Anda di halaman 1dari 77

PERSIAPAN TAMBAK UNTUK BUDIDAYA

Hidayat Suryanto Suwoyo


Disampaikan pada Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau Bagi Penyuluh Perikanan
Desa Lawallu , Kab Barru , 15 Maret 2017

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


BUDIDAYA AIR PAYAU
PUSLITBANG PERIKANAN
BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
2017
Pendahuluan
PENDAHULUAN
 Potensi Lahan Tambak : 2.963.717 ha
Pemanfaatannya : 657.346 ha
 Komoditas prioritas dalam pengembangan budidaya tambak :
Udang windu dan vaname
 Industri hulu s/d hilir sudah cukup berkembang
 Permintaan pasar ekspor yang tinggi
 Bernilai ekonomis tinggi / usaha yg mnguntungkan
 Menyerap tenaga kerja yang besar
 Proyeksi Produksi Udang (KKP 2015):
Pada tahun 2015, target produksi udang sebesar 785.900 ton dengan
rincian udang Vannamei 518.600 ton, udang windu 189.700 ton dan udang
lainnya 77.600 ton dengan total luasan tambak 662.650,13 Ha.

22%

78%
Dimanfaatkan
Belum dimanfaatkan
POTENSI TAMBAK INDONESIA
Potensi Tambak 2.963.717 ha
22% Dimanfaatkan 657.346 ha
Belum dimanfaatkan 2.306.371 ha

78%

Dimanfaatkan
Belum dimanfaatkan

Potensi Lahan Tambak Berdasarkan Tingkat


Teknologi
6%
2%

92%

Intensif Semiintensif Ekstensif


 Peningkatan produksi udang dapat dilakukan dengan:
 Ekstensifikasi (perluasan areal budidaya),
 Intensifikasi (peningkatan teknologi) dan
 Diversifikasi (penambahan jenis komoditi budidaya dan
produk hasil budidaya).
 Kendala utama dilapangan :
 Masalah penyakit udang ( virus, bakteri, parasit, jamur, dll)
 Terbatasnya induk/benih SPF/SPR
 Rendahnya produksi & produktivitas lahan (degradasi lingk)
 Tingginya harga sarana produksi (pupuk, benur, pakan)
 Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pembudidaya
 ± 90 % petani tambak tergolong menerapkan
teknologi sederhana.
Tingkat Teknologi Budidaya udang
Kelayakan Budidaya

SARANA
Tambak, Kolam, KJA
PENGARUH
MANUSIA INPUT HARA
Sikap, pasar, Kebijakan, KELAYAKAN Pakan, Pupuk
hukum, kelembagaanl
BUDIDAYA
IKAN,UDANG
SPESIES
Udang, Ikan
LINGKUNGAN
Tanah, Iklim, perairan, dll

TEKNOLOGI
Tingkat Intensitas

FAKTOR-FAKTOR INDEPENDEN FAKTOR-FAKTOR DEPENDEN


Gambar 1. Faktor-faktor dependen dan independen yang berpengaruh terhadap
kelayakan akuakultur ( Schmittou, 1991)
Tabel 1. Kategori daya dukung lahan pantai untuk pertambakan
Kategori daya dukung
No Tolok ukur
Tinggi Sedang Rendah
1 Tipe pantai Terjal, karang, berpasir Terjal, karang, berpasir, Sangat landai,
sedikit berlumpur terbuka berlumpur, siltasi,tinggi
2 Tipe garis pantai Konsisitensi tanah labil, bukan teluk/ Konsisitensi tanah labil, Konsisitensi tanah
laguna bukan laguna/teluk sangat labil, teluk/
laguna
3 Arus perairan Tinggi Sedang Lemah
Amplitudo pasang
4 > 15 dm 12-15 dm < 12 dm
surut
5 Elevasi Dapat diairi cukup saat pasang Dapat diairi cukup saat Dasar tambak pada
tinggi rataan dan dikeringkan total pasang tinggi rataan, dan surut rata rata,
pada saat surut rataan dapat dikeringkan total pada sehingga dapat diairi
saat air rendah rataan secara gravitasi pada
saat pasang.

