangsesuai dengan kemampuan fisik,
tekanan darah atau nadi psikologi dan social
terhadap aktifitas 12.Bantu untuk mengidentifikasi dan
c. Perubahan EKG yang mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
menunjukkan aritmia atau aktivitas yang diinginkan
iskemia 13.Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
d. Adanya dyspneu atau aktivitas seperti kursi roda, krek
ketidaknyamanan saat 14.Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
beraktivitas. disukai
15.Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
Faktor factor yang diwaktu luang
berhubungan : 16.Bantu pasien/keluarga untuk
1. Tirah Baring atau mengidentifikasi kekurangan dalam
imobilisasi beraktivitas
2. Kelemahan menyeluruh 17.Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
3. Ketidakseimbangan antara beraktivitas
suplei oksigen dengan 18.Bantu pasien untuk mengembangkan
kebutuhan motivasi diri dan penguatan
4.  Gaya hidup yang 19.Monitor respon fisik, emoi, social dan
dipertahankan. spiritual

H. IMPLEMENTASI

No Hari/tanggal Jam Implementtasi


1 Selasa, 15.20 - mengauskultasi suara nafas
02 april 2019
- Memonitor status oksigen pasien
17.00 - Mengauskultasi suara nafas
- Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkn
D/S ventilasi

18.15 Observaasi TTV


TD : 100/70mmhg
SB : 36 c
RR: 24x/menitt
N : 78x/menit

19.30 - Mengkaji adanya faktor yang meyebabkan


keelelahan
- Memonitor keadaan fisik pasien
- Memonitor pola tidur dan laamanya tidur
pasien
- Membantu klien mengidentiifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan dan di sukai
2 Rabu, 21.30 - Mengkaji adanya faktor yang meyebabkan
03 april keelelahan
2019 - Memonitor keadaan fisik pasien
- Memonitor pola tidur dan laamanya tidur
pasien
Membantu klien mengidentiifikasi aktivitas yang
D/M mampu dilakukan dan di sukai
07.05
Observaasi TTV
TD : 120/80mmhg
SB : 37 c
RR: 22x/menitt
N : 84x/menit
07.25
- Auskultasi suara nafas
- Mengatur posisi klien
- Melakukan washlap
- Memonitor pola tidur dan lamanya istirahat
klien
3 Jumat
04 april - Pasien sudah pulang
2019

D/P

I. EVALUASI
HARI/
NO EVALUASI
TANGGAL
- Pasien mengatakan sudah mulai
mampu benapas dengan mudaah
S - Pasien mengatakan masih lemah utuk
melakukan akivitas sehari-hari secara
mandiri
Selasa, Keesadaran : compos mentis
1
02 april 2019 GCS : 15
O TTV :
TD : 100/70 mmHg N : 78x/menit
R : 24x/menit S : 36 c
A Masalah teratasi sebagian
P Lanjutkan intervensi
Rabu, - Pasien mengatakan sudah mampu
03 april 2019 bernapas dengan mudah
- Pasien mengatakan sputum sudah
S
berkurang
- Pasien megatakan sudah mullai makan
dan melakukan eliminasi mandiri
Keesadaran : compos mentis
GCS : 15
TTV :
2 O
TD : 120/80 mmHg N : 84x/menit
R : 22x/menit S : 37 c
Pasien sudah tidak tampak lemah

A Masalah teratasi sebagian

P Lanjutkan intervensi

S -
Jumat,
3 055 april O Pasien pulang

2019 A Masalah telah teratasi


P intervensi di hentiikan

Anda mungkin juga menyukai