TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susuan saraf
pusat dan susunan saraf perifer, susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula
spinalis (Syaifuddin, 2010:182). Susunan sistem saraf perifer terdiri dari saraf
somatik dan saraf otonom (Syaifuddin, 2010:182). Sedangkan serabut saraf yang
menghubungkan berbagai bagian susunan saraf pusat dan saraf tepi ada dua
bagian jenis saraf, serabut saraf yang membawa impuls sensorik ke otak disebut
saraf aferen, dan serabut saraf yang menghantarkan impuls motorik dari otak ke
Serebrum
Serebelum
Batang otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang penting karena merupakan pusat dari
semua alat gerak tubuh. Pada otak perempuan lebih kecil daripada otak laki-laki,
perkembangan otak terbesar dicapai usia 18 tahun (Lyndon, 2012, hal. 199).
Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak, berat pada otak
orang dewasa kira-kira 1400 gram (Syaifuddin, 2010, hal. 184). Pada otak
memiliki beberapa bagian yang penting yaitu: batang otak (medulla oblongata,
1027).
Serebrum merupakan bagian otak terbesar dan paling menonjol, dan saraf
pusat berfungsi untuk mengatur semua kegiatan motorik dan sensorik serta
hemisfer kanan dan hemisfer kiri, pada tengah-tengahnya terdapat lekukan atau
celah yang membagi antara ke duanya yang disebut fisura longitudinalis. Pada
hemisfer kiri mengatur bagian tubuh kanan, sedangkan bagian tubuh kanan
kontralateral (Price, 2006, hal. 1027). Sedangkan pada bagian luar dari hemisfer
otak adalah korteks serebri yang dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Lobus frontalis,
lobus parietalis, lobus temporalis, lobus occipitalis (Price, 2006, hal. 1027).
1) Lobus frontalis
oleh sulkus sentralis Rolando dan diatas sulkus lateralis (Syaifuddin, 2009:336).
Lobus frontalis bertanggung jawab terhadap tiga fungsi utama yaitu: aktivitas
motorik volunter adalah gerakan yang dihasilkan oleh otot kerangka seperti pada
pengolahan sensorik, korteks motorik ditiap-tiap sisi otak mengontrol otot disisi
kiri otak akan menimbulkan paralisis disisi kanan tubuh dan sebaliknya juga. Pada
besar populasi terletak pada hemisfer kiri, kerusakan yang terjadi pada usia awal
dua integrasi yang terpisah yaitu ekspresi (gerakan pada mulut) dan penyampaian
kata-kata yang berkaitan dengan daerah tertentu, pada daerah primer spesialisasi
kortikal bahasa disebut Broca (Syaifuddin, 2009, hal. 175). Broca bertanggung
jawab untuk kemampuan berbicara yang terletak pada lobus frontalis kiri dan
berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang berfungsi sebagai pengatur
suara, jika terjadi kerusakan pada Broca akan menyebabkan kesulitan berbicara,
terdapat gyrus precentralis yang terletak dibagian anterior sulkus sentralis yang
terdiri dari area motorik primer kortek cerebri (Tortora, 2017, hal. 549). Sel-sel
saraf motorik besar yang ada di gyrus precentralis ini untuk mengatur gerakan
bertanggung jawab menerima input sensorik untuk sentuhan dan nyeri. Lobus
parietalis juga mengirim informasi sensorik ke banyak area lain di otak (Corwin,
2009, hal. 220). Girus postcentralis terletak di posterior sulkus sentralis yang
berfungsu sebagai area sensorik seluruh tubuh yang mencakup rasa nyeri, suhu
3) Lobus temporalis
Lobus temporalis terletak pada bagian lateral (Syaifuddin, 2009, hal. 337).
220). Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan penting untuk untuk
4) Lobus oksipitalis
oksipitalis juga lobus yang memisahkan antara serebrum dan serebelum. Lobus ini
berisi korteks visual dan area asosiasi visual dan menerima informasi yang berasal
Lobus flocculonodular
Cerebellar peduncles
Lobus anterior
Superior vermis
Lobus posterior
otot dengan baik (Sloane, 2014, hal. 173). Pada serebelum juga terbagi menjadi
tiga lobus yaitu: (1) Lobus flocculonodularis yang terdiri atas flocculus dan
nodulus vermis yang berfungsi sebagai mengontrol postur dan gerakan pada mata.