6 Mutu tanah Tekstur tanah sandy clay, sandy clay Tekstur tanah sandy clay, Tekstur lumpur atau
loam, tidak bergambut, tidak berpirit, sandy clay loam, tidak lumpur berpasir,
kandungan logam berat rendah bergambut, kandungan pirit bergambut, kandungan
rendah pirit tinggi, kandungan
logam berat rendah

Dekat sungai tetapi


Dekat sungai dengan mutu dan Dekat sungai dengan mutu
7 Air tawar siltasi tinggi atau air
jumlah memadai dan jumlah yang memadai
gambut
8 Jalur hijau Memadai Memadai Tipis/ tanpa jalur hijau
9 Curah hujan < 2.000 mm/th 2.000– 2.500 mm/th > 2.500 mm/th
Jauh dari sumber Jauh dari sumber
10 Tata ruang Tidak ada pencemaran
pencemaran pencemaran
Sumber : Poernomo, 1989
Tingkat teknologi budidaya udang
 Tingkat teknologi budi daya udang di tambak
ditentukan oleh padat penebaran dan akuainput
lainnya, ketersediaan sarana dan prasarana
produksi.
 Teknologi budi daya udang terdiri dari teknologi
ekstensif, teknologi ekstensif-plus, teknologi
semi-intensif, teknologi intensif, dan teknologi
super intensif
KLASIFIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG
Peubah Tingkat teknologi
Trad./Trad.Plus Semi Intensif Intensif/Supra I
Luas petakan (ha) 1,0--2,0
1,0 0,5--1,0
0,5 0,1--0,5
0,1
Tandon
- Luas -- 30% 30-50%
30-
- Jumlah -- 1 unit 1-2 unit
Bentuk petakan PP BS /PP BB
Tanah dasar Sedikit lembek Tanahkeras/Plastik M HDPE/tembok
Elevasi tanah dasar Rata Miring ke P buang Miring CD & PPanen
Sal.. dalam tambak
Sal Parit keliling Sal. Tengah Central drain
Saluran Inlet Pintu kayu/tembok Pipa pralon Sal.diatas pematang
Pematang::
Pematang
Bahan Tanah Tanah/Plastik M Tembok,Plas
Tembok, Plastik
tik HDPE
Kemiringan 1-1,5:1 1-1,5:1 Tegak--1 : 1
Tegak
Pintu air (unit) Satu Pintu Inlet +Out-
+Out-let, Central D + P Panen
Kedalaman air (cm) 40--60
40 100--120
100 150--300
150
Sumber : modifikasi Poernomo (1988); Mangampa (2013)
Kelayakan Lokasi, Peralatan tambak, penunjang lain2 Tambak Udang pada
tingkat teknologi
Peubah Tingkat teknologi
Trad./Trad.Plus Semi Intensif Intensif/Supra I
Jarak Lokasi 3 km dr pantai 1-3 km dr pantai Pesisir pantai
Elevasi Lokasi > Pasang rata2 < Pasang rata2 < 3 m diatas P rata2
Tipologi Pantai Landai/curam curam curam
Aksesbilitas Mudah dijangkau Mudah dijangkau Mudah dijangkau
Peralatan
-- Pompa Air (8 - Dgn/tanpa pompa Alcon/submersible Submersible
- 10 inch) 2 unit 3 unit
-- Kincir Air (1HP) -- 4-8 unit/k Berangkai >12 unit
-- Turbo (1 HP) -- -- > 2 unit
-- Root blower(
blower(55 PK) -- -- > 2 unit
-- P. Siphon (2 inch) -- -- 1 unit
-- Automatic Feeder -- -- 1 unit
-Penunjang Lain
-- Biosecurity -- ++ +++
-- Lab
Lab.. mini -- + +++
Sumber : Modifikasi Mangampa (2013)
Saluran Keliling

