2. TINJAUAN PUSTAKA
Rekayasa Genetika
Ekspresi Gen
Ekspresi gen ialah proses penterjemahan informasi yang terkandung pada
struktur gen menjadi proses metabolisme atau pola kehidupan organisme. Gen
berperanan dalam proses kehidupan melalui pengendalian pembentukan enzim
dan protein (Jusuf, 2001).
Gen-gen mengkode protein, dan protein menentukan fungsi sel. Ribuan gen
diekspresikan dalam sel tertentu dan menentukan apa yang dapat dikerjakan oleh
sel. Ekspresi gen eukariot merupakan proses bagaiman informasi yang ada di
dalam DNA bisa disalin melalui proses transkripsi dalam organisme eukariot. Di
5
Interferon (IFN)
Suatu unsur penting dalam sistem kekebalan alamiah adalah interferon
(IFN), yang juga ikut mengatur sistem kekebalan yang didapat. Interferon adalah
salah satu protein dari famili sitokin. Sitokin merupakan kelompok protein
regulator dengan berat molekul rendah dan disekresikan oleh sel darah putih dan
beberapa sel lain di dalam tubuh akibat adanya suatu rangsangan. Sitokin
berikatan pada reseptor spesifik dari membran sel target. Sejarah penemuan IFN
dimulai pada tahun 1954 ketika Nagano dan Kojima menemukannya pada virus di
kelinci. Tiga tahun kemudian Isaacs dan Lindenmann berhasil menemukan
molekul yang serupa pada kultur sel ayam yang diinfeksi dengan virus influenza.
Molekul tersebut kemudian diberi nama interferon (Butler, 1987).
Fungsi umum dari kelompok protein ini adalah sebagai messenger
intraselluler yang memicu terjadinya aktivitas biologi setelah berikatan ke
reseptor sel taget (Kuby, 1994). Interferon dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu IFN alfa (α), beta (β), dan gamma (γ). Ketiganya memiliki efek
biologi yang sama pada sel, namun berbeda dalam strukrur dan berat molekulnya.
Interferon α dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul antiviral.
Sedangkan IFN β dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua
sel di dalam tubuh manusia. Interferon α dan β mempunyai reseptor yang sama
sehingga keduanya disebut IFN tipe I. Interferon γ dihasilkan oleh limfosil sel T
helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial,
fibroblas, sel T sitotoksik dan limfosit B (Kontsek & Kontsekova,1997).
Interferon γ disebut juga IFN tipe II. Sejak ditemukan oleh Isaac dan Lindenann
(1957), IFN dikenal memiliki daya antivirus. Pengaruh IFN telah nyata beberapa
jam setelah infeksi virus, jauh lebih cepat sebelum mekanisme imun lainnya
berfungsi. Beberapa karakter human IFN dapat dilihat pada tabel 1.
6
1. Efek antivirus
Interferon segera terikat pada reseptor spesifik pada permukaan sel. Ikatan
ini mengaktifkan 2 macam enzim, yaitu: protein kinase yang membantu
fosforilasi dua macam protein Alfa 1 dan elf-2 alfa. Kedua protein ini
menghambat sintesis protein virus. Enzim kedua adalah 2’,5’
oligoadenylate (2’,5’ A) synthetase, yang membentuk oligonukleotida
rantai pendek. Oligonukleotida ini selanjutnya merangsang enzim
ribonuklease yang menyebabkan degradasi RNA virus (Peters, 1989).
7
2. Efek Immunomodulasi
Intereron memperbaiki sistem imun, baik sistem kekebalan alamiah
maupun sistem kekebalan yang didapat melalui beberapa jalan: 1).
Meningkatkan fagositosis makrofag dan daya sitotoksik sel Natural killer
(NK), 2). Meningkatkan ekspresi Human Leukocyte antigen (HLA) pada
permukaan sel yang terinfeksi oleh virus. HLA tersebut bersama antigen
virus pada permukaan sel akan dikenali oleh limfosit T sitotoksik yang
menyebabkan lisis sel, 3). Ikut dalam lymphokine cascade dan produksi
interleukin 1 dan 2 (Peters, 1989; Thomas, 1988).
3. Efek antiproliferatif
Interferon menghambat proliferasi sel tumor dengan mekanisme yang
masih belum jelas. Dalam pengamatan pada biakan jaringan ternyata sifat
contact inhibition sel dipulihkan. Efek ini menekan daya metastasis tumor
(Peters, 1989).
dalam peroksisom bersama dengan catalase (CTA), dan akan merusak hidrogen
peroksida menjadi oksigen dan H2O. DHA dan GAP terasimilasi di dalam sitosol.
DHA difosforilasi oleh dihydroxyacetone kinase (DHAK), selanjutnya
dihydroxyacetone phosphate (DHAP) dan GAP membentuk fructose 1,6-
bisphosphate yang kemudian digunakan untuk regenerasi Xu5P dan untuk
biosintesis material-material sel. Sebagian lagi formaldehid dioksidasi menjadi
CO2 pada jalur disimilasi sitosol. Formaldehid digenerasi oleh reaksi
nonenzimatik AOD dengan mereduksi glutathione (GSH) menjadi S-
hydrroxymethyl glutathione (S-HMG). S-HMG kemudian dioksidasi menjadi CO2
melalui jalur oksidasi GSH di sitosol. CO2 kemudian dibuang ke alam (Yurimoto
et al. 2011).
Pada P. pastoris metanol bukan hanya sebagai sumber karbon dan energi
tetapi juga merupakan induser untuk mengekspresikan protein rekombinan.
Keberadaan metanol menginduksi kerja promotor alcohol oxidase 1 (AOX1)
(Zhang et al.2000). Sistem ekspresi menggunakan P. pastoris telah banyak
digunakan. Keuntungan menggunakan yeast P. pastoris untuk ekspresi
heterologous protein diantaranya adalah ekspresi yang efisien dengan
menggunakan metanol inducible alcohol oxidase gene (AOX1) promoter dan
tingkat ekspresi protein rekombinan yang sangat tinggi, sekresi yang efisien, dan
proses fermentasi pada densitas sel yang sangat tinggi. Hal ini akan membuat
downstream processing akan menjadi sangat efisien(Cregg et al.2000).