(2) Lobus anterior yang terletak disebelah rostral dari fisura primer dan mencakup
sisa vermis yang berfungsi untuk menerima input proprioseptif dari otot dan
hemisfer serebelum yang berfungsi sebagai menerima input utama dari kortek
serebelum melalui nuclei pontis dan pedunculus cerebelaris medius serta penting
dalam koordinasi dan perencanaan gerakan terampil volunter yang dimulai dari
otak yang lebih tinggi. Pada bagian-bagian batang otak terdiri dari bawah ke atas
yaitu medula oblongata, pons, otak tengah atau mesensefalon (Price, 2006, hal.
1024).
Otak tengah merupakan bagian pendek dari batang yang letaknya diatas
pons. Bagian ini terdiri dari (1) Bagian posterior, yaitu tektum yang terdiri dari
kolikulus superior yang berfungsi sebagai reflek pengelihatan dan koordinasi
yang turun dari serebrum, di otak tengah terdapat 2 saraf kranialis yaitu saraf
2) Pons
oblongata. Pada pons terdiri dari 2 bagian yang memiliki fungsi tersendiri yaitu
pons bagian ventral terdiri dari nukleus pontis yang merupakan penyampaian
jaras kortiko ponto serebelaris dan pons bagian dorsal tersusun oleh formasio
sensorik asenden, dan beberapa serabut jaras motorik desenden. Didalam formasio
dalam regulasi pernafasan (Satyanegara, 2010, hal. 26). Pons juga terdapat nuklei
saraf kranial V, VI, dan VII yang terletak dalam pons, yang juga menerima
3) Medula oblongata
bagian inferior batang otak. Substansia alba medula mengandung semua tractus
spinalis dan bagian otak-otak lainya, pada sebagian substansia alba medula
membentuk tonjolan pada aspek anterior medula yang pada tonjolannya sering
disebut pyramis (Tortora, 2017, hal. 536). Medula oblongata berfungsi sebagai
gerak volunter ekstremitas tubuh, medula oblongata juga memiliki beberapa
nukleus pada sel saraf didalam sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai
mengontrol fungsi tubuh vital seperti mengatur kecepatan dan kekuatan denyut
jantung, diameter pembuluh darah, dan irama pernapasan normal (Tortora, 2017,
hal. 536-537). Medula oblongata juag terdapat nuklei yang merupakan asal saraf
2.1.1.4 Diensefalon
1) Talamus
Talamus adalah stasiun relai utama untuk sebagian besar impuls sensorik
yang mencapai area sensorik primer kortek cerebri dari medula spinalis dan
batang otak. Selain itu talamus berperan pada fungsi motorik dengan
2) Hipotalamus
lateral ventrikel III yang meluas ke bawah sebagai kelenjar hipofise yang terletak
3) Subtalamus
dan hipotalamus (Satyanegara, 2010, hal. 24). Subtalamus fungsinya belum dapat
ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi
tubuh, gerakan involuntar biasanya lebih nyata pada tangan daripada kaki (Price,
4) Epitalamus
terdiri dari nukleus dan komisura habenulare, korpus pineal (kelenjar epifisi), dan
Basal ganglia terdiri atas beberapa massa substansia grisea yang terletak
jauh didalam substansia alba serebrum. Basal ganglia juga terbagi menjadi 4 yaitu
nukleus kauda yang berfungsi sebagai penggerak otot rangka tak sadar, nukleus
amigdaloid yang berada pada bagian ekor nukleus kauda, nukleus lentikular yang
berfungsi sebagai mengatur tonus otot dan ketepatan gerakan otot, dan klaustrum
adalah lapisan tipis substansi abu-abu yang ditemukan diantara putamen (bagian
dalam nukleus lentikular) dan lobus insular serebrum yang terletak jauh didalam
sulkus lateral (Sloane, 2014, hal. 170). Pada basal ganglia memiliki fungsi sebagai
berikut: (1) Menghambat tonus otot diseluruh tubuh, tonus otot yang sesuai
gerakan yang tidak berguna atau tidak diinginkan. (3) Membantu memantau
menggoordinasi kontraksi-kontraksi menetap yang lambat, terutama yang
Saraf kranial merupakan saraf tepi yang berasal dari otak tengah, pons,
medula oblongata. yang memiliki 12 pasang saraf pada saraf kranial yang
sebagian memiliki serabut saraf motorik dan sebagian lagi memiliki serabut saraf
dibawah ini:
SSP sangat bergantung pada aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan
pembuangan sisa-sisa metabolisme. Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang
arteria, yaitu arteria vertebralis dan arteria carotis interna, yang cabang-cabangnya
Arteria carotis interna dan eksterna bercabang dari arteria carotis komunis
wajah, tiroid, lidah, dan faring. Arteria carotis interna sedikit berdilatasi tepat
darah arteria, yang secara reflek mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh
(Price, 2006, hal. 1019). Arteria carotis interna masuk kedalam tengkorak dan
bercabang kira-kira setinggi kasma optikum, menjadi arteria serebri anterior dan
media.
