Skenario 2
“Kaki Gajah”
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
bengkak pada tungkai kiri sejak satu minggu yang lalu. Setelah dilakukan
pemeriksaan, dokter mendiagnosis filariasis (kaki gajah). Keluhan serupa juga
dialami tetangganya hingga di rawat di Rumah sakit. Pasien tinggal dilingkungan
yang kurang menjaga kebersihan. Kamar mandi keluarga yang dirumah
menggunakan bak mandi berukuran 2x1 meter dan tidak ditutup. Puskesmas
akhirnya mendatangi daerah tersebut dan melaporkan ke Dinkes setempat untuk
dilakukan Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM).
STEP 1
1. Filariasis : Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial
yang yang menyerang KGB, jaringan dan organ.
2. POPM : Pemberian obat yang dilakukan secara serentak untuk mematikan
filaria.
STEP 2
1. Apa penyebab filariasis?
2. Mengapa terjadi bengkak pada pasien?
3. Bagaimana gejala klinis penyakit filariasis?
4. Bagaimana hubungan kebersihan dengan filariasis?
5. Bagaimana pencegahan dari filariasis ?
STEP 3
1. -Disebabkan oleh Wucehereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.
-Disebarkan oleh cacing Filariae dari famili Filaridae yang ditemukan dalam
satu sistem peredaran darah.
2. -Karena cacing dewasa menyumbat KGB
-Aliran limfe retrogarde.
3. -Gejala klinis : Peradangan, filariasis bancrofti berlangsung lama dan
perputaran klinis filariasis tanpa gejala filariasis dengan penyumbatan
-Tahap awal dan tahap klinis.
2
STEP 4
1. Dalam epidemiologi :
Vektor : Perantara antara agen infeksi dan host
Reservoir : Tempat berkembangnya agen infeksi, seperti manusia,
hewan dan tumbuhan.
Cacing Filaria adalah agen infeksi yang hidup di jaringan ikat, otot,
peredaran darah, limfe. Reservoirnya nyamuk Culex dan
Anopheles, nyamuk ini juga sebagai vektor macam macam
penyakit. Contohnya Malaria, DBD dan Filariasis.
Malaria
Agen infeksinya adalah protozoa (Parasit obligat intraseluler)
(Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,
Plasmodium falciparum)
2. Patogenesis Filariasis
Cacing Wuchereria bancrofti hospes definitif manusia, penularan
lewat vektor nyamuk cacing dewasa tinggal di pembuluh limfe,
mikrofilaria di pembuluh darah dan pembuluh limfe.
Mikrofilaria dihisap nyamuk lalu terinfeksi (bersaran dilambung,
berubah stadium 1,2,3) lalu nyamuk yang terinfeksi menggigit
manusia terjadi pertumbuhan larva menjadi cacing dewasa ke
pembuluh limfe mengakibatkan retrogarde dan akhirnya
menyebabkan limfadema
Cacing dewasa menghasilkan 50.000 mikrofilaria
Stadium 1 : Mikrofilaria masuk ke lambung nyamuk lalu ke thorax.
Stadium 2 : Mikrofilaria berbentuk lebih gemuk dan panjang.
3
Malaria :
Demam, ikterus, splenomegali, mengigil, nyeri kepala, malaise,
penurunan kesadaran, keadaan anoreksia.
DBD :
Demam, nyeri sendi, ruam kulit, penurunan kesadaran, pendarahan
(mimisan), malaise, BAB Hitam.
4. Epidemiologi 80% penduduk bisa mengalami infeksi tetapi punya hanya
10-20 % populasi yang menunjukan gejala klinis.
Vektor (nyamuk Culex) berkembang ditempat – tempat kumuh dan
genangan air untuk indonesia (Negara beriklim tropis) pemerintah
menerapkan 3 M (Menutup, Mengubur, dan Menguras)
a. Diagnosis filariasis
- Pemeriksan penunjang : Deteksi peningkatan mikrofilaria di darah
dan di cairan hidrokel
- Pemeriksaan fisik : Pembesaran kelenjar limfe didaerah inguinal.
b. Diagnosis DBD
- Trombositopenia ( <100.000)
4
5. a. Pengobatan filariasis.
