Anda di halaman 1dari 22

1

Skenario 5

Perubahan Jaringan Tubuh Pada Usia Lanjut

Seorang wanita berusia 70 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri di


punggung, pinggang dan tungkai sejak 3 bulan lalu. Keluhan terutama dirasakan saat
beraktifitas. Keluhan disertai dengan rasa lemas saat bergerak, serta pasien merasa
kulitnya menjadi kendur dan kering. Dokter mengatakan keluhanya tersebut
dikarenakan adanya perubahan-perubahan pada beberapa jaringan akibat proses
penuaan. Dokter menyarankan untuk beristirahat, banyak minum, makan makanan
yang bergizi, serta mengkonsumsi suplemen yang mengandung kalsium dan vitamin D
untuk kekuatan tulangnya.

STEP 1

1. Suplemen: Suatu yang ditambahkan melengkapi zat gizi makanan yang


mengandung 1 atau lebih bahan
2. Jaringan: Sekumpulan sel yang memiliki kesamaan bentuk dan fungsi
3. Nyeri: Sensasi pada individu akibat suatu rangsangan
4. Poliklinik: Unit pelayanan masyarakat yang bergerak pada bidang kesehatan
5. Kalsium: Mineral yang paling banyak dibutuhkan oleh gtulang
6. Vitamin D: Nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kadar kalsium dan pospat
7. Gizi: Elemen pada makanan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh

STEP 2

1. Bagian kulit apa saja yang menyebabkan kulit menjadi kendur dan kering?
2. Bagaimana cara otot menghasilkan gerak?
3. Bagaimana struktur tulang?
4. Bagaimana peran kalsium dan vitamin D?
5. Apa akibat dari kekurangan kalsium dan vitamin D?
2

STEP 3

1. – Epidermis
– Dermis
– Hypodermis
2. – Dengan mekanisme kontraksi otot
– Dengan bantuan energi yang dihasilkan
– Didukung oleh 3 sifat
3. – Lapisan tulang dari luar tulang sampai kedalam tulang
a. Periosteum
b. Tulang kompak
c. Tulang spons
d. Endosteum
e. Sumsum tulang
– Jenis-jenis sel pada tulang
a. Osteoblast
b. Osteosit
c. Osteoklas
4. – Adanya kalsium ekstraseluler
– Vitamin D menjaga homostasis kalsium
– Mencegah osteoporosis, melenturkan otot
– Mencegah kram, rematik, sakit pinggang
– Sebagai elektrosit untuk transmisi impuls saraf
5. – Menyebabkan tulang menjadi rapuh
– Nyeri otot persendian
– Kekebalan tubuh berkurang

STEP 4

1. Epidermis

- Stratum korneum: 15-20 lapisan gepeng berkeratin tanpa inti.


3

- Stratum lucidum: sitoplasma sepenuhnya terdiri atas filament keratin padat.

- Stratum granulosum: terdiri atas 3-9 lapisan poligonal gepeng yang mengalami
diferensiasi, sitoplasma berisikan basofilik intens disebut granulkeratobialin.

- Stratum spinosum: lapisan epidermis paling tebal, terdiri atas sel-sel kuboid
ditengah, nukleus dan sitoplasma aktif.

- Stratum basale: terdiri atas selapis sel kuboid/kolumner basofili, memiliki


aktivitas mitosis yang tinggi.

- Sel keratinosit: menghasilkan keratin dari proses keratinisasi

Dermis

- lapisan papiler: tipis, jaringan ikat longgar

- lapisan retikular: tebal, jaringan ikat padat

Jaringan ikat

1. Fibroblas: mensitesis kolagen, glikoprotein

2. Sel mast: berperan dalam perbaikan jaringan dan sebagai respon inflamotorik

3. sel makrofag: menghasilkan monosit yang beredar dalam darah

4. sel adiposit: sel jaringan khusus yang menyimpan lemak

2. Mekanisme otot (kontraksi)

1. suatu potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai keujungnya
sampai serabut otot.