nukleus kaudatus dan putamen ganglia basalis, bagian-bagian kapsula interna dan
korpus kalosum, dan bagian-bagian (terutama bagian medial) lobus frontalis dan
parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik (Price, 2006,
hal. 1019).
permukaan lateral yang menyerupai kipas. Arteria ini merupakan sumber darah
serta korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi
foramina tranvesalis dan masuk rongga kranial melalui foramen magnum. Arteri
dan pons, arteri vertebralis bergabung membentuk dua arteri basilaris. Sistem
arteri vertebralis memberikan suplai pada batang otak, serebelum, bagian bawah
diensefalon dan daerah medial dan inferior lobus temporalis dan lobus oksipitalis
(Black, 2014).
Arteria ini merupakan penyelamat bila terjadi perubahan tekanan darah arteria
Aliran vena batang otak dan serebelum berjalan paralel dengan distribusi
pembuluh darah arterianya. Sebagian besar drainase vena dari serebrum terjadi
interna pada dasar tengkorak dan bersatu dengan sirkulasi umum. Sinus-sinus
dura terdiri atas sinus sagitalis superior, dan inferior, sagimoideus transversus
sendiri akan mengulas bagaimana sistem saraf pusat (SSP) mengatur tiap-tiap
otot, dan sendi, sehingga menjadi gerakan yang fungsional, bagaimana untuk
dan lingkungan. Gerakan ini juga dibutuhkan presepsi, kognisi, dan tindakan
(Shumway-cook, 2012, hal. 4). Proses motor kontrol dimulai dari sensori yang
diterima reseptor perifer, lalu akan diolah oleh sensori primer, kemudian
diintregasikan dari lobus parietal, occipital, temporal dan dijadikan satu. Lalu
diaktifkan ke otot dan sendi lalu dieksekusi. Proses ini disebabkan karena gerakan
bekerja secara hirarki dan paralel, yang dihasilkan dari dalam sistem saraf pusat
(SSP) dan interaksi dari berbagai struktur (Shumway-cook, 2012, hal. 48).
bagian-bagian lain otak dapat secara bertahap mengambil alih sebagian atau
semua fungsi bagian yang rusak. Para ahli peneliti kini mulai dapat
baru, tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada sebagai respon
bentuk denrit akibat modifikasi elemen sitoskeleton tertentu. Karena itu koneksi
sinaps antara neuron-neuron tidak bersifat tetap tetapi dapat dimodifikasi oleh
2.2 Biomekanik
Dalam sub bab ini akan menjelaskan tentang analisa biomekanik yang
berkaitan dengan stroke memiliki beberapa latihan yaitu tahapan tidur terlentang,
Posisi tidur terlentang adalah sebagai posisi istirahat bagi tubuh karena
tidak melawan gravitasi dengan posisi bahu pada saat posisi tidur adalah lebih
cenderung ke arah retraksi. Selain itu, posisi pelvic cenderung tilting ke arah
posterior bersama dengan hip yang ekstensi, sedangkan pada ekstrimitas bawah
pada tidur terlentang posisi tungkai adalah lateral rotasi karena ditentukan oleh
tonus, ketika tonus otot rendah maka semakin besar tungkai ke arah lateral rotasi
Tidur miring adalah posisi dimana tingkat asimetris antara kedua sisi tubuh
yang tidak sama. Posisi tidur miring pada sisi bantalan beban tubuh lebih panjang
dan memanjang dibanding sisi yang bantalan tanpa beban yang posisi ditekuk.