Pemberian DEC dosis rendah (Menurut WHO) karena punya efek
samping.
Pemberian abendazole dosis 400 mg/KgBB
Pemberian Ivermectin dosis 200 mg/KgBB diberikan 1 tahun
sekali selama 5 tahun berturut – turut wajib menuruti POPM umur
2 – 70 tahun, kecuali ibu hamil dan lain lain. Apabila hasil
surveilans >1% atau sama hanya diberikan kepada penderita.
b. Pengasapan dan pengabutan.
Termal fogging
c. Abate dimasukan ke sarang nyamuk.
d. Penebaran bibit ikan pemakan jentik.
e. Pemakaian obat nyamuk oles dan memasang kelambu ketika tidur.
MIND MAP
PENYAKIT YANG
DIPERANTARAI OLEH
VEKTOR
FILARIASIS,
DBD,
MALARIA
ETIOLOGI,
PATOFISIOLOGI,
GEJALA KLINIS,
DIAGNOSIS,
PENCEGAHAN,
PENGENDALIAN
5
STEP 5
1. Vektor dan reservoir (definisi dan macam-macamnya)
2. Macam – macam penyakit yang diperantarai vektor.
3. Penjelasan penyakit (malaria, DBD, filariasis, dan chikungunnya).
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. VEKTOR DAN RESERVOIR (DEFINISI DAN MACAMNYA)
Vektor adalah hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab
penyakit (agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan. Vektor
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu vektor mekanik dan vektor biologik. Vektor
·mekanik yaitu hewan avertebrata yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut
mengalami perubahan, sedangkan dalam vektor biologik agen mengalami
perkembangbiakan atau pertumbuhan dari satu tahap ke tahap yang lebih lanjue.
Contoh Aedes aegypti bertindak sebagai vektor demam berdarah. 1
Timmreck (2004) menyebutkan bahwa vektor adalah setiap makhluk hidup
selain manusia yang membawa penyakit (carrier) yang menyebarkan dan
menjalani proses penularan penyakit, misalnya lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil
seperti mencit, tikus, atau hewan pengerat lain. Vektor menyebarkan agen dari
manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau hewan lain yang rentan
melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui
kontaminasi pada makanan. 1
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, a tau zat organik (seperti
tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen.
Sewaktu agen bcrkembang biak dalam reservoir , mereka melakukannya
sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan. 1
Sedangkan konsep reservoir menurut Soebarsono (2005), bahwa reservoir host
adalah hewan vertebrata yang merupakan sumber pembawa agen, sehingga
penyakit tersebut dapat terjadi secara lestari atau berkesinambungan tanpa hewan
tersebut menunjukkan gejala klinik a tau gejala penyakit bersifat ringan. Contoh :
babi, sapi, domba merupakan reservoir dari virus Japanese encephalitis. 1
6
Walaupun ada berbagai definisi vektor dan reservoir menurut para ahli, tetapi
ada definisi yang dapat digunakan sebagai rujukan yakni International Health
Regulation (IHR) 2005 sebagai peraturan kesehatan intemasional yang telah
diberlakukan sejak Juni 2007 (sebagai pengganti dari IHR 1969). Dalam bagian I
tentang definisi, maksud dan ruang lingkup prinsip-prinsip dan otorita yang
berkompeten, pasal 1 tentang definisi menyebutkan definisi vektor dan reservoir
sebagai berikut : 1
"Vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman
penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat. Reservoir
adalah hewan, tumbuhan atau benda dimana bibit penyakit biasanya hidup".