Pelataran

Desain tambak dengan teknologi sederhana, tampak samping (atas)


dan tampak atas (bawah)
TAMBAK
TRADISIONAL Lebar caren 5 m s
a
PLUS
l
DENGAN
S u
POMPA Kolam udang r
u
RESIRKULASI a
n
g n
Tandon
a &
p
i Bandeng e
n
/
g
e
L Kolam udang l
a u
TAMBAK u a
SEMI t r
INTENSIVE a
DENGAN n
KINCIR
RANGKAI

Pompa air

Tinggi air max 90 cm

Tandon 60 cm Kolam

30 cm
Caren Saluran pengeluaran
Surabaya
5m Operation
Desain tambak teknologi Madya, tampak samping (atas)
dan tampak atas (bawah)
Desain tambak dengan teknologi maju, tampak samping
(atas) dan tampak atas (bawah)
Desain tambak dengan teknologi maju (Superintensif)
 Kepadatan
Teknologi Kepadatan (ekor/m2)
Budidaya Udang Udang Windu Udang Vaname
Tradisional 2–5 <8
- Monokultur >2
- Polikultur 2–3
- Tradisional Plus 5
Semi-Intensif 6-15 15 - 25
Intensif > 15 > 50

 Saprokan

Teknologi Saprokan
Budidaya Pompa Kincir Pkn Alami Pkn Komersil
Tradisional - - +++ - (+)
Semi Intensif + + + ++
Intensif +++ +++ + +++
Tingkat teknologi budidaya udang vaname di tambak
Padat Kebutuhan
Teknologi penebaran
Budi daya (ekor/m2) Pakan Sarana Prasarana

- Ekstensif <5 Pakan alami Tanpa pompa Inlet bersatu dengan


- Ekstensif 6--8 Pakan alami+ Pompa air outlet
plus pakan komersil Pompa air, kincir Inlet dan outlet
- Semi 50--80 Pakan komersil air Terpisah
intensif Tandon air sumber
- Intensif 100--300 Pakan komersil Pompa air, kincir
- Super air, Tandon air sumber,
intensif >300--1000 Pakan komersil Pompa air, kincir, tandon air limbah
root-blower
Tandon air sumber,
IPAL
Modifikasi : Mangampa et al., 2014
Persiapan Tambak Untuk Budidaya Udang
sistem tradisional plus
CARA PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG

 Persiapan tambak
- Persiapan tanah dasar/petakan
- Pemberantasan hama
- Pengapuran
- Pemupukan
- Persiapan air penebaran
 Pentokolan benur vaname :
 Penebaran tokolan :
 Pemeliharaan
- Pemantauan kualitas air, dan pertumbuhan udang
- Pemupukan dan pengapuran susulan
- Aplikasi probiotik
- Pemberian pakan
 Panen
Keberhasilan suatu budi daya tambak sangat ditentukan oleh persiapan
tambak yang baik. Persiapan tambak meliputi :

(a) persiapan tanah dasar dan perbaikan pematang, bertujuan


mengoksidasikan bahan organik dan asam belerang,
(b) Pemberantasan hama bertujuan memberantas hama serta
organisme akuatik lain yang menjadi saingan organisme yang
dibudidayakan
(c) pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajad keasaman
tanah,
(d) pemupukan bertujuan meningkatkan ketersediaan nutrien untuk
menumbuhkan pakan alami,
(e) pengisian air tambak.
Persiapan tanah dasar dan perbaikan petakan