2. diserap ujung saraf menyekresi zat neurotransmitter, yaitu asetilkoolin dalam


jumlah sedikit.
4

3. asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot untuk
membuka banyak kanal kation berpintu “asetilkolin” melalui molekul protein
yang terapung pada membran.

4. terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion netrium untuk


berdifusi kebagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan
depolarisasi setempat yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium
berpintu listrik (vlotagated sodium channels) peristiwa ini akan menimbulkan
suatu potensial aksi pada membran.

5. potensial aksi akan berjalan disepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan disepanjang membran serat saraf.

6. potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Disini, potensial aksi
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium,
yang telah tersimpan didalam retikulum ini.

7. ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan
menghasilkan proses kontraksi.

8. setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran ca++ dan ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion
kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.

3. Lapisan tulang dari luar tulang sampai kedalam tulang

- periosteum

- tulang kompak

- tulang spons
5

- endosteum

- sum-sum tulang

Jenis-jenis otot pada tulang

- osteoblas

- osteosit

- osteoklas

4. Kalsium: pembentukan dalam garam-garam tulang yaitu, timbunan kristalid dala


matriks dan tulang terdiri dari ca dan pospat untuk kontraksi otot.

Vitamin D: memiliki efek kuat untuk meningkatkan absorpsi ca dari usus,


memiliki efek penting bagi pembentukan absorpsi tulang. Tetapi
vitamin D harus dirubah melalui rangkaian reaksi dihati dan ginjal.

5. - menyebabkan tulang menjadi rapuh (osteoporosis)

- nyeri otot persendian

- kekebalan tubuh berkurang


6

MIND MAP

Kulit, Tulang, Otot

Lapisan kulit Struktur Mekanisme Peran


tulang kontraksi kalsium,
otot Vitamin D

Struktur,
sifat, fungsi Tulang Otot

Keratin

Kontrak
Matriks si otot
ekstraseluler

Melanin

Jaringan ikat
kolagen, jaringan
ikat elastin
7

STEP 5

1. Struktur, sifat, dan fungsi jaringan ikat kolagen, elastin, dan matriks ekstraseluler,
melanin, keratin

2. Jelaskan struktur pada tulang

3. Peran kalsium dan vitamin D tulang dan otot

4. Mekanisme kontraksi otot

STEP 6

Belajar Mandiri

STEP 7

1. Stuktur, Sifat, dan Fungsi dari:


a. Kolagen
Tersusun atas subunit tropokolagen yang urutan asam amino rantai-α
memungkinkan klasifikasi kolagen menjadi setidaknya 20 tipe serat yang
berbeda. Jaringan ini dalam keadaan hidup berwarna putih. Pada potongan
memanjang, terdiri dari serat-serat tebal yang tersusun padat pada berkas-berkas.
Serat-serat itu tidak bercabang. Diantara serat-serat itu terdiri dari inti fibrosit
berwarna biru dan amat gepeng karena terjepit oleh berkas serat. Pada potongan
melintang, agak sukar melihat seratnya satu persatu. Namun, masih terlihat inti-
inti fibrosit yang gepeng dan sering tampak seperti sel bersayap yang sebenarnya
adalah sitoplasma sel yang juga terjepit. Diantara serat-serat kolagen terdapat
jaringan ikat longgar. Fungsi dari kolagen ialah untuk menahan tekanan.
Terdapat pada dermis, tendok, ligamen, dan lain sebagainya.3
Kolagen memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis tersebut tersaji dal tabel dibawah
ini:
8
9