Sumber penularan atau reservoir ini dapat merupakan resiko bagi kesehatan
masyarakat. 1
Pengertian yang bisa mencakup beberapa konsep diatas, bahwa vektor adalah
golongan arthropoda atau binatang yang tidak bertulang belakang lainnya
(avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari satu sumber/reservoir ke
pejamu potensial. Pada penularan penyakit melalui vektor secara mekanik, maka
agen dapat berasal dari tinja, urine maupun sputum penderita hanya melekat pada
bagian tubuh vektor dan kemudian dapat dipindahkan pada makanan atau
minuman pada waktu hinggap/menyerap makanan tersebut. Contoh : lalat
merupakan vektor mekanik penyakit diare. Adapun pada penularan penyakit
melalui vektor secara biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh vektor melalui
gigitan ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor, agen
berkembang biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja, sampai pada
akhirnya menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk
berpindah ke pejamu potensial. Contoh : Culex quinquefasciatus merupakan
vektorpenyakitkaki gajah (filaria). 1
Pada penularan penyakit melalui vektor secara biologis, perubahan bentuk
atau perkembangbiakan agen dibedakan sebagai berikut: 1
1. Cyclo propagative transmission Agen mengalami perubahan stadium dan
perkembangbiakan di dalam tubuh vektor. Contoh : Plasmodium (agen malaria) di
dalam tubuh nyamuk.
7
4. Pengendalian Fisik. Pada cara pengendalian ini digunakan alat fisika untuk
pemanasan, pembekuan dan penggunaan alat listrik untuk pengadaan angina,
penyinaran yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan serangga.
5. Pengendalian Biologik. Dengan memperbanyak pemangsa dan parasite
sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga
yang menjadi vector atau menjadi hospes perantara.
6. Pengendalian genetika. Pengendalian ini bertujuan mengganti populasi
serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang tidak merugikan.
Beberapa cara berdasarkan mengubah kemampuan reproduksi dengan jalan
memandulkan serangga jantan.
7. Pengendalian legislatif. Untuk mencegah tersebarnya serangga berbahaya
dari suatu daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia, diadakan
peraturan dengan sanksi oleh pemerintah.
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah atau zat organis (seperti
tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen.
Sewaktu agen berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya
sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan. 1
• Reservoir bisa berupa hewan, tumbuhan, manusia serta sumber-sumber
lingkungan lainnya, dimana agen biasanya hidup secara normal dan
berkembang biak. Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena
reservoir adalah komponen utama dari lingkungan penularan dimana agen
meneruskan dan mempertahankan hidupnya, dan juga sekaligus sebagai
pusat/sumber penularan dalam suatu lingkungan penularan. Entomologi
kedokteran ialah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan
penyakit yang disebabkan oleh antropoda. 1
• Antropoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas, yaitu badan beruas-
ruas, umbai-umbai yang juga beruas-ruas, eksoskelet dan bentuk badan
simetris bilateral. Eksoskelet tersebut berfungsi sebagai penguat tubuh,
pelindung alat dalam, tempat melekat otot, pengaturan penguapan air dan
penerus rangsang yang berasal dari luar tubuh. 1
10
• Bila di dalam tubuh vektor, parasit berubah bentuk dan membelah diri
menjadi banyak, disebut penularan siklikopropagatof, sedangkan bila di
dalam tubuh vektor parasit hanya berubah bentuk menjadi infektif disebut
penularan siklikodevelopmental. 1
sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang anophelini biasanya 0.5 – 3 km.
umur nyamuk dewasa anophelini 1 – 2 minggu. 1
b. Vektor Tripanosomiasis Afrika
• Lalat penyebab penyakit ini adalah lalat Tsetse yang berukuran 6 – 13 mm,
mengalami metamorphosis sempurna, bersifat vivivar, mempunyai tipe
mulut tusuk isap. Jantan dan betina mengisap darah dengan aktivitas
menggigit pada pagi hari. 1
• Ada dua spesies yang berperan sebagai vector biologic antara lain
Glossina morsitans yang menularkan di Afrika bagian timur, dan Glossina
palpalis yang menularkan di Afrika bagian barat. 1
Vektor Penyakit Virus
a. Demam Berdarah Dengue
• Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
ukuran nyamuk rumah, mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai
gambaran lira yang putih pada punggungnya. Telurnya mempunyai
dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran kain kassa. 1
• Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1 –
2 cm di atas permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-
rata 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah 2 hari telur menetas menjadi
larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh
menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur
sampai menjadi dewasa memerlukan waktu 9 hari. 1
• Tempat perindukan utamanya adalah tempat-tempat berisi air bersih yang
berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi
jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk betina mengisap darah manusia pada
siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah.
