TINJAUAN TEORI
1
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
GAMBAR 1
ANATOMI SALURAN NAFAS
2
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Stadium kedua adalah
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus
dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel
jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksidasi untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru. (Hidayat, 2006)
3. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan
terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena
adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian
meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses
bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan
alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium
kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
3
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut
juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan
tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil
oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan
berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu
pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada
tidak simetris.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan
mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.
4. Etiologi
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan
protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah
atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
a. Bakteri gram positif
b. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada
penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
c. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
d. Bakteri gram negatif
e. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
4
f. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi,
dan infeksi saluran kemih).
g. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
h. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).
i. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit
kronis).
5. Tanda dan Gejala
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis
di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasa nya tidak di jumpai di awal penyakit, anak
akan mendapatkan batuk setelah beberapa hari, dimna pada awlanya berupa batuk
kering kemudian menjadi batuk produktif.
6. Komplikasi Bronchopneumonia
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik.
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
7. Pemeriksaan Diagnostik (Mansjoer, 2006)
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
5
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
8. Penatalaksanaan Medis (Mansjoer, 2006)
a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia
seperti : gelisah dan cyanosis.
b. Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% : NaCl 0,9%
= 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan
c. Jika sesak terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
d. Steroid
e. Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas
yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen
bronkus.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-
40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
6
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi
saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini
dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan
pada kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Perkembangan
Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
Anak memilik keinginan untuk sembuh
Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
b. Pertumbuhan
BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
TB anak 98 cm
6. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan,
diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
7. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari
hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila
didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu
tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai
dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:
7
a. Kepala
bentuk kepala
warna rambut
distribusi rambut
ada lesi atau tidak
hygiene
ada hematoma atau tidak
b. Mata
sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
kaji reflek cahaya
konjungtiva anemis atau tidak
pergerakan bola mata
c. Telinga
simetris atau tidak
kebersihan
tes pendengaran
d. Hidung
ada polip atau tidak
nyeri tekan
kebersihan
pernafasan cuping hidung
fungsi penciuman
e. Mulut
warna bibir
mukosa bibir lembab atau tidak
mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
reflek mengisap
reflek menelan
f. Dada
Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
g. Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3
detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
h. Ekstremitas
Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
kelelahan (malaise)
kelemahan
CRT <2 detik dan keluhan
i. Genetalia dan anus
kelengkapan (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris)
fungsi BAB
fungsi BAK
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria
9
ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan
atau beberapa lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
h. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. B
Usia : 3 bulan
Agama : Islam
Nama : Ny. P
Usia : 24 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
11
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada saat dikaji, sesak masih. Ibu pasien mengatakan sesak bertambah bila
anaknya sudah batuk-batuk. Sesak terlihat berkurang bila sedang tidur. Ibu pasien
Ibu Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang
sama dengan pasien. Ibu pasien mengatakan di keluarganya juga tidak ada yang
Pasien lahir dengan berat 3,5 kilogram dengan bantuan dokter dan bidan di
12
Motorik kasar : Saat pasien ditidurkan, karena pasien menangis terus dia
mencoba untuk mengangkat-angkat kepalanya seolah-olah
mau bangun.
Masalah: tidak ada
Verbal : Pasien mengoceh “mam mam mam” dan berteriak
kencang saat dicubit telapak kaki.
Masalah: tidak ada
Sosial : Saat sedang tenang, pasien mengamati tangannya sendiri,
kemudian mencoba memasukkan tangan ke mulut karena
saat itu pasien dalam keadaan puasa.
Masalah: tidak ada
g. Riwayat Imunisasi
DI RUMAH DI RUMAH
NO ADL
(sebelum sakit) SAKIT
1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi sering
b. Minum
13
Frekuensi Sering
2. Eliminasi
a. BAK
bantu
b. BAB
3. Istirahat Tidur
tidur
14
Masalah Tidak ada masalah
4. Personal Hygiene
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Ekspresi : Menangis
2) Emosi : Labil
b. Status kesadaran
c. Tanda-tanda Vital
2) Suhu : 37° C
3) Pernafasan : 60x/menit
15
2) Muka
Inspeksi : Kulit wajah terlihat kemerahan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dari sinus
3) Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna
putih, reflek pupil ada.
4) Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, slym ada, mukosa hidung lembab,
terpasang 02 1 liter/menit, PCH tidak ada
5) Telinga
Inspeksi : Letak telinga simetris di kedua sisi, kebersihan telinga baik.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan di sekitar tulang mastoid.
