Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA

PEKERJAAN :

PENYUS UN AN IDE NTIFIK ASI PE ND AT AAN D AN PERENC AN AAN TEKNIS


UNTUK RUM AH S W AD AY A PROVINSI K ALIM ANT AN S EL AT AN

DINAS PERUMAHAN DAN KAW ASAN PERMUKIMAN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2017

1
A. LATAR BELAKANG

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi
setelah pangan dan sandang. Pada masa modernisasi seperti sekarang, rumah tidak
hanya dipandang sebagai kebutuhan dasar untuk tempat tinggal saja, namun rumah
juga dipandang sebagai sumber daya kapital atau aset bagi usaha-usaha
pengembangan kehidupan sosial dan ekonomi pemiliknya.

UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman telah


menyatakan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
ditujukan untuk menjamin terwujudnya perumahan dan kawasan permukiman
yang layak huni dan terjangkau bagi masyarakat

Bahwa berdasarkan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011


tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dalam upaya peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola
penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis

Dalam kondisi ideal, peningkatan kebutuhan perumahan harus sebanding


dengan penyediaannya. Namun, pemerintah sebagai tokoh yang diharapkan mampu
mengatasi permasalahan perumahan yang dihadapi oleh masyarakat ternyata
mengalami banyak keterbatasan. Pola pembangunan perumahan yang dilakukan oleh
pemerintah serta pengembang swasta adalahskema pengadaan perumahan melalui
mekanisme pasar formal dengan fasilitas kredit bagi pembelinya.

Pola pembangunan seperti ini pada akhirnya terbentur pada kenyataan


rendahnya kemampuan masyarakat untuk menjangkau harga rumah yang ditawarkan
karena kenaikan pendapatan tidak seimbang dengan kenaikan harga rumah dan
menyebabkan daya beli(affordability) masyarakat secara relatif makin menurun dari
tahun ke tahun. Hal inilah yangmenyebabkan pola pembangunan perumahan yang ada
belum mampu menjangkau segmenmasyarakat berpenghasilan rendah.

Pemenuhan hunian dimaksud, tertuang dalam Peraturan Presiden No. 2


tahun 2015 tentang RPJMN antara lain melalui program pembinaan dan
pengembangan infrastruktur permukiman berupa kegiatan pembangunan dan
2
pengembangan kawasan perkotaan dengan sasaran meningkatnya kualitas
permukiman di 38.341 Ha daerah perkotaan. Hal ini diterjemahkan oleh Ditjen
Cipta Karya untuk dijadikan sebagai target utama rencana strategis tahun
2015-2019 antara lain terpenuhinya layanan air minum yang layak 100%, layanan
sanitasi yang layak 100%, dan berkurangnya kawasan permukiman kumuh
hingga 0%.

Pembangunan rumah secara swadaya merupakan salah satu upaya yang


dilakukan untuk memperbaiki akses ke sumber daya kunci yang akan mempercepat
mobilitas sosial dan pada gilirannya akan memperbaiki struktur sosial, sebagai salah
satu upaya pemberdayaan potensi masyarakat. Selain itu, upaya pembangunan
perumahan secara swadaya merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki perspektif pembangunan perumahan sebelumnya, yaitu pemerintah
hanya bertindak sebagai provider dan kurang melibatkan partisipasi masyarakat di
dalamnya. Tidak semua masyarakat mempunyai kemampuan yang sama dalam
mengakses dana perkreditan perumahan yang disediakan BTN serta Bank-bank umum
menyebabkan pemberdayaan masyarakat melalui upaya pembangunan rumah
swadaya menjadi hal yang patut diperhitungkan.Terlebih pada masyarakat yang
mempunyai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mempunyai rumah, namun
memiliki keterbatasan dalam hal ekonomi dan pengetahuan.

B. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud dari penyusunan Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk


rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah untuk
mengidentifikasi rumah yang tidak layak huni dalam hal ini adalah yang menjadi Acuan
kita untuk menggali data mengenai kondisi Aladin (Atap,Lantai,Dinding) masyarakat
MBR (masyarakat Berpenghasilan Rendah) di kota Banjarbaru.

Tujuan yang ingin dicapai dari Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis
untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah
mengidentifikasi serta Membuat Teknis Bangunan Rumah Swadaya.