Tempat istirahatnya berupa semak-semak atau tanaman rendah. Umur
nyamuk dewasa betina kira-kira 10 hari dan mampu terbang sejauh 2 km
walaupun jarak terbangnya kurang dari 40 meter. 1
12
b. Japanese B.encephalitis
• Penyakit ini ditemukan di Asia Tenggara (Filipina, Kamboja, Muagthai,
Malaysia dan Singapura). Gejala klinis penyakit ini berupa demam, sakit
kepala, mual, muntah, lemas, malaise. 1
• Vektor penyakit ini adalah nyamuk Culex tritaeniorhynchus. Tempat
perindukannya di rawa dan sawah. Pengisapan darah dilakukan pada
malam hari. 1
c. Chikungunya
• Vektor penyakit inbi adalah Aedes aegypti. Gejala klinis mirip Japanese
B.encephalitis yang ditandai dengan demam, sakit kepala seperti influenza
dan penderita mengalami kelumpuhan motoric yang tidak permanen. 1
Vektor Penyakit Riketsia
a. Demam Semak
• Penyakit ini ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Irian. Penyebabnya adalah Ricketsia tsutsugamushi. Vektor penyakit
ini adalah tungau Leptotrombidium akamusi. 1
• Leptotrombidium dewasa berukuran kira-kira 1 mm, berkaki 4 pasang,
badannya berbulu, hidup sebagai pemangsa antropoda lain dan biasanya
pemakan tanaman. Hanya stadium larva yang menghisap darah manusia
dan mamalia. Telur tungau ini diletakkan di tanah atau di tangkai daun
tanaman rendah. Setelah telur menetas, keluarlah larva yang berkaki 3
pasang. Larva ini lalu mencari mangsanya untuk menghisap darah
(burung, tikus dan manusia) yang berada di dekatnya. Setelah kenyang
makan, larva akan menjatuhkan diri ke tanah dan berubah menjadi stadium
nimfa dan menjadi dewasa. Waktu yang dibutuhkan dari telur menjadi
dewasa 1 – 2 bulan. 1
• Ricketsia tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit tikus ladang, larva
tungau mendapat infeksi ketika menghisap darah selama 2 – 4 hari pada
daun telinga, hidung atau pangkal ekor hospes. 1
13
c. Chikungunya
Vektor: Nyamuk Aedes aegypti.
Agen infeksi:
Reservoir: manusia, genangan air bersihdalam wadah yang tidak kontak
dengan tanah.
d. Demam Kuning
Vektor: Nyamuk Aedes aegypti.
Agen infeksi: virus yellow fever
Reservoir: manusia, genangan air bersihdalam wadah yang tidak kontak
dengan tanah.
4) Vektor Penyakit Bakteri [2]
a. Demam Tifoid
Vektor: Lalat Musca domestica
Agen infeksi: Bakteri Salmonella typhii
Reservoir: makanan dan manusia
b. Leptospirosis
Vektor: Tikus
Agen infeksi: Bakteri Leptospira
Reservoir: makanan, manusia, tikus, sapi dan babi
5) Vektor Penyakit Riketsia [2]
a. Demam Semak
Vektor: Tungau Leptotrombidium akamusi, Tungau Leptotrombidium
deliensis, dan Tungau Leptotrombidium fletscheri.
Agen infeksi: Rikettsia tsutsugamushi
Reservoir: manusia.
Manifestasi Klinis
Anemia dan splenomegali merupakan gejala yang tersering dijumpai pada infeksi
malaria. Gejala yang klasik dari infeksi malaria yaitu terjadinya Trias Malaria
secara berurutan: 3
1. Periode dingin
Berlangsung selama 15-60 menit, pasien mulai menggigil, sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil,
seluruh tubuh akan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
naiknya temperatur;
2. Periode panas
Muka pasien menjadi merah, nadi cepat, dan panas badan akan tetap tinggi
selama beberapa jam, kemudian diikuti dengan periode berkeringat.