Posisi tersebut terpengarui oleh faktor anatomis dari individu sendiri. Posisi tidur
miring memberikan kontrol postur dan reintegrasi sensorik pada bantalan beban
sisi yang mendapat fasilitasi melalui gerakan fungsional sisi yang tanpa beban
Dalam posisi ini gerakan akan berbeda secara signifikan antara duduk dari
berbaring di lantai dan duduk dan menempatkan kaki di sisi tempat tidur. Posisi
duduk di tepi tempat tidur ketinggian tempat tidur sedemikian rupa individu dapat
duduk dengan pinggul dan lutut membentuk sudut 90o saat menyelesaikan gerakan
sampai kedua telapak kaki menumpu penuh pada permukaan (Edwards, 2002, hal.
54). Sebagian besar klien saat bangun dari tidur terlentang ke duduk lebih dahulu
yang akan mereka gerakan. Diikuti gerakan kaki yang hampir bersamaan oleh
fleksi kepala dan batang tubuh (torso) (Edwards, 2002, hal. 54). Titik tumpu pada
pergerakan ini berada pada pelvis. saat bergerak pelvis cenderung tilt ke arah
posterior, namun gerakan tersebut bergantung pada kakuatan dan kontrol postur
dari otot perut. Setelah mencapai akhir gerakan, batang tubuh (torso) kemudian
mengarahkan gerak pelvic tilt ke arah anterior. Untuk gerakan dari posisi tidur
Seperti semua gerakan, kecepatan yang dipengaruhi oleh koordinasi dan tingkat
usaha yang diperlukan. Ketika usia mudah yang tangas akan bergerak lebih cepat
dan lancar dari pada mereka yang usia tua, semakin lambat kecepatan mereka saat
2.2.4 Duduk
Analisa pada posisi postur duduk terdiri dari dua macam yaitu dengan
lumbar, pelvic, dan tungkai. Posisi ini terjadi gerakan pelvic dan lumbar kearah
ekstensi. Bahu juga terjadi gerakan protaksi, internal rotasi, dan adduksi. Posisi
pelvis tergantung dari posisi duduk dan otot utama penggerak ekstensi lumbar.
Sudut dari pelvic tilt yang ke arah anterior dipengaruhi oleh ekstremitas bawah
dan pola keseharian individu. Posisi normal fleksi hip dan lutut membentuk sudut
Duduk pada kursi yang memiliki sandaran berbeda dengan duduk di kursi
yang tidak ada sandarannya. Terdapat beberapa jenis duduk dengan menggunakan
sandaran, sebagai contoh kursi makan dan kursi panjang. Kursi makan tidak
terdapat pegangan tangan dan sandaran punggung yang tegak, sehingga postur
tubuh seseorang yang duduk di kursi makan akan hampir sama dengan seseorang
yang duduk dikursi tanpa sandaran. Kursi panjang mempunyai sandaran dan
kursi. Posisi duduk dengan kursi panjang terjadi gerakan posterior pelvic tilt.
Bahu protaksi, lengan, dan tungkai kondisi istirahat tanpa pengaruh adanya
gravitasi. Terdapat juga penambahan titik tumpu pada kursi sandaran punggung
tubuh dan kekuatan otot untuk menumpu berat badan. Berdiri juga membutuhkan
aktivitas anti gravitasi untuk mempertahankan posisi tubuh tegak di atas base of
support. Posisi pelvic pada posterior tilt menghasilkan posisi yang lebih
melengkapi aktivitas ekstensor pada hip dan pelvic (Edwards, 2002, hal. 54). Ada
1) Flexion momentum
Posisi awal duduk rilek tanpa sandaran, pelvic dalam posisi posterior tilt.
