TINJAUAN PUSTAKA
yang paling sering kita jumpai pada manusia. Pada kebanyakan pasien
infeksi ini bersifat minor atau kurang diperhitungkan dan seringkali ditandai
mengalami gangguan.8
Fistula Bakteremie-Septikemie
6
Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang paling
Infeksi odontogenik juga lebih sering disebabkan oleh beberapa jenis bakteri
Bakteri
Virus
Parasit
Mikotik
Odontogenik
Non-odontogenik
Pulpa
Periodontal
Perikoronal
Fraktur
Tumor
Oportunistik
7
Akut
Kronik
Spasium kaninus
Spasium bukal
Spasium infratemporal
Spasium submental
Spasium sublingual
Spasium submandibula
Spasium masseter
Spasium pterigomandibular
Spasium temporal
Spasium retrofaringeal
Spasium prevertebral
8
dengan kualitas dari bakteri seperti daya invasi, toksisitas, enzim dan
dengan cara insisi poket periodontal yang dalam, jaringan pulpa yang
9
3. Pertahanan Humoral
10
Terakhir membantu munculnya kemampuan dari sel darah putih untuk
4. Pertahanan Seluler
respon dengan cepat, tetapi sel-sel ini siklus hidupnya pendek, dan
ini diikuti oleh keluarnya monosit dari aliran darah ke jaringan dan
11
2.1.3 Tahapan Infeksi10
menjalani resolusi:
adonannya konsisten.
2.1.4 Patogenesis11,15
abses dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium dan tahap lebih lanjut
yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri
dapat masuk ke jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel rambut.
Pada abses rahang dapat melalui foramen apikal atau marginal gingival.
12
penyebaran infeksi. Respon jaringan periapikal terhadap iritasi tersebut
lebih lanjut.
Pada keadaan ini substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga
daerah luka.
13
D. Terbentuknya jalinan fibrin dari eksudat, yang menempel pada
dinding lesi.
infeksi. Kalor atau panas merupakan akibat aliran darah yang relatif
akhiran saraf juga dapat menyebabkan rasa sakit. Fungsio laesa atau
3. Limphadenopati
Pada infeksi akut, kelenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit
Pada infeksi kronis perbesaran kelenjar limfe lebih atau kurang keras
14
tergantung derajat inflamasi, seringkali tidak lunak dan pembengkakan
Abses rongga mulut adalah suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang,
atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi.
relatif cepat dari alveolar tulang yang mendukung gigi. Jumlah dan rute
penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi yang terkena serta penyebab
virulensi organisme.6
1. Abses periapikal
jaringan pulpa atau setelah periode laten yang tiba-tiba menjadi infeksi
15
akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan demam. Mikroba
penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa berasal
sistemik (bakteremia).
2. Abses subperiosteal
ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab.
Penderita merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta tidak
terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar atau molar
masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.
16
a b
Gambar 2.3 : a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di
daearah lingual
b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer
3. Abses submukosa
podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial
pada palpasi.
17
a b
Gambar 2.4 : a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa dengan lokalisasi
didaerah bukal.
b. Tampakan klinis Abses Submukosa
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer
Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi
rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta
edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup. Bibir atas bengkak,
seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna merah.
a b
18
Gambar 2.5 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina
b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga
menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses
perabaan.
a b
19
Gambar 2.6 : a. Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses
lateral ke muskulus buccinator
b. Tampakan Klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan
oleh ramus mandibula dan bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian
faringeal.
a b
20
7. Abses spasium submasseter
insersi otot masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini
berupa suatu celah sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo
Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,
a b
21
8. Abses spasium submandibula
kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial
abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau
molar mandibula.
a b
22
9. Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek
a b
23
Perjalanan abses kebelakang dapat meluas ke spasium mandibula dan
akhir akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada
kadang gusi disekitar gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya.
Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga kearah spasium yang
a b
24
muskulus pterigoid interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor.
otak, meningitis atau trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat
terjadinya bakterimia dan difusi lokal (inokulasi) sebagai akibat sekunder dari
merupakan ciri khas dari lesi periapikal, maka palpasi digital yang dilakukan
25
perlahan-lahan terhadap lesi yang teranestesi bisa menunjukkan adanya
debris makanan, yang merupakan benda asing yang dapat mendukung proses
infeksi.
maupun periapikal, dirawat secara lokal yaitu insisi dan drainase, maka
sudah dianggap cukup untuk melanjutkan tindakan ini. Lokasi standar untuk
melakukan insisi abses adalah daerah yang paling bebas, yaitu daerah yang
membuat insisi yang terlalu kecil. Insisi yang agak lebih besar
yang dipakai adalah suatu selang karet dan di pertahankan pada posisinya
dengan jahitan.
26
Gambar 2.12 : Ilustrasi gambar untuk insisi Abses
Sumber : Oral Surgery, Frgaiskos Fragiskos D, germany, Springer
kepada pasien bahwa mereka harus makan dan minum yang cukup. Apabila
27
teh garam dilarutkan dalam 1 gelas air, dan dilaukan paling tidak seiap
pembengkakan, trismus/disfagia.
2.5 Demam
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, 16 yaitu diatas
Suhu tubuh normal adalah berkisar antara 36,6˚C - 37,2˚C. Suhu oral
sekitar 0,2 – 0,5˚C lebih rendah dari suhu rektal dan suhu aksila 0,5˚C lebih
rendah dari suhu oral. Suhu tubuh terendah pada pagi hari dan meningkat
pada siang dan sore hari. Pada cuaca yang panas dapat meningkat hingga
0,5˚C dari suhu normal. Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam
temperatur pada rektal lebih dianjurkan untuk hasil yang lebih akurat. Jika
28
penderita harus diperhatikan terutama jika tidak sesuai dengan hasil
dan infeksi abses pyogenik, dengan sakit kepala yang diikuti dengan demam
di daerah intrakranial.
normal pada hipotalamus yang dapat disebabkan antara lain oleh infeksi,
hiperlipidemia tipe 1), dan wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang
29
mengubahset-point di hipotalamus, menghasilkan pembentukan panas dan
konversi panas.
pirogen yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal
dari luar tubuh seperti toksin, produk-produk bakteri dan bakteri itu sendiri
racun DDT dan racun kalajengking dapat pula menghasilkan demam dengan
untuk melepas IL-1. Mekanisme ini dijumpai pada scarlet feverdan toxin
30
shock syndrome. Pirogen eksogen dapat berasal dari mikroba dan non-
mikroba.
dalam jaringan atau dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit,
makrofag jaringan dan natural killer cell (NK cell). Seluruh sel ini
berasal dari T-helper dan makrofag yang dapat menginduksi demam. Per
31
demam yang disebabkan infeksi pneumokokus diduga proses imunologik.
disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam hilang
Origin= FUO).
32