Jenis tanah tambak ekstensif (tradisional)  tanah


gambut dan tanah sulfat masam (TSM) yang sudah
matang, (kawasan lahan rawa).
 Perbaikan tanah sulfat masam  Proses Remediasi.
 Remediasi meliputi tahapan pengolahan,
pengeringan, perendaman, dan pembilasan tanah
(OKRB)
 Persiapan tanah dasar meliputi pengangkatan lumpur
dasar (keduk teplok), penambalan/peninggian
pematang, perbaikan pintu air, dan saluran pembawa
/pembuang.
REMEDIASI TAMBAK
• PERBAIKAN KONSTRUKSI PEMATANG
• PEMBALIKAN/PENGOLAHAN TANAH DASAR
• PENGERINGAN TANAH (mengoksidasikan unsur
toksik) 10-20 hari (tergantung kondisi cuaca)
• PERENDAMAN (Melarutkan unsur toksit) 3- 5 hari
• PEMBILASAN (Pembuangan air rendaman)
• PEMBERANTASAN HAMA
• PENGAPURAN (Menaikan pH tanah, mengikat Fe, Al
dan beberapa logam berat tanah) tergantung
kondisi kemasaman tanah
• PEMUPUKAN (Menumbuhkan jasad pakan alami)
tergantung tingkat kesuburan tanah
• PROBIOTIK
Pantjara, B. 2007
Pengapuran
TAHAPAN REMEDIASI DASAR
Pemupukan
TANAH TAMBAK
Pengisian air

O K K K O K K K BUDIDAYA

I II III IV V VI

Keterangan :
O = Pengolahan tanah
K = Pengeringan dasar tanah

= Perendaman air setelah pengeringan


= Pembuangan air rendaman
Persiapan tanah dasar
 Pola tanam I
(Februari s/d Juli)
- Perbaikan pematang
- Keduk teplok
- Pengeringan

 Pola tanam II
(Agustus s/d Januari)
- Pengolahan /pembalikan
tanah (cangkul atau bajak)
- Pengeringan sempurna
- Pencucian
2. Pemberantasan Hama
• Pemberantasan hama tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya
dan pestisida yang terlarang
 Pemberantasan hama dianjurkan menggunakan saponin dengan cara
merendam saponin di dalam air selama 2 jam, kemudian air rendaman
saponin disebarkan secara merata ke seluruh permukaan air tambak.
Penggunaan saponin disesuaikan dengan kondisi musim.
 Dosis saponin yang digunakan tergantung pada salinitas air tambak, yaitu
apabila salinitas air kurang dari 15 ppt maka dosis yang digunakan adalah
20 ppm (100 kg saponin/ha, ketinggian air 0,5 m dari dasar) dan apabila
salinitas air lebih atau sama dengan 15 ppt digunakan dosis 15 ppm (75 kg
saponin/ha, ketinggian air 0,5 m dari dasar).
 Aplikasi saponin sebaiknya dilakukan antara pukul 09.00-12.00 pada
kondisi cuaca yang cerah sehingga penggunaan saponin efektif dan efisien.
Persiapan Tambak

