Anda di halaman 1dari 4

SEMAR MBANGUN KAHYANGAN

RESUME
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Filologi
Dosen : Drs. Christanto Pudjirahardjo, M.hum

Disusun oleh :
Jody Dewa Setiawan (180110201043)

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2018
LAKON SEMAR MBANGUN KAHYANGAN

Ini adalah salah satu lakon legendaris dalam pewayangan. Meski hanya lakon
carangan, Semar Mbangun Kahyangan hampir pasti pernah dimainkan oleh seluruh
dalang. Diluar kisahnya yang penuh edukasi moral, menjadikan sosok punakawan
sebagai sentral pertunjukan adalah daya tarik tersendiri bagi dalang maupun penikmat
wayang. Pesan dari lakon ini adalah bahwa Semar sebagai simbol rakyat,
menghendaki para pemimpin untuk membangun jiwa. Pada lakon ini pula terlihat
bahwa terkadang penguasa salah menafsirkan kehendak rakyat, memperlakukan
rakyat sebagai objek yang bodoh, penguasa cenderung bertangan besi dan mau
menang sendiri. Pada Semar Mbangun Kahyangan ini terlihat pada akhirnya
penguasa yang lalim akan terkoreksi oleh rakyat jelata.
Semar adalah dewa yang mengejawantah. Semar adalah rakyat jelata yang
mengabdi sebagai pengasuh para raja penegak kebenaran. Ia hanyalah orang
kampung, terbalut dalam busana sederhana yang melayani umat tanpa pamrih namun
penuh kesungguhan. Kuncung putihnya menyiratkan makna bahwa isi kepala Semar
adalah fikiran yang suci, positif, penuh hikmah kebenaran. Dalam kehidupan spiritual
Jawa, Semar tak sekadar fakta historis, namun juga mitologi dan simbolisme tentang
keEsa-an. Realita ini tidak lain hanyalah bukti bahwa masyarakat Jawa sejak zaman
lampau adalah masyarakat yang Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Lakon ini dibuka dengan niat Semar membangun jiwa para Pandawa.
Kahyangan yang dimaksud Semar adalah jiwa, rasa dan ruhani keluarga Pandawa.
Oleh karenanya Semar mendaulat Petruk untuk mengundang hadirnya Yudhistira dan
para saudaranya ke Karang Kabulutan, tempat tinggal Semar. Sebagai tokoh senior
sekaligus penasihat agung keluarga Pandawa, sangat masuk akal jika Semar
bermaksud membangun ruhani para majikannya. Terlebih undangan itu disertai
permintaan untuk membawa tiga pusaka: Jamus Kalimasada, Tumbak Kalawelang
dan Payung Tunggulnaga.
Simbolisme tiga pusaka tersebut cukup menjelaskan niat baik Semar.
Kalimasada banyak dimaknakan sebagai kalimat syahadat. Dengan pusaka syahadat
inilah Semar bermaksud membangun ruhani. Tumbak Kalawelang adalah simbol
ketajaman yang dengan personifikasi tersebut Semar bermaksud membangun
ketajaman hati, ketajaman visi dan indera para Pandawa. Sedangkan Payung
Tunggulnaga adalah ungkapan bahwa Pandawa sebagai pemimpin harus memiliki
karakter mengayomi sebagaimana fungsi payung.
Lakon ini membeberkan fakta bahwa penguasa terkadang salah menafsirkan
kehendak rakyat. Dan itulah yang terjadi pada diri Kresna ketika Petruk
mengutarakan maksud Semar. Kresna menganggap rencana Semar sebagai makar,
bertentangan dengan kehendak dewata. Setali tiga uang, Yudhistira yang peragu
mengiyakan saja pendapat Kresna. Tak cukup dengan kata-kata kasar yang
menciderai hati, Kresna memerintahkan para satria untuk mencelakakan Petruk
sekaligus menyerang Semar di Karang Kabulutan. Celakanya, ketika Kresna
melaporkan secara sepihak kepada Bathara Guru, pimpinan para dewa itu pun
terprovokasi dan bersekutu untuk sama-sama menyerang Semar.
Bukan Semar namanya jika mundur hanya karena ancaman. Merasa punya
niat mulia dan meyakini kebenaran suara hatinya, Semar bersama prajuritnya: Petruk,
Bagong dan Gareng memberi perlawanan kepada pasukan Pandawa yang didukung
Kresna dan Bathara Guru. Disinilah kebenaran bertarung melawan kelaliman. Semar
yang jelata, berhasil mengalahkan penguasa pongah yang merasa benar sendiri.
Ending yang memukau. Secara tegas kisah Semar membawa pesan bagi penguasa
untuk responsif mendengar suara rakyat, untuk bijaksana tak hanya mau menang
sendiri, dan tidak semena-mena dalam menegakkan keadilan. Sekaligus pesan bagi
rakyat untuk berani menyuarakan kebenaran dan gigih dalam mempertahankan
kebenaran itu.
Kisah Semar selalu relevan pada setiap kondisi. Kekuasaan selalu
memabukkan, menjadikan penguasa lalai pada amanat dan lupa kepada rakyat. Pesan
Semar adalah suara rakyat, yang kendati lirih, terkadang memuat niat kebaikan dan
kebenaran. Hari ini, ketika penguasa menelantarkan rakyat dengan asyik berkorupsi,
mengabaikan keadilan, memperkaya diri dan menghamburkan duit rakyat untuk
kesenangan pribadi, kita merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk menghadirkan
Semar di tengah-tengah kita.

Anda mungkin juga menyukai