Tabel 1: Jenis-jenis kolagen1

b. Elastin
Serat elastin tidak seperti kolagen. Elastin sangat lentur dan dapat
terentang satu setengah kali panjang normalnya tanpa putus. Saat
rentangan dilepaskan serat elastin kembali ke bentuk normalnya, Serat
ini biasanya ramping, panjang, dan bercabang pada jaringan ikat, tetapi
dapat membentuk berkas kasar pada ligamen dan lembaran berpori. 3
Memiliki serat elastin kasar yang bercabang dengan sedikit serat
kolagen yang membentuk jalinan. Fibroblas tersebut tidak merata
diseluruh rung interstisial. Serat elastin terletak paralel fenestrated
membranes (lembaran berfenestra). Fenestra membranes bisa
didapatkan di pembuluh darah besar, ligamentum, flava pada kolumna
vertebralis dan ligamen susoensorrum penis.1
c. Matriks ektstraseluler
Yang terdiri atas substansi dasar dan serat, memberikan tahanan
terhadap kompresi dan peregangan. Matriks ekstraseluler (ECM) yaitu
suatu kompleks makromolekul yang tidak hidup yang diproduksi oleh
sel dan dikeluarkan ke ruang ekstraseluler.
Beberapa jaringan,seperti epitel,membentuk lembaran sel dengan hanya
sedikit matriks ekstaseluler. Sebaliknya jaringan ikat, tersusun atas
sebagian besar matriks ekstraseluler dengan sedikit sel tersebar
diseluruh matriks. Meskipun pada awalnya diduga bahwa matriks
ekstraseluler sekedar membentuk unsur kerangka pada jaringan yang
ditempatinya,sekarang diketahui matriks ekstraseluler juga dapat1:
1. Memodifikasi morfologi dan fungsi sel
2. Mengatur kelangsungan hidup sel
3. Mempengaruhi perkembangan sel
4. Mengatur perpindahan sel
5. Mengarahkan aktivitas mitosis sel
10

6. Membentuk hubungan antarsel

Dalam matriks ekstraselular, terdapat substansi dasar yang meliputi:

1. Glikosamonoglikan
Adalah polisakarida panjang tidak fleksibel dan tidak bercabang,
tersusun atas serangkaian unit disakarida berulang. Salah satu di antara
dua disakarida berulang selalu merupakan gula amino (N-
asetilglukosamin atau N-asetilgalaktosamin), sedangkan yang lainnya
biasanya berupa sebuah asam uronat (iduronat atau glukoronat). Oleh
karena gula ini juga mempunyai gugus karboksil yang menjulur darinya,
maka gula ini bermuatan negatif sehingga menarik kation seperti
natrium (Na+).2
2. Proteoglikan
Adalah sekumpulan makromolekul masing-masing tersusun atas sebuah
inti protein yang berikatan secara kovalen dengan sejumlah
glikosaminoglikan. Proteoglikan mempunyai banyak fungsi.
Volumenya besar sehingga dapat menahan kompresi serta
memperlambat pergerakan cepet mikroorganisme dan sel metastasis,
dengan cara yang sama, dapat memfasilutasi pergerakan normal sel
dengan memungkinan sebagian proteoglikan, seperti sindekan, tidak
dilepaskan ke ECM (matriks ekstraseluler) melainkan menempel pada
membran sel.2
3. Glikoprotein
Glikoprotein perekat sel mempunyai tempat berikatan untuk beberapa
komponen matriks ekstraseluler juga molekul interrin membran sel yang
memfasilitasi pelekatan sel dengan matriks ekstraseluler. Kemampuan
sel untuk melekat pada unsur-unsur matriks ekstraseluler sebagian besar
diperantarai oleh glikoprotein perekat sel. Markromolekul besar ini
mempunyai beberapa domain, setidaknya salah satu diantaranya
biasanya berikatan dengan protein permukaan sel yang disebut integrin,
11