Perbaikan Pematang Pengeringan Tambak

Pengolahan/pembalikan Tanah Pemberantasan hama


Kegiatan persiapan tambak untuk budidaya udang
Pengapuran
 Pada teknologi budi daya udang ekstensif plus pengapuran dapat
dilakukan sebagai berikut :
 Pengapuran awal digunakan kapur karbonat (kapur pertanian) pada
saat pengolahan tanah dan sesudah pencucian tambak dengan
dosis1500 kg/ha
 Pengapuran dengan kapur oksida pada kondisi tanah yang busuk (H2S)
utamanya pada bagian caren, dan untuk menstimulir pemberantasan
hama. Kapur oksida ini memiliki reaksi cepat namun daya
netralisirnya cepat berkurang. Dosis yang digunakan 1.200 kg/ha
 Kapur dolomit digunakan pada saat menumbuhkan pakan alami dan
efektif digunakan sebagai kapur susulan (3-5 ppm)
Jenis-jenis kapur yang digunakan di tambak
Kadar
No Jenis kapur Formula
Ca2+
1 Kalsium karbonat atau kapur CaCO3 40%
kalsit atau kapur pertanian
(Kaptan)
2 Kapur Oksida atau quicklime atau CaO 71 %
kapur bakar
3 Kapur Hidrat atau slaked lime Ca(OH)2 54 %
atau kalsium hidroksida
4 Kapur Dolomit CaMg(CO3)2 Tidak ada
info
Kebutuhan kapur pada dasar tambak berdasarkan pH dan
tekstur tanah sulfat masam
pH Kebutuhan kapur CaCO3 (kg/ha)
Lempung berat atau Lempung Pasir
liat berpasir
<4 14.320 7.160 4.475
4,0-4,5 10.740 5.370 4.475
4,6-5,0 8.950 4.475 3.580
5,1-5,5 5.370 3.580 1.790
5,6-6,0 3.580 1.790 895
6,1-6,5 1.790 1.790 0
> 6,5 0 0 0
Pemupukan
 Pada budidaya udang ekstensif plus disamping penggunaan pupuk anorganik
juga disarankan untuk menggunakan pupuk organik
 Dosis pupuk dasar ditentukan oleh kesuburan dari tanah tambak

Kesuburan tanah Kebutuhan pupuk (kg/ha)


Urea SP-36
Total-N > 0,5%; PO4 > 60 ppm 50 100
Total-N > 0,5%; PO4 30-60 ppm 50 125
Total-N > 0,5%; PO4 < 30 ppm 50 150
Total-N 0,25-0.5%; PO4 > 60 ppm 75 100
Total-N 0,25-0.5%; PO4 30-60 ppm 75 125
Total-N 0,25-0.5%; PO4 < 30 ppm 75 150
Total-N < 0,25%; PO4 > 60 ppm 100 100
Total-N < 0,25%; PO4 30-60 ppm 100 125
Total-N < 0,25%; PO4 < 30 ppm 100 150

• Tambak tradisional plus masih memerlukan pupuk organik sebanyak


200-5.000 kg/ha.
Pengisian air
 Pemasukan dan pengeluaran air tambak dapat dilakukan
melalui pintu air .
 Pengisian air dilakukan pada saat air pasang telah stabil (1-2
jam setelah pasang) dengan ketinggian air dalam petak
tambak 60-80 cm
 Pada budidaya udang ekstensif plus disarankan
menggunakan pintu air yang terbuat dari pintu kayu untuk
memperoleh kuantitas yang cukup, kualitas air yang
baik, dan efisien dalam biaya operasional.
Pengapuran Pemupukan

Pengisian Air ke petak tambak


Aplikasi Probiotik

Memperbaiki kualitas lingkungan


(Verschuere et al, 2000)

TAMBAK UDANG
Aplikasi Probiotik

Probiotik sangat berperan dalam pemeliharaan kualitas air (bahan


organik total, amonia, nitrit, H2S) dan menekan populasi vibrio. Probiotik
rekomendasi teknologi Kelautan dan Perikanan adalah probiotik RICA-1,
RICA-2, dan RICA-3 telah terbukti meningkatkan produksi udang di
tambak ekstensif, semiintensif, dan intensif dan penggunaannya lebih
efisien dibandingkan probiotik di pasaran.
 Dosis probiotik 0,5-1,0 ppm (5-10 L /ha dengan kedalaman air 1 m)
setiap minggu. Metode kultur probiotik menggunakan bahan-bahan 20 L
air tambak, tepung ikan 400 g, dedak halus 1.000 g, ragi roti (yeast) 100
g, molase 500 g dan bakteri probiotik 200 mL (Atmomarsono et al.,
2014).
 Aplikasi probiotik 0,5-1 ppm/ minggu Bahan dimasak
selama pemeliharaan hingga mendidih

