Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada


ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga akhirnya makalah
ini dapat selesai dengan baik.Saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dorongan
dan pertolongan dari banyak pihak, pelaksanaan makalah ini tidak dapat berjalan dengan
baik.Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi baik
secara langsungmaupun tidak langsung dari keluarga dan teman-teman.
Didalam pembuatan makalah ini, saya menyadari betul bahwa saya belumberpengalaman
dalam menulis makalah.Oleh karena itu, saya mohon maaf atas semua kesalahan dan kekurangan
yang tedapat dalam makalah ini.Akhir kata saya berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat positif bagi kita semua.

Makassar, 12 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 1

C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian titrasi kompleksometri............................................... 3

B. Ligan dalam kompleksometri...................................................... 9

C. Pengaruh pH ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan...................................................................................... 12

B. Saran............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah beranggapan bahwa itu
adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut
dengan zat-zat kimia apakah itu kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan,
pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri juga berupa
proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya memang zat
kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan
kita manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion logam
seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan cara gravimetrik memakan
waktu yang lama, karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan
pengeringan atau pemijaran sampai bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa ersebut
dapat dilakukan dengan analisa komplexometri.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang
cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam
air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa
obat yang mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai
laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptic. Sehingga kadar logam-logam yang ada
dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik serta
membahayakan konsumen. Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam mengenai titrasi
kompleksometri maka dibuatlah makalah mengenai titrasi komplekosometri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu titrasi kompleksometri
2. Apa itu ligan dalam analisis kompleksometri
3. bagaimana pengaruh ph dalam analisis komplexometri.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa itu titrasi kompleksometri
2. Mengetahui ligan dalam analisis kompleksometri
3. mengetahui pengaruh ph dalam analisis komplexometri.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Titrasi Kompleks
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling mengkompleks, jadi
membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks-kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi
suatu ion logam suatu kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam
kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan.
Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi logam itu.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa
ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada
titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat bereaksi
dengan KOMPLEKSON yang kemudian membentuk ion kompleks. Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks selalu terjadi dari
sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul. Sedangkan yang dinamakan Ligand
(dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligand ini berbeda-beda dari dua sampai delapan.
Jumlah ikatan dengan ligand itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupkan bilangan
genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi
dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan tersebut
merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang diikatnya. Ligand yang mempunyai satu
atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang Ligand
yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya
dua donor, terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat, dst.
Prinsip Dasar :
Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan untuk menitrasi ion-ion
logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini adalah zat-zat anorganik yang mengandung
beberapa gugus elektron yang dapat berikatan kovalen dengan ion logam, misalnya EDTA (H 4Y)
yang dapat bereaksi dengan ion logam dengan perbandingan stoikiometri 1:1 sebagai berikut:
Mn+ + Y4-D MY-(4-n)
Fraksi Y4- dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan kesetimbangan
yang dipengaruhi oleh pH disebut Keffektif (Kkondisional), Keff = Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4- pada pH
tertentu. Supaya pH konstan, titrasi dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH tertentu.
Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA maka selektivitas dapat diatur
dengan mencari pH serendah mungkin dimana titrasi masih layak dilakukan (K eff ≥ 108).
Keselektifan ini dapat juga diatur dengan menggunakan “masking agent”.
Selama titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas. Kurva titrasi diperoleh
dengan mengalurkan pM= -log [M] terhadap volume EDTA. Pada titik ekivalen terdapat
perubahan pM yang besar. Indikator titrasi kompleksometri pada umumnya adalah indikator
metalokrom yang merupakan senyawa organik berwarna yang juga membentuk kompleks
dengan ion logam. Warna kompleks logam – indikator berbeda dengan warna indikator bebas.
Contoh:
Eriochrom black T (EBT). Kompleks logam EBT umumnya berwarna merah
seperti H2In-. Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indikator bebas dalam bentuk
HIn2- yang berwarna biru. Pada penambahan EDTA yang sedikit berlebih larutan berubah
menjadi biru akibat bebasnya indikator:
Mln-+ HY3-® HIn2-+ MY2-
Merah biru
Peristiwa pengkompleksan tergantung pada aktivitas anion bebas, misalnya Y4-
(jikaasamnya H4Y dengan tetapan ionisasi pK 1 = 2.0, pK 2 = 2.64, pK 3 = 6.16, dan pK 4
=10.26).
Ternyata variasiaktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0 samapi 10 dan secara
umum prubahan ini sebanding denagn [H+] pada pH 3,0 - 6,0.Banyak ion logam apat ditentukan
dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi(sebagai titrat) yang dapat membentuk kompleks
dengan logam tersebut.Salah satu senyawa kompleks yang bisa digunakan sebagai penitrasi dan
larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA).
HOOCCH2 H2CCOOH
N – CH2 – CH2 - N
HOOCCH2 H2CCOOH
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor electron dari
atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelatbercincin
sampai dengan enam secara serempak. Zat pengkompleks lain adalah asam nitriliotriasetat
N(CH2COOH). EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA
dituliskan sebagai H4Y dan netralisasinya adalah sebagai berikut :
H4Y → H3Y− + H+
H3Y− → H2Y2− + H+
H2Y2− → Y3− + H+
HY3− → Y4− + H+
EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuahion
logam melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya.Sebagai penitrasi/pengomplek logam,
biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y
dan NaH3Y tidak larut dalam air.EDTA dalam mengoplekkan hampir semua ion logam dengan
perbandingan mol 1:1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut.Faktor – faktor yang membuat
EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara lain :
 Selalu membuat kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
 Kestabilannya dalam membuat kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna
(kecuali logam alkali).
 Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam.
 Telah dikembangkan dengan indikator secara khusus.
 Mudah diperoleh bahan baku primernya.
 Dan dapat digunakan sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk
standarisasi.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antar satu logam dengan
logamyang lain. Reaksi pembentuk logam (M) dan EDTA (Y) adalah :
M + Y → MY
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :
K MY = [MY]
[M] [Y]
Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa
komplek. Makin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstanta kestabilan senyawa komplek,
maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang ) stabil.
Tabel 6.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA ( KMY ).
Ion logam Log KMY Ion logam Log KMY
Fe3+ 25,1 Co2+ 16,3
Th4+ 23,2 Al3+ 16,1
Cr3+ 23,0 Ce3+ 16,0
Bi3+ 22,8 La3+ 15,4
Cu2+ 18,8 Mn2+ 14,0
Ni2+ 18,6 Ca2+ 10,7
Pb2+ 18,0 Mg2+ 8,7
Cd2+ 16,5 Sr2+ 8,6
Zn2+ 16,5 Ba2+ 7,8