6) Mulut
Inspeksi : Warna bibir merah muda, bibir terlihat kering
7) Leher
Tidak terdapat adanya benjolan.
8) Dada
a) Paru – paru
Pengembangan dada simetris, auskultasi terdapat suara ronchi, retraksi
intercostal ada.
b) Jantung
Auskultasi jantung lub dub, tidak terdengar suara nafas tambahan.
c) Abdomen
Tidak ada nyeri tekan. Bising usus : 6x/menit.
9) Ekstermitas Atas
Rentang gerak normal, pasien terpasang infuse KaEN 1B di tangan sebelah
kanan.
10) Ekstermitas Bawah
Rentang gerak normal. Kekuatan otot
5 5
5 5
16
11) Kulit
Ibu pasien mengatakan mengetahui anaknya sakit batuk dan sesak nafas. Ibu
tersebut.
17
kebutuhan pribadinya setelah keluar dari rumah
sakit (makan,minum, toileting,dll)?
9. Apakah pasien memiliki nyeri kronis dan
kelelahan setelah keluar dari rumah sakit?
10. Apakah pasien dan keluarga memerlukan edukasi
kesehatan setelah keluar dari rumah sakit (obat-
obatan, nyeri, diit, mencari pertolongan, follow
up,dll)?
11. Apakah pasien dan keluarga memerlukan
keterampilan khusus setelah keluar dari rumah
sakit (perawatan luka, injeksi, perawatan
bayi,dll)?
Kesimpulan:
Membutuhkan edukasi perencanaan pulang
8. Data Penunjang
Hematologi
Hematologi Rutin
Hemoglobin 10,5 gr/dl 10,1-12,9
Hematokrit 30,4 % 28-41
Leukosit 7.900 /uL 6000-17.500
Trombosit 327.000 Ribu/mm3 217.000-497.000
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0.0 % 0-1
Neutrofil Batang 3.0 % 3-5
Neutrofil Segmen 30.00 % 40-65
Limfosit 60.00 % 25-50
Eosinofil 2.0 % 1-5
Monosit 5.0 % 4-8
9. Terapi
18
Nebulizer (ventolin ½ amp) 2x/hari
Pasien puasa
Aminophylin stop
Nebu stop
ASI/PASI 8x20-30cc/spen
ASI/PASI 8x20-30cc/sonde
Sagestam stop
19
Cefotaxim 2 x 250mg (IV)
ASI/PASI adlib
20
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Batuk ada
Slym ada
O2 1 liter/menit
Pasien puasa
Suara nafas
ronchy
21
D. IMPLEMENTASI
1. Bersihan jalan nafas tidak Senin, 29 Februari 2016 Senin, 29 Februari 2016
20.15
efektif berhubungan
19.30 Mengobservasi keadaan umum S : Ibu pasien mengatakan sesak
dengan peningkatan dan tanda-tanda vital anaknya masih (Sinta
R/ Keadaan umum compos O : Keadaan umum compos Devy A)
produksi sekret, ditandai
mentis, pasien rewel mentis, sesak masih
dengan: TTV: N= 130x/menit, RR:62x/menit, retraksi
R=60x/menit, Suhu= 37°C intercostal ada, PCH tidak, O2
DS:
1 liter/menit, batuk masih,
Ibu pasien mengatakan 19.35 Mengatur posisi tidur miring slym banyak, suara nafas
R/ Pasien menangis terus ronchy masih.
anaknya sesak
A : Ketidakefektifan bersihan
DO: 20.00 Melakukan isap lendir jalan nafas
R/ Slym banyak. Pasien menangis P : Lanjutkan intervensi
Keadaan umum compos saat dilakukan tindakan tapi I : 1. Observasi keadaan umum
mentis tampak nyaman setelah dilakukan dan tanda-tanda vital tiap 3
tindakan. jam
Sesak masih 2. Observasi suara nafas
RR=60x/menit Mengobservasi keadaan umum 3. Atur posisi tidur miring
dan tanda-tanda vital 4. Lakukan isap lendir
Retraksi intercostal ada R/ Keadaan umum compos 5. Berikan terapi sesuai
PCH tidak mentis, pasien rewel advice
TTV: N= 134x/menit, R : Hipertermi
Batuk ada R=62x/menit, Suhu= 38,7°C
Slym ada
22
O2 1 liter/menit Mengobservasi suara nafas
R/ suara nafas ronchy masih
Pasien puasa
Suara nafas ronchy
23
F. CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF DAN
TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA JELAS
24
20cc/spen
R/ASI habis. Pasien menangis saat
ASI habis. Muntah tidak.