Media Kultur Probiotik


Penebaran Tokolan udang
 Ukuran benih yang digunakan pada budi daya udang
vaname ekstensif plus adalah tokolan berumur 15 hari
dari PL-12 (PL-27) dan 30 hari untuk udang windu
(PL42)
 Bobot udang berkisar 0,15-0,20 g/ekor
 Kepadatan tokolan di pembesaran adalah maksimal
80.000 ekor /ha (8 ekor/m2) dan 1-4 ekor/m2 untuk
udang windu
…. Lanjt pentokolan udang vaname

Pertumbuhan dan Sintasan udang vaname selama 15 hari di pentokolan

Kepadatan dalam hapa (ekor /m3)


ekor/m
Variabel 4000 6000 8000
Berat awal rata
rata--rata (g/
(g/ekor
ekor)) 0,001 0,001 0,001
Berat akhir rata
rata--rata (g/
(g/ekor
ekor)) 0,109 0,152 0,134
Lama pemeliharaan (hr) 15 15 15
Survival rate (%) 93,17 92,35 83,73
Sumber : Mangampa dan Hendrajat (2006)

BenurVaname PL-12 Tokolan vaname

HAPA
0,004 g/ekor 0,152 g/ekor
Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak
Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak

Tindakan Aplikasi
Tambak kosong antar siklus produksi

Efek pengosongan tambak  Pengeringan tambak dan membiarkan selama 2 – 3 minggu


Pengangkatan sedimen  Mengangkat sedimen dari dasar tambak jika sedimen terlalu
tebal untuk proses pengeringan secara sempurna
Koreksi pH tanah  Mengukur pH tanah
 Aplikasi batu kapur pertanian jika pH<7,5, kecuali untuk
disinfeksi tanah
Pengeringan dan aerasi tanah  Menggunakan garu/cangkul membagi permukaan tanah
Desinfeksi tanah  Menggunakan kapur untuk disinfeksi dasar tambak, atau
mengaplikasikan pada area basah yang tidak dapat kering
sempurna
 Jika kapur digunakan untuk disinfektan, batu kapur pertanian
tidak perlu diaplikasikan untuk meningkatkan pH tanah
Perbaikan pakan alami pada tambak yang  Menggunakan pupuk yang mengandung N dan P untuk
baru diisi menumbuhkan fitoplankton
 Aplikasi tepung tanaman atau tepung ikan untuk
menumbuhkan zooplankton
 Aplikasi bahan organic untuk menumbuhkan bentik
Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak
Tindakan Aplikasi
Selama budidaya berlangsung

Menjaga total alkalinitas  Pengapuran dengan batu kapur pertanian, jika total
alkalinitas dibawah 80 – 90 mg/L pada tambak
 Aplikasi natrium bikarbonat
Kontrol penurunan konsentrasi  Aplikasi pupuk kalium
kalium
Meminimalisir erosi yang  Menempatkan aerator pada posisi yang tidak
diakibatkan oleh oksigenasi dan menimbulkan erosi
sirkulasi  Memperkuat pematang dengan menanam rumput
atau batu
 Menggunakan aerator yang cukup untuk
menghasilkan sirkulasi air yang baik pada dasar
tambak
Peningkatan potensial redoks tanah  Aplikasi natrium nitrat atau senyawa nitrat lain
pada tambak tanpa aerasi
PETUNJUK TEKNIS BPPBAP (2014)
BAHAN PENYULUHAN BAGI PEMBUDIDAYA

2015= Dari 31 Pengusul yang dinyatakan


lolos seleksi sebanyak 22 judul.