Pada fase ini pelvic bergerak kearah anterior tilt ketik trunk mulai bergerak ke
arah fleksi. Fase ini membutuhkan koordinasi dari segmen tubuh untuk
memindahkan tubuh ke arah horizontal dan vertikal. Aktivitas otot ekstensor trunk
bawah. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapat hasil yang
efisien pada fase tersebut yaitu: postur awal, besar kecilnya tingkat bantuan,
postur aligment dan aktivitas, tinggi dan jenis permukaan dari kursi. Dengan klien
pada kontrol postur yang buruk pada trunk akan sulit menciptakan keselarasan
pada fase ini sehingga diperlukan latihan pada fase flexion momentum (Raine,
2) Momentum transfer
Momentum transfer diawali dengan seat off dan berakhir pada dorsi fleksi
biomekanik saat berjalan, dan menaiki tangga. Base of support pada fase ini relatif
rendah sehingga membutuhkan kestabilan pada ankle dan kaki, serta dibutuhkan
juga keselarasan yang tepat untuk ekstremitas bawah karena berhubungan dengan
waktu dan pola aktivitas otot pada tahap ini dan untuk tahap ekstensi yang akan
3) Extension
Extension merupakan fase setelah akhir dari dorso flexi ankle hingga
ekstensi hip. Fase ini juga membutuhkan kontrol postur yang baik, apabila
aktivitas ekstensor hip, knee, dan ankle dapat terkoordinasi dengan baik maka
4) Stabilitation
Fase ini merupakan fase saat hip posisi ekstensi hingga tubuh berdiri tegak.
Fase ini yang paling sulit untuk dipelajari karena gerakan ini merupakan gerakan
pembentuk gerak fungsional selanjutnya yaitu berjalan (Raine, 2009, hal. 88).
2.2.6 Berdiri
Gambar 2.14 Berdiri (Edwards, 2002, hal. 53)
tegak diatas base of support (BoS) yang relatif kecil. Posisi pelvic atau pada posisi
posterior tilt menghasilkan posisi yang lebih seimbang, secara mekanis karena
ekstensor pada hip dan pelvic (Edwards, 2002, hal. 53). Pada posisi berdiri
melangkah maka aktivitas otot yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan berdiri
dengan BoS yang kecil. Tungkai bawah dan kaki dapat menyesuaikan perubahan
berat dan trunk agar dapat mempertahankan CoGnya untuk tetap berada diatas.
Untuk membuatnya lebih efektif lagi diperlukan adanya kekuatan pada kaki
supaya mampu melakukan strategi ankle maupun tungkai (Edwards, 2002, hal.
53).
2.2.7 Berjalan
Gambar 2.15 Fase-fase berjalan (Whittle, 2007, hal. 52)
bergerak maju untuk mengambil langkah yang dilakukan secara berulang pada
kaki kanan dan kaki kiri (Edwards, 2002, hal. 56). Berjalan juga memiliki fase
yang dibagi menjadi dua yaitu fase stance dan swing yang juga memiliki beberapa
tahap yaitu (1) Fase stance terdiri dari initial contact, loading response, mid-
stance, terminal stance, dan pre-swing. (2) Fase swing terdiri dari initial swing,
Stroke infark adalah gangguan neurologi yang terjadi akibat obstruksi atau
oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh darah otak atau
organ distal (Price, 2006, hal. 1113). Stroke yang ada dirumah sakit dengan
rehabilitasi akut dan masih berada di rumah sakit (rawat inap) (Wirawan, 2009,
hal. 65).
2.3.2 Etiologi
Aliran darah ke otak bisa menurun dengan beberapa cara, pada iskemia
terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terganggu atau tersumbat total.
Kemampuan bertahan yang utama pada jaringan otak yang iskemik bergantung
pada lama waktu kerusakan ditambah dengan tingkatan gangguan dari metabolism
otak, iskemia biasanya terjadi karena trombosis atau emboli. Stroke yang sering
terjadi dikarenakan trombosis dari pada embolik (Black, 2014, hal. 615). Stoke
pada pembuluh darah besar disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri
serebral utama, seperti pada arteri carotis interna, serebral anterior, serebral
media, serebral posterior, vertebral, basilasris. Stroke pada pembuluh darah kecil
terjadi karena cabang dari pembuluh darah besar yang masuk ke bagian lebih
2.3.3 Trombosis
membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan
aliran darah yang pada biasanya lancar pada arteri, kemudian darah akan berputar-
putar atau menetap pada bagian yang terdapat adanya plak pada dinding pembuluh
darah. Penyebabnya akan menjadi gumpalan yang melekat pada plak tersebut.