(12.30) Melakukan suction
R/ Slym banyak. Pasien menangis
saat dilakukan tindakan. Pasien
nampak nyaman saat sudah
tindakan. Pasien mulai terlihat
mengantuk.
(13.00) Mengobservasi keadaan
umum dan TTV
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N: 138x/menit, S: 36,2°C,
RR=48x/menit.
25
Memberikan terapi injeksi
antibiotik dan steroid
R/ terapi antibiotik Cefotaxime
250mg, Sagestam 10mg, Dexa-M
½ amp. Pasien tidur saat diinjeksi.
Alergi tidak ada.
(24.00)
Mengobservasi keadaan umum
dan TTV
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N:136x/m, R: 46x/menit, S:
37°C
Memberikan ASI 20cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Pasien tidur saat diberikan ASI.
Muntah tidak ada.
03 Maret 2016
(03.00)
Mengobservasi keadaan umum
dan TTV
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N:138x/m, R: 46x/menit, S:
37°C
Memberikan ASI 30cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Pasien tidur saat diberikan ASI.
Muntah tidak ada.
(05.00) Mengobservasi TTV
R/ N: 138x/menit,R:46x/menit, S:
37,3°C
(05.45) Melakukan isap lendir
R/ Pasien menangis saat dilakukan
tindakan, tapi terlihat lega setelah
dilakukan isap lendir. Slym
banyak.
(06.00) Memberikan ASI 30cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Pasien tidur saat diberikan ASI.
Muntah tidak ada.
(06.30) Mengobservasi suara nafas
R/ suara nafas ronchy masih
E Keadaan umum compos mentis, sesak
masih RR=46x/menit, retraksi intercostal
masih, PCH tidak, batuk masih, slym
banyak, O2 2 liter/menit, muntah tidak,
bak lancar, bab belum, demam tidak
S=37,3°C, badan teraba hangat, ASI
30cc/sonde, suara nafas ronchy masih.
26
03 Maret 2016 S : Ibu pasien mengatakan sesak anaknya
sudah berkurang,demam tidak.
O : Keadaan umum compos mentis, sesak
berkurang RR=40x/menit, PCH tidak,
retraksi intercostal ada, batuk masih,
slym banyak, 02 2 liter/menit, ASI
40cc/sonde, demam tidak,S=37,2°C,
badan teraba hangat.
A : Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berlanjut
Hipertermi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : (21.00)
Mengobservasi keadaan umum
dan ttv
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N:132x/m, R: 44x/menit, S:
36,8°C
Memberikan diet ASI 40cc/sonde
R/retensi tidak ada. Pasien nampak
tertidur. Muntah tidak. (Sinta Devy A)
Memberikan terapi injeksi
antibiotik dan steroid
R/ terapi antibiotik Cefotaxime
250mg, Dexa-M ½ amp. Pasien
menangis saat diinjeksi. Alergi
tidak ada.
(24.00)
Mengobservasi keadaan umum
dan TTV
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N:136x/m, R: 44x/menit, S:
36,8°C
Memberikan ASI 40cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Pasien tidur saat diberikan ASI.
Muntah tidak ada.
04 Maret 2016
(03.00)
Mengobservasi keadaan umum
dan TTV
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N:132x/m, R: 42x/menit, S:
36,7°C
Memberikan ASI 40cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Pasien tidur saat diberikan ASI.
Muntah tidak ada.
27
(05.00) Mengobservasi TTV
R/ N: 130x/menit,R:42x/menit, S:
36,8°C
(06.00) Melakukan isap lendir
R/ Pasien menangis saat dilakukan
tindakan, tapi terlihat lega setelah
dilakukan isap lendir. Slym
banyak.
(06.00) Memberikan ASI 40cc/sonde
R/ retensi tidak ada. ASI masuk.
Muntah tidak ada.
E Keadaan umum compos mentis, sesak
berkurang RR=42x/menit, retraksi
intercostal berkurang, PCH tidak, batuk
kadang-kadang, slym banyak, O2 2
liter/menit, ASI 40cc/sonde, muntah tidak
ada, demam tidak S=36,8°C, badan
teraba hangat, bak lancar, bab belum.
28
BAB IV
PENUTUP
29