Sasaran dari Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk rumah


3
Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah adalah :

a. Teridentifikasinya Rumah tidak Layak Huni di Kota Banjar baru.


b. Mengidentifikasi Kebutuhan Sarana Dan Prasarana untuk mendukung
Perencanaan Teknis Rumah Swadaya.
c. Teridentifikasinya kawasan perumahan dan permukiman yang akan
ditangani dengan pendekatan berbasis kawasan;
d. Teridentifikasinya dan tertingkatkannya kerjasama dan koordinasi antara
pihak-pihak yang terkait
e. Upaya penanganan lingkungan perumahan dan permukiman rumah
swadaya berwawasan lingkungan secara berkelanjutan;
f. Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman dan perilaku peningkatan hidup sehat masyarakat;

C. DIMENSI WAKTU PELAKSANAAN

Penyusunan Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk rumah


Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah secara menyeluruh
mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 4 bulan/160 hari.

Tabel Waktu Pelaksanaan Penyusunan Identifikasi Perencanaan Teknis Untuk


rumah Swadaya di kota Banjarbaru Prov.Kalimantan Selatan
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
Tahap Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1.Survey Lapangan dan wawancara.


2.Penyebaran Quesioner
3.Kompilasi data
4.Penyusunan Dokumen
5.Finalisasi dokumen

Ket: Pelaksanaan kegiatan

D. DASAR HUKUM
Adapun dasar hukum yang digunakan pada Pendataan dan perencanaan Teknis
untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah adalah
sebagai berikut.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan


4
Ruang
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2015-2019;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman Kumuh;
6. Peraturan Menteri pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (Permen PUPERA)
no 13/PRT/M/2016 tentang BSPS.

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN

1. LINGKUP MATERI

UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Tujuan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman:
1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

5
Pengertian Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Dalam Undang-Undang No. 01 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman terdapat beberapa pengertian terkait perumahan dan kawasan
permukiman, diantaranya adalah :

 Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. 


 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik


perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. 


 Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan


lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 


 Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman. 


 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. 


 Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

6
Gambar Ilustrasi Pengertian Rumah, Perumahan, Permukiman, Lingkungan Hunian dan Kawasan
Permukiman

KRITERIA UMUM KABUPATEN/KOTA PENERIMA BSPS

1. KRITERIA UMUM *)
1. Tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional
2. Jumlah rumah tidak layak huni di atas rata-rata nasional
3. Jumlah kekurangan rumah (backlog) di atas rata-rata nasional
4. Daerah tertinggal, atau
5. Daerah perbatasan negara.
*) Data Bappenas dan/atau BPS
2. KRITERIA KHUSUS
1. Program khusus
a. Pelaksanaan direktif Presiden
b. Termasuk program percepatan pembangunan nasional
c. Pelaksanaan kesepahaman (MoU);
2. Terdapat perumahan dan permukiman kumuh
3. Memiliki Komitmen dalam pembangunan perumahan (tercantum dalam DPA
tahun berjalan)
a. Program Perumahan melalui APBD
b. Memiliki dana operasional

7
INDIKATOR KEMAMPUAN DAN TINGKAT KEPEDULIAN KABUPATEN/KOTA

1. Memiliki Unit Kerja Bidang Perumahan serendah-rendahnya setingkat Eselon III


2. Sudah menjalankan Program BSPS dengan dana APBD
3. Memiliki dana sharing dari APBD untuk biaya operasional SKPD Kabupaten/Kota
dalam pengawasan dan pengendalian BSPS yang berasal dari APBN Berdasarkan
Pasal 9 ayat (3) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2016
tentang BSPS

KRITERIA SUBJEK PENERIMA BANTUAN

1. Warga Negara Indonesia


2. MBR dengan penghasilan dibawah UMP rata-rata nasional
3. Sudah berkeluarga
4. Memiliki atau menguasai tanah
5. Belum memiliki rumah atau memiliki dan menghuni rumah tidak layak huni
6. Belum pernah menerima bantuan perumahan dari pemerintah
7. Didahulukan yang memiliki rencana pembangunan/peningkatan kualitas rumah,
dibuktikan dengan: 1. Memiliki tabungan bahan bangunan 2. Telah memulai
pembangunan rumah sebelum memperoleh bantuan 3. Memiliki aset lain yang
dapat dijadikan dana tambahan BSPS 4. Memiliki tabungan uang yang dijadikan
dana tambahan BSPS 8. Bersungguh-sungguh mengikuti Program BSPS 9. Dapat
bekerja secara berkelompok

KRITERIA OBJEK BANTUAN

1. Rumah tidak layak huni yang berada di atas tanah:


 Dikuasai secara fisik dan jelas batas-batasnya
 Bukan merupakan tanah warisan yang belum dibagi
 Tidak dalam status sengketa, dan
 Penggunaannya sesuai dengan rencana tata ruang
2. Bangunan yang belum selesai dari yang sudah diupayakan oleh masyarakat sampai
paling tinggi struktur tengah dan luas lantai bangunan paling tinggi 45 m2.