3. Periode berkeringat
Pasien akan mengeluarkan banyak keringat dan suhu tubuhnya akan turun,
pasien akan merasa sehat.
Komplikasi
a. Gagal Ginjal (GGA)
Kelainan fungsi ginjal sering terjadi pada penderita malaria dewasa. Kelainan
fungsi ginjal dapat pre-renal karena dehidrasi (>50%) dan hanya 5-1%
disebabkan nekrosis tubulus akut. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya
anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari sumbatan kapiler,
sehingga terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus. Secara klinis dapat terjadi
fase oliguria atau poliuria. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan yaitu
urin mikroskopik, berat jenis urin, natrium urin, serum natrium, kalium,
ureum, kreatinin, analisa gas darah serta produksi urin. 3
b. Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Jaundice atau ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falciparum. Pada
penelitia di Minahasa dari 836 penderita malaria, hepatomegali 15,9%,
hiperbilirubinemi 14,9% dan peningkatan serum transminase 5,7%. Pada
malaria biliosa (Malaria dengan ikterus) di jumpai ikterus hemolitik 17,2%
Ikterus obstruktip intra-hepatal 11,4% dan tipe campuran parekimantosa,
hemolitik dan obstruktif 78,6 peningkatan SGOT rata-rata 121 Mu/ml dan
24
SGPT 80,8 Mu/ml dengan ratio 1,5 peningkatan transminase biasanya ringan
sampai sedang dan jarang melebihi 200 iu, ikterus yang berat sering dijumpai.
3
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia dilaporkan sebagai keadaan terminal pada binatang dengan
malaria berat. Ini disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah
menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala
pada penderita dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan
kesadaran. 3
d. Blackwater fever (Malaria Hemoglobinuria)
Adalah suatu sindrom dengan gejala karakteristik serangan akut, menggigil,
demam, hemolysis intravascular hemoglobinemi, hemoglobinuri dan gagal
ginjal, biasanya terjadi pada komplikasi dari infeksi Plasmodium falciparum
yang berulang ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang
tidak adekuat. Akan tetapi adanya hemolisis karena kina atau antibodi
terhadap kina belum pernah dibuktikan. Malaria hemoglobinuria dapat terjadi
pada penderita tanpa kekurangan enzim G-6-PD dan biasanya parasit
falciparum positif, atau pun pada penderita kekurangan G-6-PD yang biasanya
disebabkan karena pemberian primakuin. 3
e. Malaria Algid
Yaitu terjadinya syok vaskular, ditandai dengan hipotensi (tekanan sistolik
kurang dari 70 mmHg) perubahan tahanan dan berkurangnya perfusi jaringan
gambaran klinik berupa perasaan dingin dan basah pada kulit, temperatul
rektal tinggi kulit tidak elastik pucat, pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan
darah turun. 3
f. Edema Paru/ ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang pada anak. Edema paru
merupakan komplikasi yang paling berat dari malaria tropika dan sering
menyebabkan kematian. Edema paru dapat terjadi karena kelebihan cairan
atau Acute Respiratory Distress Syndrome beberapa faktor yang dapat
menimbulkan edema paru yaitu kelebihan hipotensi, asidosis, dan uremi.
25
Tatalaksana
Tabel 3.1. Tatalaksana Malaria. 3
Pencegahan
a. Berbasis masyarakat: 4
1. Pola perlindungan tidap bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikanan kesehatan, diskusi
kelompok melalui kampanye masal untuk meningkatkan tempat perlindungan
masyarakat (pemberantasan sarang nyamuk, PSN) kegiatan ini meliputi
menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau
menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai
tempat air tergenang.
27
ini bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag dan monosit kemudian direkrut
dan menjadi target infeksi berikutnya. Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga
virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue
menyebabkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin
dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF- α, IL-1, PAF (Platelet
Activiting Factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel
endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma. 3
Respon imun yang berperan dalam patogenesis DHF adalah: 3
1. Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang
berperan dalam proses netralisis virus, sitolisi yang dimediasi
komplemen dan sitotoksin yang di mediasi antibodi.