Trombus bisa terjadi di semua bagian sepanjang arteri carotis atau pada cabang-
cabangnya. Bagian yang biasanya terjadi penyumbatan adalah pada bagian yang
mengarah pada percabangan dari carotis utama ke bagian dalam dan luar dari
2.3.4 Embolisme
stroke embolik. Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan
pembuluh darah dan menyumbat arteri. Trombus dapat terlepas dari arteri carotis
bagian dalam pada bagian luka plak dan bergerak kedalam sirkulasi serebral.
Stroke embolik yaitu, gumpalan darah yang terkumpul didalam atrium yang
terbentuk sangat kecil terbentuk dalam atrium kiri dan bergerak menuju jantung
dan masuk kedalam sirkulasi serebral. Endokarditis yang disebabkan oleh bakteri
maupun yang nonbakteri dapat menjadi sumber terjadinya emboli. Emboli bisa
terjadi pada seluruh bagian pembuluh darah serebral karena kejadian emboli pada
serebral meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia (Black, 2014, hal. 616-
617).
aliran darah ke otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang mengalami
berlebihan pada pembuluh darah yang bisa terjadi pada kondisi gangguan aliran
iskemik. Tekanan pada pembuluh darah serebral bisa disebabkan oleh gumpalan
darah yang besar, pembengkakan pada jaringan otak (Black, 2014, hal. 617).
melitus, hipertensi, kecanduan alkohol, dan merokok (Price, 2006, hal. 1107).
Kondisi diabetes melitus dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, serta angka
(Black, 2014, hal. 617). Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dimodifikasi
untuk stroke iskemik, pada pengontrolan tekanan darah yang adekuat bagi
penderita hipertensi dapat menurunkan 38% kejadian stroke (Black, 2014, hal.
617), sedangkan pada faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia,
jenis kelamin, ras, dan juga riwayat pada keluarga menjadi salah satu faktor risiko
2.3.7 Patologi
nutrie, pada dalam keadaan normal jika pembuluh arteri tersumbat, maka
yang terkena. Mekanisme kompensasi ini bekerja terlalu berlebihan atau aliran
darah serebral tetap terganggu selama lebih dari beberapa menit, maka
kekurangan oksigen akan menimbulkan infark pada jaringan otak. Sel-sel otak
akan berhenti bekerja karena tidak mempunyai simpanan glukosa atau glikogen
diperdarahi oleh pembuluh darah yang tersumbat akan mati karena kekurangan
oksigen dan nutrien. Keadaan ini mengakibatkan infark serebri: pada cedera
jaringan akan memicu respon inflamasi yang selanjutnya akan meningkatkan
serta pembentukan radikal bebas. Kalsium, natrium, dan air akan menumpuk
dalam sel-sel yang cedera sementara neurotransmiter eksitasi dilepas. Cedera dan
Stroke pada satu hemisfe otak akan menimbulkan tanda dan gejala pada sisi
Infark pada daerah pembuluh darah besar ( arteri serebral anterior, arteri serebral
media, arteri serebral posterior) memiliki tanda dan gejala yang khas atau
Tanda yang khas dari keadaan ini kelemahan pada tungkai kontralateral
dengan kemungkinan adanya kelemahan pada lengan yang ringan, apabila infark
menyerang lobus frontal maka akan terjadi ketiadaan motivasi, gangguan ingatan,
gangguan emosional, paratonia ( kecenderungan untuk menggerakan tungkainya
ke suatu gerakan) dan jenis afasia tertentu (motorik transkortikal). Beberapa kasus
jika arteri sereebral anterior teroklusi di lokasi yang sangat proksimal hal ini akan
kelemahan pada wajah dan lengan tanpa hilangnya sensorik (Always, 2009, hal.
12).