satu ke serat kolagen, satu lagi ke proteoglikan. Melalui cara ini,


glikoprotein perekat mempererat komponen jaringan satu sama lain.2
Jenis-jenis utama glikoprotein perekat diantaranya sebagai berikut2:
a. Fibronektin, merupakan sebuah dimer besar yang tersusun atas 2
subunit polipeptida serupa, masing-masing sekitar 220.000 Da,
melekat satu sama lain pada ujung karboksilnya melalui ikatan
disulfida. Tiap lengan makromolekul berbentuk V ini mempunyai
tempat berikatan bagi berbagai komponen ekstraselular (seperti
kolagen, heparin, heparan sulfat, dan asam hialuronat) dan untuk
integrin pada membran sel. Daerah fibronektin yang spesifik untuk
berlekatan dengan sel mempunyai urutan tiga residu yakni arginin,
glisin, dan aspartat, disebut dengan urutan RGD. Urutan asam amino
ini merupakan karakteristik tempat berikatan integrin pada sebagian
glikoprotein perekat. Fibronektin sebagian besar diproduksi oleh sel
jaringan ikat yaitu fibroblas. Komponen aktin sitoskeleton sel ini
dan miosin pasangannya berinteraksi, mengakibatkan tekanan pada
plasmalema. Molekul integrin meneruskan kekuatan regangan
kepada molekul fibronektin yang baru dieksositosis,
meregangkannya sampai tembat berikatan yang tersembunyi
menjadi terlihat dan fibronektin dapat saling berikatan membentuk
matriks fibronektin. Fibronektin juga terdapat dalam darah sebagai
fibronektin plasma, tempat ia memfasilitasi penyembuhan luka,
fagositosis, dan koagulasi. Fibronektin dapat melekat sementara ke
membran plasma sebagai fibronektin permukaan sel. Fibronektin
menandai jalur migrasi untuk sel embrionik sehingga sel yang
bermigrasi pada organisme yang berkembang dapat mencapai
tujuannya.
b. Laminin, merupakan glikoprotein yang sangat besar (950.000 Da),
tersusun atas tiga rantai polipeptida besar, A, B1, dan B2. Rantai A
membungkus rantai B, membentuk pola silang dari satu rantai
12

panjang dan tiga rantai pendek. Ketiga rantai pendek dipertahankan


pada posisinya oleh ikatan disulfida. Lokasi laminin hampir selalu
terbatas pada lamina basal. Oleh karena itu, glikoprotein ini
mempunyai tempat berikatan untuk heparan sulfat, kolagen tipe IV,
entaktin, dan membran sel. Glikoprotein tersulfasi entaktin (juga
dikenal sebagai nidogen) terikat pada molekul laminin pada tempat
pertemuan ketiga lengan pendek molekul tersebut. Entaktin juga
terikat pada kolagen tipe IV sehingga memfasilitasi pengikatan
laminin ke jejaring kolagen.
c. Tenasin, merupakan glikoprotein besar yang tersusun atas enam
rantai polipeptida yang disatukan oleh ikatan disulfida.
Makromolekul ini yang menyerupai serangga berkaki enam yang
menjulur dari badannya sejara radial, mempunyai tempat berikatan
untuk sindekan proteoglikan transmembran dan untuk fibronektin.
Distribusi tenasin biasanya terbatas pada jaringan embrionik dimana
dia menandai jalur migrasi sel tertentu.
d. Kondronektin dan osteonektin serupa dengan fibronektin. Yang
pertama mempunyai tempat berikatan untuk kolagen tipe II,
kondroitin sulfat, asam hialuronat dan integrin kondroblas dan
kondrosit. Osteonektin mempunyai domain untuk kolagen tipe I,
proteoglikan, dan integrin osteoblas dan osteosit. Sebagai tambahan,
ia dapat memfasilitasi pengikatan kristal kalsium hidroksiapatit
kepada kolagen tipe I pada tulang.

d. Melanin
Warna ditentukan berbagai faktor, dan yang terpenting adalah
kandungan melanin dan korten dalam keratinosit dan sejumlah
pembuluh darah dalam dermis. Melanosit berasal dari krista neutral
yang bermigrasin ke stratum basal yang berkembang dan ditempat ini
akhirnya menetap untuk setiap lima atau enam keratinosit basal (600-
13

1200/mm2 kulit). Melanosit memiliki badan sel yang bulat dan


membentuk hemidesmosom dengan lamina basal, tetapi tanpa
desmosom dengan keratinosit yang bersebelahan.1
e. Keratin
Keratinosit, yang membentuk populasi terbesar sel, tersusun dalam 5
lapisan; Tiga jenis sel lainnya tersebar di antara keratinosit pada lokasi
tertentu. Oleh karena keratinosit terus menurus mengelupas dari
permukaan epidermis, populasi sel ini harus diperbarui secara konstan.
Perbaruan ditempuh melalui aktivitas mitosis keratinosit pada lapisan
basal epidermis. Keratinosit melakukan mitosis pada malam hari, dan
seiring pembentukan sel baru, sel diatasnya terdorong ke permukaan.
Dalam perjalanan sel ke arah permukaan, sel berdiferensiasi dan mulai
mengakumulasi filamen keratin pada sitoplasmanya. Akhirnya, pada
saat sel dekat dengan permukaan, sel mati dan terkelupas, proses ini
berlangsung selama 20-30 hari.1