8
3. Terkena kegiatan konsolidasi tanah atau relokasi dalam rangka peningkatan
kualitas perumahan dan kawasan permukiman.
4. Terkena bencana alam, kerusuhan sosial dan/atau kebakaran.

DEFINISI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

1. Bahan lantai berupa tanah atau kayu kelas IV


2. Bahan dinding berupa bilik bambu/kayu/rotan atau kayu kelas IV, tidak/kurang
mempunyai ventilasi dan pencahayaan
3. Bahan atap berupa daun atau genteng plentong yang sudah rapuh
4. Rusak berat, dan/atau
5. Rusak sedang dan luas bangunan tidak mencukupi standar minimal luas per
anggota keluarga yaitu 9 m2
(Sumber : Direktorat Rumah Swadaya, Ditjen Penyediaan Perumahan
Kementerian PUPR)

2. LINGKUP LOKASI

Lingkup wilayah pekerjaan penyusunan Identifikasi Pendataan dan perencanaan


Teknis untuk rumah Swadaya di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Kota Banjarbaru.

LINGKUP PEKERJAAN

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan sebelum tim turun ke lapangan, meliputi :
a) Melakukan diskusi untuk mendapatkan data sekunder serta pemahaman terhadap
maksud kegiatan dalam KAK ini.
b) Menyusun rencana kerja tim dalam melibatkan partisipasi aktif kelompok swadaya
masyarakat.
c) Menyiapkan data profil kawasan kumuh masing-masing Desa/Kelurahan dan dokumen
pendukung lainnya yang mengacu data rumah tidak Layak huni.
2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi (Puldatin)
Tahap survei merupakan kegiatan mengumpulkan data, meliputi :

9
a) Melakukan studi literatur dan pendalaman terhadap teori, kebijakan, dan lesson
learned, yang berkaitan dengan penanganan Rumah Tidak Layak huni.
b) Mengumpulkan data-data primer maupun sekunder terkait isu strategis, potensi, dan
permasalahan mengenai penanganan Rumah tidak Layak huni
c) Melakukan Kajian Pendataan Baseline 100 0 100
d) Melibatkan partisipasi Masyarakat dalam melakukan survei/pemetaan swadaya
e) Melakukan verifikasi lokasi Sebaran Rumah Tidak Layak huni/Masyarakat MBR
f) Melakukan wawancara semi-terstruktur dengan beberapa narasumber utama yang
memiliki kompetensi yang terkait dengan Rumah Swadaya.
g) Melakukan kompilasi dan pengolahan data serta Melakukan kompilasi dan pengolahan
data serta informasi yang telah diperoleh dari seluruh rangkaian kegiatan survei
3. Tahap Kajian
Tahap kajian merupakan kegiatan telaahan data primer dan sekunder, meliputi :
a) Melakukan overview kebijakan pembangunan
b) Melakukan Analisis Faktor Penyebab adanya Faktor Rumah Tidak Layak huni
c) Melakukan Analisis Tingkat Kebutuhan Rumah Tidak Layak huni
d) Melakukan Analisis Penanganan Mengenai Rumah Tidak Layak huni

F. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. KEWAJIBAN KONSULTAN PELAKSANA

Konsultan pelaksana mempunyai kewajiban:

a. Konsultan berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap


Pelaksanaan Penyusunan Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis
untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan ketentuan perjanjian kerjasama yang telah ditetapkan.
b. Konsultan berkewajiban menyusun Identifikasi Pendataan dan perencanaan
Teknis untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan
Kerja.
c. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan dinyatakan berakhir setelah
penyusunan Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk rumah

10
Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan selesai secara
keseluruhan dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas.
d. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan agar meminta bantuan Tim Teknis
proyek yang akan memberikan petunjuk dan pengarahan kepada Konsultan
untuk mencapai hasil yang optimal. Tim teknis tersebut dapat diminta
bantuannya pula untuk memberikan data guna mendukung kelancaran kerja
sejauh tidak membutuhkan biaya.

2. KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Konsultan berkewajiban membentuk tim untuk menyusun Identifikasi


Pendataan dan perencanaan Teknis untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru
Provinsi Kalimantan Selatan yang secara fungsional dapat langsung berhubungan
dengan Pemberi Tugas dalam rangka penyelesaian rencana tersebut. Tenaga ahli
yang diperlukan untuk penyusunan Pendataan dan perencanaan Teknis untuk
rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan adalah :

a. Ketua Tim (Team Leader)


 Lulusan S1 Perencanaan Wilayah/Architect dengan pengalaman kerja
minimal 3 tahun;
 Memiliki surat keterangan ahli;
 Jumlah 1 orang.
b. Tenaga Ahli Geodesi / Geografi
 Lulusan S1 Geodesi / Geografi ahli pemetaan (Sistem Informasi Geografis)
 Jumlah 1 orang.
c. Tenaga Ahli Sipil
 Lulusan S1 Sipil
 Jumlah 1 orang.
d. Tenaga Ahli Sosial
 Lulusan S1 Pemberdayaan Masyarakat
 Jumlah 1 orang.
e. Tenaga pendukung
11
 Administrator/ Sekretaris, Jumlah 1 orang.
 Surveyor, Jumlah 2 orang.

3. PENYUSUNAN USULAN TEKNIS DAN BIAYA

Sebelum melaksanakan pekerjaan, Konsultan diwajibkan membuat


usulan teknis dan biaya, yang terdiri dari:

a. Usulan teknis dengan penjelasan terinci tentang metode teknis, pelaksanaan


kegiatan, program kerja, daftar tenaga ahli, organisasi pelaksanaan, waktu
penyelesaian pekerjaan dan lain-lain.
b. Usulan biaya dengan perincian biaya pada tiap-tiap kegiatan yang dilakukan
seta kebutuhan pendukung yang diperlukan.

4. PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PEKERJAAN

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan penyusunan Identifikasi


Pendataan dan perencanaan Teknis untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru
Provinsi Kalimantan Selatan, Konsultan harus bekerja sama dengan Tim Teknis
Kegiatan maupun aparat pemerintah lainnya baik dari Pemerintah Provinsi
Kalimantan selatan maupun instansi lain, termasuk teknis sektoral yang terkait.

G. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan sebagaimana yang diuraikan di atas harus diselesaikan


seluruhnya dalam waktu 160 (seratus enam puluh) hari terhitung mulai sejak
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

H. SUMBER PENDANAAN

Sumber pendanaan dari Kegiatan ini adalah berasal dari Biaya APBD I
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2017 untuk mata anggaran
Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Provinsi Kalimantan Selatan dengan
total nilai pekerjaan sebesar Rp 484.000.000,00.

I. SISTEM PELAPORAN

12
1. MATERI PELAPORAN
Jenis dan substansi pelaporan dalam penyusunan Identifikasi Pendataan
dan perencanaan Teknis untuk rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan adalah:
a. Laporan Pendahuluan, disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah SPMK diterbitkan, dibuat sebanyak 3 buku.
b. Laporan Draft Akhir Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk
rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan
selambat-lambatnya sebelum ekspose. laporan akhir, dibuat sebanyak 5 buku.
c. Laporan Akhir Deliniasi Identifikasi Pendataan dan perencanaan Teknis untuk
rumah Swadaya di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan
selambat-lambatnya 160 (seratus enam puluh) hari setelah SPMK diterbitkan,
dibuat sebanyak 5 buku.
d. CD file digital sebanyak 5 keping.

2. TEKNIK PENYAJIAN LAPORAN

Format Produk Laporan yang dihasilkan oleh konsultan dibuat dalam


bentuk tulisan yang dilengkapi dengan gambar, peta, foto, dan tabel, dengan
format, sebagai berikut:

a. Kertas
 Ukuran kertas : A4 (21,5 cm x 29,7 cm), 70 gram.
 Jenis kertas : Polos, HVS, warna putih.
 Pembatas : Kertas tipis berwarna sebagai pembatas antar bab.

b. Tulisan
 Jenis huruf : Tegak, standar.
 Bentuk huruf : Jelas, huruf cetak.
 Spasi : 1,5 spasi.
 Warna : Tulisan, peta, gambar, dan foto yang penting berwarna
sesuai kebutuhan.

c. Sampul/Cover
 Bahan sampul : Kertas tebal dan dilaminating.
 Warna sampul : Akan disepakati kemudian.

13
 Jilid : Dijilid rapi.
 Format sampul : Desain dan tata letak tulisan pada sampul didesain
konsultan dan disetujui oleh pihak Pengguna Jasa.

d. Gambar dan Peta


 Ukuran kertas : A4
 Warna : Warna harus jelas
 Skala : Disesuaikan dengan kebutuhan.

e. Tabel
 Ukuran kertas : A4
 Format tabel : Kreatifitas konsultan, lebih mudah dibaca dan
dimengerti.

Banjarbaru, Februari 2017


Pejabat Pembuat Komitmen

.....................................
NIP. ...............................

14

Anda mungkin juga menyukai