Karena selama titrasi terjadi pelepasan ion H+ maka larutan yang akan dititrasi perlu
ditambahkan larutan buffer. Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator,
diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome, Balck T (EBT).Sebagai titrasi antara Mg2+
dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator Calmagite. Reaksi antara ion Mg 2+
dengan EDTA tanpa penambahan indikator adalah :
Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2H+
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator, maka indikator akan membentuk komplek dengan
Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang
ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah aan hilang,
selajutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu
terbentuknya berwarna biru.
Mg Ind- + H2Y2- → MgY2- + H Ind2- + H+
(merah) (tak berwarna) (biru)
Ada lima syarat suatu indokator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari
titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi
warna haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks indikator itu harus
memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akandiperoleh perubahan
warna yang tajam.Namun kompleks indikator itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam
EDTA untukmenjmin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks
indicator logam ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat.Kelima, kontras warna antara
indikator bebas dan kompleks indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati.Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur.Pada pH 5 senyawa itu
sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.Umumnya
titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali.Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 – 13 dan
menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
2. Ligan dalam analisis kompleksometri
Sedangkan yang dinamakan Ligan (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligan ini
berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan
koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam
univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan tersebut merupakan
jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan yang mempunyai satu atom donor
pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang
mempunyai atom donor lebih dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua
donor, terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.
Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan perion
Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai
bentuk cincin atau lingkaran (ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata
yunani chele yang berarti cakar. Jenis Ligan :
1. Unidentat, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron. Contoh : NH3,
CN.
2. Bidentat, yaitu ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin
3. Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan elektron.
Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).
3. Pengaruh pH
a. Suasana terlalu asam
` Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika
H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi
yang terlalu asam. Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.
b. Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan
hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk endapan.
Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks dan melihat harga
pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih stabil dalam larutan alkalis. Pada
umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2 stabil dalam larutan yang sedikit asam atau
alkalis. kompleks EDTA dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3.
Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga dapat
dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil
dalam larutan HCl pekat.
Pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer pada pH dimana kompleks itu
stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari kompleks di tentukan oleh harga Ks =
konstante stability.
Yang menyebabkan perubahan harga Ks :
1. Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
2. Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab alkohol mendesak ionisasi
kompleks.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kompleksometri merupakan salah satu metode kuantitatif dengan mereaksikan ligan
dengan ion logam utamanya sehingga menghasilkan senyawa kompleks.Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil
berupa kompleks.Reaksi – reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.Pada titrasi
kompleksometri penerapannya adalah pada kesadahan total air, titrasi balik, titrasi
penggantian dan penetapan tak langsung. Kurva titrasi untu titrasi kompleksometri dapat
dibuat dan analog dengan kurva titrasi asam dan basa.Kurva-kurva semacam ini terdiri dari
plot logaritma negatif dari konsentrasi ion logam (pM) versus mililiter titran.Seperti titrasi
asam-basa, kurva ini berguna untuk menilai kelayakan dari sebuah titrasi dan dalam memilih
indikator yang cocok.
2. Saran
Disarankan agar makalah ini mengambil referensi yang lebih banyak dalam sumber-
sumber yang baik seperti buku, jurnal dan lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E.1999.Kimia Universitas : Asas Dan Struktur.Binapura Aksara:Jakarta.


Underwood, A, L. 2001.Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta.

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

MAKALAH KIMIA ANALITIK I


“TITRASI KOMPLEKSOMETRI”
Oleh:
Nur Asmaulhusnah
1713041012
Pendidikan Kimia B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2018

Anda mungkin juga menyukai