2. Struktur Tulang
a) Tulang Panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan bentuk
silindris. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan
dalam pergerakan. 4
b) Tulang Pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur,
dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan
kekompakkan pada area yang pergerakkannya terbatas. 4
c) Tulang Pipih ada pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada. Struktur
tulang yang mirip lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas
untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan. 4
d) Tulang Irreguler adalah tulang yang bentuknya tidak berarturan.
Strukturnya itu tulang cancellus yang ditutupi lapisan tulang kompak yang
tipis. 4
14

e) Tulang Sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formast


persendian atau bersambungan dengan kartilago. 4

Jaringan Tulang

Jaringan tulang, seperti kartilago tersusun dari saraf dan sel serat dan matriks,
tapi jaringan ini lebih kuat daripada kartilago karena matriksnya terkandung
kalsium anorganik dan garam fosfat yang memberikan kekerasan dan
kemampuan untuk menopang berat tubuh. 4
1. Jenis sel
a. Osteoblast, menyintesis unsur unsur organik tulang. Sel ini bertanggung
jawab untuk pembentukan tulang tulang baru selama pertumbuhan,
perbaikan, dan membentuk kembali tulang. 4
b. Osteosit, adalah sel matang yang mengisi lakuna dalam matriks. 4
c. Osteoklas adalah sel sel yang bertanggung jawab untuk menghancurkan
dan membentuk tulang. 4
2. Jenis jaringan tulang

Berdasarkan porositasnya, tulang dapat diklasifikasikan menjadi4:

a. Tulang kompak, berbentuk padat kecuali pada kanalikuli


mikroskopiknya. Tulang kompak terletak dibagian eksternal tulang
panjang. Struktur dasar pada tulang kompak dewasa adalah Sistem
Havers (osteon) masing-masing system havers memiliki Saluran
Havers Sentral yang dikelilingi oleh lamela, merupakan cincin
konsentris zat intersellular.
b. Tulang cancellus (tulang berspon atau tulang trabekular). Tulang
cancellus terletak dibagian tulang kompak.
15

3. Lakuna mengandung osteosit dan kanalikuli yang terletak dalam lamela.


Kanalikuli bercabang dari seluruh permukaan lacuna untuk berhubungan
dengan kanalikuli lainnya melalui saluran Havers. 4