2. Limfosit T baik T-Helper (CD4) dan Sitotoksik (CD8) berperan
dalam imun selular terhadap virus dengue. Diferensiasi T-
Helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2,
dan Limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6,
dan IL-10.
3. Monosit dan makrofag berperan dalam proses fagositosis virus
dengan opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag.
4. Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun
menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
penelitian lain yang menyatakan bahwa infeksi virus dengue meyebabkan aktivasi
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga
virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue
menyebakan T-Helper dan T-Sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan
interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
29
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue,
atau sindrom syok dengue (DSS). 3 Pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase ini, pasien
sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi jrenjatan jika
tidak mendapat pengobata ade kuat. 3
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari, timbul gejala
prodormal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan
perasaan lelah. 3
a. Demam Dengue (DD)
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut: 4
• Nyeri kepala.
• Nyeri retro-orbital.
• Mialgia.
• Atralgia.
• Ruam kulit.
• Petekie dan uji bendung positif.
b. Demam Berdarah Dengue (DBD) mempunyai tanda dan gejala sebagai
berikut: 4
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
• Terdapat minimal satu dari manifestasi pendarahan berikut:
- Uji bendung (+).
- Petekie, ekimosi, purpura.
- Pendarahan mukosa.
- Hematemesis atau melena terjadi karena adanya tromositopenia yang
mengakibatkan menurunnya koagulapati dan menyebabkan pendarahan hebat.
• Trombositopenia (<100.000/ul) diakibatkan karena adanya agregasi
trombosit
• Penurunan hematokrit > 20%.
31
• Keadaan umum memburuk, biasanya terjadi pada saat atau setelah demam
menurun, antara hari sakit ke 3-7
• Kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis
sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lembut
• Pada anak lesu, gelisah, syok, nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok
• Saat syok nadi lembut, cepat, kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan
nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang dan tekanan sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
Tabel 3.2. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue. 3
32
Gambar 3.3. Tatalaksana DHF Berdasarkan Kriteria Menurut WHO Tahun 2009. 3
40
3. FILARIASIS
Etiologi
Cacing filaria termasuk famili Filaridae dan dapat ditemukan dalam
peredaran darah, limfe, otot, jaringan ikat, atau rongga serosa pada vertebrata.
Vektor yang digunakan untuk penularan adalah nyamuk sebagai hospes perantara.
Kera. anjing. dan manusia berperan sebagai hospes definitif. Cacing filaria
termasuk famili Filaridae dan dapat ditemukan dalam peredaran darah, limfe,
otot, jaringan ikat, atau rongga serosa pada vertebrata. Vektor yang digunakan
untuk penularan adalah nyamuk sebagai hospes perantara. Kera. anjing. dan
manusia berperan sebagai hospes definitif. 3
Lingkungan hidup
Hospes detinitifnya hanya manusia. Pada manusia Wuchereria bancrofti
dapat hidup selama 5 tahun. Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk,
larva masuk meneruskan perjalanannya ke pembuluh dan kelenjar life tempat
mereka tumbuh sampai dewasa dalam waktu 1 tahun. Cacing dewasa ini sering
menimbulkan varises saluran limfe menuju ke pembuluh darah yang berdekatan
atau terbawa oleh saluran ke dalam aliran darah. 3
Patologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah
bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus
kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di
dalam dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi bersama
dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-
likunya sistem limfatik dan kerusakan atau inkompeten katup pembuluh getah
bening. 3
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema
keras terjadi pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi
akibat dan oleh respon imun pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya
menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi
total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh-pembuluh tersebut tetap
41
paten selama cacing tetap hidup dan bahwa kematian cacing tersebut
menyebabkan reaksi granulomatisa dan fibrosis. Dengan demikkian terjadilah
obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik. 3
Manifestasi klinis
ecara umum dapat dibagi menjadi 3 stadium, yakni
stadium tanpa gejala
stadium peradangan (akut), dan
stadium penyumbatan (menahun).