2015 (BPPBAP)
1.BUDIDAYA UDANG
VANAME Litopenaeus
vannamei EKSTENSIF
PLUS DI TAMBAK
MARGINAL
Persiapan Tambak Untuk Budidaya Udang
Vaname Superintensif
Prinsip
Budidaya Udang Vaname
Superintensif di Tambak Kecil

1.Volume wadah kecil


2. Padat penebaran tinggi
3. Produktivitas tinggi
4. Beban limbah minimal - IPAL
5. Basis teknologi dan SDM
profesional
Lokasi Tambak Superintensif di ITP BPPBAP
Desa Punaga, Kec. Mangarabombang,
Kab. Takalar

Sumber: Asaad, 2016)


Spesifikasi Tambak Superintensif
Prasyarat Kawasan supratidal 4-8 dpl
lokasi (kelas kesesuaian lahan tinggi), terlokalisir, zonasi
Konstruksi Full Concrete. Elevasi 0,5-1% ke arah pusat central drain
Luas petakan ≈1000 m2
Kedalaman air Maksimum 2 m
Pembuangan Central drain yang dikoenksikan dengan collector drain
limbah
Sumber Kincir, Blower, Target biomassa 1 HP ≈ 500 kg udang.
Oksigen
Sumber air Laut  Tandon  Tambak
Pompa Submersible 10 inchi (1 unit) dan 8 inchi (2 unit)
Pakan Automatic feeder
Monitoring OPTOD (Water Quality Monitoring secara on line)
kualitas air Insitu dan exsitu
Pengolah IPAL dengan volume minimal 70% dari total volume
limbah tambak superintensif
Central Automatic
drain feeder

Colector drain Blower


Tandon air
bersih
Alat Monitoring Kualitas Air
Real time, online
Persiapan Petak Tandon
 Tandon dikeringkan dan lumpur
hitam di dasar tandon diangkat.
Lakukan pengeringan dasar tandon
sampai retak-retak.
 Setelah tandon kering, lakukan
pembersihan teritip dan trisipan
 Penempelan dinding tandon
dilakukan bilamana terdapat bagian
yang bocor.
 Penebaran kaporit 20 kg per ha dan
kapur dolomit 800-1000 kg
Tandon Air Utama, Jembatan Tambak, Blower
Persiapan tambak dilakukan dengan tahapan:

 pemagaran tambak menggunakan waring hitam,


 pemasangan saringan inlet, outlet, central drain
 pemasangan papan pintu air, dan jaring
 pengeringan dan pembersihan petak tambak
 Penyemprotan ke seluruh permukaan tambak dan tandon
serta titian menggunakan klorin, 2 hari selanjutnya
dibilas dengan air bersih
 pemasangan papan skala ketinggian air,
 pemasangan sistem aerasi, blower, automatic feeder, anco
 pengisian air yang telah ditandon setinggi 100 cm,
Pembuatan Central Drain Model Matahari
Pembuatan Pintu Panen
Pembuatan Ruang Blower, Jembatan, Penerangan dan Jaringan Listrik
Pembuatan Dudukan Kincir
Kincir Air (2 HP)
Kincir Air (1 HP)

Super charge(3 HP)


Root blower (5 PK)
Turbo Jet(1HP)
Pengaturan Formasi Kincir
Pintu panen /
Jembatan Anco Collector drain

Kincir

Tempat
Automatic Feeder

Caren

Central drain

Rubber diffuser
Water quality monitoring - online
Uji Coba Pengisian Air Tambak, Tandon dan Kincir
Sumber: Asaad, 2016)
Pengisian Air Tambak
 Persiapan air tambak sebelum penebaran memerlukan waktu antara 20--24 hari
sebelum penebaran benur.
 Pengisian air tambak sesuai kedalaman yang diinginkan antara 1,5 sampai 2,0 m.
 Lakukan sterilisasi air tambak dengan manambahkan klorin 90% 10-20 ppm atau
kaporit 70% sebanyak 25 sampai 30 ppm,.
 Pada hari ketiga setelah pemasukan air ke dalam tambak, lakukan aplikasi mineral
atau kapur dolomit CaCO3 sebanyak 10 sampai 15 ppm diberikan setiap dua hari
sekali pada pukul 09.00 sampai 11.00.
 Tebar fito Gro dosis 15 kg/ha, dan Min Gro dosis 20 kg/ha untuk penumbuhan
pakan alami
 Tebar probiotik dalam bentuk powder (4 x 108 cell/g) sebanyak 100 g/petak (0,1
ha) atau dalam bentuk cair sebanyak 10 ppm dilakukan setiap 5 hari sebelum hari
penebaran
 Persiapan air tambak biasanya dilakukan selama 14-21 hari sampai plankton telah
tumbuh di tambak dengan warna hijau kecoklatan.
Tahapan kerja persiapan tambak
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ... 19 ... 24