4. Periosteum dan Endosteum. Tulang dilapisi secara eksternal dan internal


oleh lapisan sel pembentuk tulang dan jaringan ikat rapat. 4

Gambar 1: Struktur mikroskopis tulang.4


16

3. Peran Vitamin D dan Kalsium dalam Otot Rangka, Polos dan Tulang
a. Peran vitamin D pada tulang yaitu meningkatkan kepekaan tulang
terhadap PTH. Karena itu, vitamin D dan PTH saling bergantung secara
erat. PTH pada dasarnya bertanggung jawab mengontrol homeostasis
Ca2+ karena efek vitamin D terlalu lambat untuk berperan secara
signifikan dalam regulasi menit ke menit konsentrasi Ca2+. Selain itu
vitamin D juga untuk meningkatkan resorpsi tulang (bila diperlukan)
sehingga kalsium dilepaskan.5
b. Peran vitamin D dalam otot yaitu pada konsentrasi darah yang lebih
tinggi dari pada yang diperlukan untuk melindungi tulang dan tampak
menambah kekuatan otot.6
c. Peran kalsium dalam tulang yaitu untuk memberikan bentuk atau struktur
pada tulang dan gigi. Kalsium ada dalam bentuk kristal kalsium posfat.6
d. Peran kalsium pada otot rangka yaitu kalsium berikatan dengan troponin
pada filamen tipis, pengikatan kalsium ke troponin menyebabkan
troponin berubah bentuk, secara fisik memindahkannya menjauh dari
posisi menghambatnya ini membuka tempat ikatan aktin untuk jembatan
silang miosin.7
e. Peran kalsium pada otot polos yaitu kalsium berikatan pada myosin di
filament tebal, secara kimiawimenyebabkan fosforilasi jembatan silang
miosin sehingga jembatan tersebut dapat berikatan dengan aktin.
Calmodulin berperan sebagai second messenger dalam pengaktifan gen
(mengontrol ekspresi gen) mRNA yang dihasilkan oleh 4-5 gen, salah
satu gen menyandikan calmodulin, dan dua gen lainnya menyandikan
dua protein yang berkerabat dekat. Calmodulin dapat mengaktifkan gen
untuk duplikasi (memproduksi dirinya sendiri). Calmodulin juga
merupakan activator kuat berbagai berbagai enzim penting dalam
berbagai fungsi sel. Jadi protein calmodulin setelah berafinitas dengan
Ca++ akan berubah menjadi bentuk aktif sebagai regulator berbagai
enzim dalam sel. Aktivasi makin jelas, karena konsentarsi yang terbesar
17

terdapat pada daerah meristem dan ujung akar yang aktif berkembang
dari pada jaringan dewasa. Peran calmodulin sebagai regulator enzim,
misalnya Ca++ATP-ase, NAD-kinase, enzim fosforilasi (kinase dan
fosfatase) dan sebagai regulator enzim lainnya.
18

4. Mekanisme Kontraksi Otot

5. Gambar 2: Mekanisme kontraksi otot. 5


19

Bagan 1: Mekanisme kontraksi otot. 5

1. Potensial Aksi tiba di


Neuromuskular Junction,
merangsang pelapisan asetilkolin
yang berdifusi menembus celah 8. Tidak adanya Ca2+
dan memicu potensial aksi di tropomiosin kembali
serat otot. menghambat tempat jembatan
silang

2. potensial aksi menembus


membrane dalam otot melalui
tubulus T. Potensial aksi di tubulus
T mmicu pelepasan Ca2+.
7. Jembatan silang lepas. Jika Ca2+
masih ada, kembali ke tahap 5.

3. Ca2+berikatan dengan
troponin pada filament tipis
aktin.
6. Jembatan silang myosin
mendorong filament tipis
aktin kearah sarkomer.
4. pengikatan Ca2+ menyebabkan Terjadi kontraksi.
troponin pindah posisi, sehingga
membuka tempat ikatan pada
aktin untuk membentuk jembatan
silang cross bridge.

5. jembatan silang myosin melekat


pada aktin di tempat ikatan
terpanjang
20

Bagan 2: Mekanisme kontraksi otot polos. 5

Kalmodulin Ca2+ + myosin


(filamen tebal)

Rantai ringan myosin


kinase aktif

Jembatan silang myosin


terfosforilasi (dapat
berikatan dengan aktin)

Kontraksi
21

Gambar 3: Perbedaan mekanisme kontraksi otot polos dan otot lurik. 5


22

Daftar Pustaka

1. Mescher LA. Histologi Junquera Teks dan Atlas. Edisi 11. EGC. Jakarta: 2012.
2. Weil AP, Kennelly JP, Botham MK, Bender AD, Rodwell WV. Biokimia Harper.
30rd rev ed. EGC. Jakarta: 2017.
3. Sugito W., Martoprawiro, Isworo G., Robertus T., Isnani A., Jeanne A., DKK.
Penuntun Praktikum Histologi Dasar. Dian Rakyat. 2013.
4. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC. 2003.
5. L. Sherwood. Introduction to Human Physiology. Edisi 8. China: 2013.
6. Appleton, Vanbergen, O’neill, murphy. Sistem Endokrin, Metabolisme dan
Nutrisi. Edisi 1. Elsevier. 2015.
7. Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Indonesia:
2017.

Anda mungkin juga menyukai