Stadium ini lebih terlihat pada filariasis Wuchereria brancofti karena dapat
berlangsung lama. Filariasis akibat Brugia malayi dan Brugia timori tidak pernah
mengenai sistem limfe alat kelamin.
1. Stadium tanpa gejala
Pada daerah endemis hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di
inguinal sedangkan pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah
besar disertai eosinofilia.
2. Stadium peradangan (akut)
Limfangitis, inflamasi eosinofil akut. demam, menggigil, sakit kepala, muntah,
dan kelemahan tubuh dapat terjadi. Stadium ini berlangsung beberapa hari hingga
minggu dan terutama menyerang saluran limfe tungkai. ketiak. epitrochlear. dan
alat kelamin. Pada laki-laki dapat ditemukan funikulitis. epididimitis, orkitis, dan
pembengkakan skrotum. Ulkus dapat timbul dengan cairan serosanguin.
Terkadang dapat muncul hematuria dan protein uria yang menandakan gangguan
ginjal. Fenomena lain adalah tropical pulmonary eosinophilia akibat respon
imunologik berlebih dengan tanda eosinofilia, gejala mirip asma/penyakit paru
restriktif/obstruktif, dan splenomegali.
3. Stadium penyumbatan (menahun)
Pada stadium ini dapat ditemukan hidrokel, limfedema, dan elefantiasis.
Limfedema tungkai dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu:
Tingkat 1: edema pitting tungkai, kembali normal bila tungkai diangkat
Tingkat 2: edema pittinglnonpitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai
diangkat
42
4. Chikungunnya
Demam chikungunya adalah jenis penyakit menular dengan gejala utama
demam mendadak, nyeri persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari
kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (bintik-bintik
kemerahan) pada kulit yang disebabkan oleh virus jenis Chikungunya, Genus
Alphavirus, Famili Togaviridae.1 Demam chikungunya adalah penyakit
disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk genus
Aedes.2 Chikungunya berasal dari bahasa Shawill yang menunjukkan gejala
pada penderita dengan arti posisi tubuh meliuk atau melengkung, mengacu
pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(arthralgia).3 dan sumber lain menyebut berasal dari bahasa Makonde yang
artinya melengkung ke atas yang adalah merujuk pada tubuh bungkuk karena
gejala arthritis penyakit ini. Demam Chikungunya relatif kurang berbahaya
dan tidak fatal dibandingkan dengan penyakit demam berdarah dengue
(DBD). Demam chikungunya merupakan penyakit self limiting disease
(sembuh sendiri). Masa inkubasi terjadinya penyakit sekitar dua sampai empat
hari, sementara manifestasinya timbul antara tiga sampai sepuluh hari. Gejala
utama terkena chikungunya, tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu
di persendian. Bahkan, terdapat gejala khas yaitu timbulnya rasa pegal-pegal,
ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang (demam tulang / flu tulang).
Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa
menimbulkan gejala sama sekali (silent virus chikungunya). Kelumpuhan
dapat terjadi pada kasus demam chikungunya walau hanya bersifat sementara
sebagai efek dari proses perkembangbiakan virus dalam darah yang
44
Pengobatan
Chikungunya pada dasarnya bersifat self limiting disease artinya penyakit yang
dapat sembuh dengan sendirinya. Hingga saat ini, belum ada vaksin maupun obat
khusus untuk Chikungunya, oleh karenanya pengobatan ditujukan untuk
mengatasi gejala yang mengganggu (simtomatis). Obat-obatan yang dapat
digunakan adalah obat antipiretik, analgetik (non-aspirin analgetik; non steroid
anti inflamasi Universitas Sumatera Utara 15 drug parasetamol, antalgin, natrium
diklofenak, piroksikam, ibuprofen, obat anti mual dan muntah adalah
47
Pencegahan Chikungunya
Sedangkan tindakan Plus (tambahan) yang dapat dilakukan untuk membantu 3M,
yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
REFLEKSI DIRI
51
REFLEKSI DIRI