Pasien stroke yang terkena pada arteri ini akan bahaya dan derajat
kerusakannya tergantun berapa luas bagian arteri serebri medial yang terokulasi.
(paling sering terkena adalah wajah, lengan jauh lebih lemah dari pada kaki),
Pasien yang terkena oklusi pada arteri ini akan memiliki efek yang
bervariasi, tergantng bagian arteri mana yang terlibat, jika yang oklusi pada
segmen distal, dapat menyebabkan hilangnya pengelihatan pada ke dua mata, jika
2.3.9 komplikasi
terdapat juga beberapa komplikasi ini akan timbul jika lama tidak di tangani akan
dikarenakan terlalu lama berbaring di bed yang mengakibatkan infeksi pada dada
setelah terkena stroke. Karena hilangnya reflek batuk dan menelan (disfagia) yang
menyebabkan pola nafas klien buruk dan terdapat emboli pada paru-paru
(Pendlebury, 2009, hal. 250). Gangguan menelan merupakan gejala klinis penting
karena menempatkan pasien pada resiko aspirasi dan pneumonia, selain dehidrasi
dan malnutrisi, sedangkan pada suara klien yang serak basah perlu dicurigai
2) Tromboemboli vena
di rumah sakit terdapat tromboemboli vena di kaki yang lemah dan mengalami
bengkak pada kaki mereka yang lumpuh, meskipun hal ini biasanya tidak dapat
dideteksi secara klinis. Namun, kaki yang bengkak dan menyakitkan mengganggu
3) Depresi
Klien dengan stroke fase aku sering didapatkan depresi yang mengakibatkan
252).
4) Permasalahan muskuloskeletal
kontraktur pada sendi, sedangkan pada otot klien akan mengalami atrofi
(mengecilnya otot) karena jarang mengkontraksikan ototnya (Pendlebury, 2009,
hal. 252).
dari pemeriksaan subyektif yaitu berisi tentang identitas klien, keluhan utama
klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan
riwayat sosial (Muttaqin, 2008, hal. 133). Selain itu, didalam pengkajian terdapat
stroke.
Riwayat penyakit sekarang yang dapat ditemukan dalam kasus ini adalah
ditemukan terjadi lemas yang secara mendadak bisa di wajah, lengan, atau tungkai
terutama pada salah satu sisi tubuh dan disertai gangguan pengelihatan, bingung,
pusing berjalan, dan hilangnya keseimbangan. Semua keluhan ini terjadi secara
mendadak, nyeri kepala yang mendadak tanpa sebab yang jelas (Price, 2006, hal.
1117).
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
Riwayat keluarga ini membahas tentang suatu penyakit yang ada di keluarga
klien tersebut. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetus
melitus, bisa saja pernah terjadi riwayat stroke dari generasi sebelumnya
klien, seperti keseharian atau aktivitas sehari-hari klien, hobby klien, keagamaan
jenis kelamin, status pernikahan klien, alamat, dan pekerjaan klien, serta
lokasi bagian yang terkena stroke (Pary, 2007, hal. 16). Aliran darah dalam
pembuluh darah arteri yang ada di otak dapat dipelajari dengan MRI, sedangkan
jika aliran darah bergerak dengan kecepatan tinggi maka aliran darah akan
berwarna hitam pada gambar MRI, jika aliran darah pada arteri berjalan lambat
maka akan terlihat warna putih. Okulsi dapat disimpulkan ketika kekosongan
aliran darah tidak terlihat pada gambar yang menunjukan pandangan cross section
arteri. Pemindai MRI dengan resolusi tinggi juga dapat digunakan untuk
1) Tanda-tanda vital
2) inspeksi
3) Palpasi
2.4.1.5 Pemeriksaan kemampuan fungsional
1) Barthel index
1) Ashwort
2) Pemeriksaan sensori
1) Impairment
disartria, disfagia, depresi, dan lain sebagainya (Wirawan, 2009, hal. 64).
2) Functional limitation
melakukan suatu hal dalam keseharian seperti makan, minum, mandi berpakaian,
berhias, toileting, buang air besar, buang air kecil, berpindah tempat (transfer),
3) Participation restrition
2.4.3.5 Edukasi
2.4.4 Evaluasi
1) Berhasil
2) Tidak berhasil