1 Pembersihan tambak

2 Pemasangan kincir, blower,


automatic feeder

3 Sterilisasi tambak

4 Pengisian air

5 Sterilisasi air tambak

6 Penetralan air

7 Pemupukan dan pemberian mineral

8 Penumbuhan plankton

9 Pemberian probiotik

10 Penebaran benur
Pemilihan dan Penebaran Benur
 Benur merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat
keberhasilan budidaya udang. Benur yang digunakan harus memiliki
kualitas unggul baik dari aspek pertumbuhan, sintasan, bebas pathogen
(virus, bakteri atau penyebab lainnya) dan bersertifikat melalui kontrol
kualitas yang ketat. Pada saat pembelian benur hendaknya menanyakan
ada tidaknya keterangan/sertifikat bebas dari beberapa jenis virus
seperti WSSV, TSV, IHHNV, maupun IMNV yang dikeluarkan oleh
pihak yang berkompeten serta hasil penilaian atas kontrol kualitas
benur yang dilakukan oleh pihak hatchery.
 Pembudidaya sebaiknya mendapatkan informasi yang lengkap tentang
hatchery asal benur yang akan diambil dalam hal sertifikasi manajemen
proses produksi benur, sumber induk yang digunakan, dan pengalaman
dari pengguna benur (Testimoni dari pembudidaya udang).
 Padat penebaran benur yang dianjurkan adalah 800 sampai 1.000
ekor/m2 dengan target produksi 10 sampai 12 ton/petak (0,1 ha) dan
masa pemeliharaan 105-120 hari.
Transportasi dan Penebaran Benur
Biosecurity
 Biosekuriti tambak ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
masuknya penyakit ke dalam sistem budidaya dan mencegah
penyebarannya ke tempat lain.
 Biosekuriti belum banyak dilakukan oleh pembudidaya
dikarenakan oleh: (a) kurangnya pemahaman dan pengetahuan
tentang prinsip-prinsip biosekuriti, (b) adanya kekurang pahaman
antara aspek biaya yang ditimbulkan dan tingkat keuntungan yang
diperoleh akibat penerapan biosekuriti.
 Keberhasilan aplikasi biosekuriti dipengaruhi oleh aspek teknis,
ekonomi dan manajerial.
Penerapan Biosekuriti
dalam Budidaya Tambak

DILARANG MASUK SELAIN


PETUGAS
 Berpikiran maju
 Terampil dalam bidangnya
 Mandiri
 Inovatif
 Kreatif
 Melek IPTEK
 Agen perubahan

Implementasi INPRES No.7, 2016


Percepatan Pembangunan Industri
Perikanan Nasional
Produksi perikanan budidaya komoditas udang selama 2010-2014

Kenaikan
TAHUN - YEAR rata-rata
KOMODITI
(%)
2010 2011 2012 2013 2014* 2010-2014
Volume
380,972 401,154 415,703 638,955 592,219 13.83
Produksi (ton)
Udang Windu 125,519 126,157 117,888 171,583 126,595 3.32

Udang Vaname 206,578 246,420 251,763 390,278 411,729 20.49

Udang Lainnya 48,875 28,577 46,052 77,094 53,895 14.23


Volume Ekspor
(ton)
Udang 145,092 158,062 162,068 162,410 141,042 -0.37

Sumber: DJPB, KKP 2015

Anda mungkin juga menyukai