Anda di halaman 1dari 15

INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION

(IUGR)

1. Defenisi Intra Uterine Reterderdation (IUGR) 

Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR)  adalah berat

badan bayi kurang dari persentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam

artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan usia kehamilannya.

(Asuhan Kebidanan IV Patologi: 225).

Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR)  adalah memiliki

berat fetus <10 persentil untuk umur kehamilan tertentu-berat lahir <2

dari berat rata-rata untuk umur kehamilan tertentu. (Asuhan Kebidanan

Patologis: 93).

Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami

pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan

dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai

dengan usia kehamilannya.

2.. Manifestasi klinik

Bayi-bayi lahir Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR) 

biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit keriput, tali pusat umumnya

tampak rapuh dan layu dibandingkan pada bayi normal yang tampak
tebal dan kuat, Intra Uterine Reterderdation (IUGR)  muncul sebagai

akibat dan berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi

saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk

perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena

infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan

bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orang tua kecil),

kebanyakan kasus Pertumubuhan Janin Terhambat (PJT) atau Kecil

Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain.

Beberapa diantaranya sebagai berikut:

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) dapat terjadi kapanpun

dalam kehamilan. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang muncul

sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan

penyakit ibu. Sementara, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang

muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem

lain. Pada kasus Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), pertumbuhan

seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke

plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil

oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal,

dan janin berisiko tinggi mengalami kematian.


3. Klasifikasi

1.      IUGR yang simetris (20-30%)

a.       Kemampuan tumbuh berkurang

b.      Terjadi pada awal kehamilan

c.       Seluruh fetus secara proportional kecil

d.      Semua biometri dibawah 10 persentil untuk umur

kehamilan

e.       Pencegahan infeksi normal

2.      IUGR asimetri (70-80%)

a.       Pertumbuhan janin terhambat (biasanya karena plsenta

insufisiensi)

b.      Biasanya terjadi setelah umur 28 minggu

c.       Pertumbuhan kepala tetap normal, sedangkan

pertumbuhan abdomen lambat

d.      Pencegahan infeksi rendah

3.      IUGR kombinasi (5-10%)

a.       Terjadi pada umur kehamilan 20-28 minggu

b.      Berhubungan dengan penyakit ibu yang berat (hipertensi

kronis)

c.       Lupus nephritis, penyakit vaskuler ibu

d.      Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin terhambat(PJT)


4. Etiologi

1.  Penyebab ibu

a.   Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak

adekuat

Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan

janin. Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan dapat

menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan

sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang

harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan

10-12 kg.

b.  Penyakit ibu kronik dan gaya hidup.

Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung

sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat

menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-

eklampsia yang dapat membawa ke PJT. Hipertensi dan

penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita DM yang berat,

toksemia, hipoksia ibu, gizi buruk, drug abuse, peminum

alkohol. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan

narkotik

2.   Penyebab janin
a.  Infeksi selama kehamilan Infeksi bakteri, virus, protozoa

dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah

infeksi yang sering menyebabkan PJT

b.  Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung

bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan

dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).

Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT

c.  Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang,

rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

d. Haemolysis; kelainan sel darah merah

3.   Penyebab plasenta (ari-ari)

             a.      Kelainan plasenta, sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat

menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta,

infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan

plasenta previa

            b.      Kehamilan kembar. Twin-to-twin transfusion syndrome.

5. Patofisiologi
1.      Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan Pada kondisi

awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi

oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi

kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat

pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal

kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang

simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan

pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.

2.      Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan

plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta

sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.

3.      Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan

Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi

interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan

tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi

perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang

diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses

perlambatan pertumbuhan yang irreversible.

6. Tanda dan Gejala


1.  Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas

periode 4 minggu.

2. TFU paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap

usia kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya.

3. Kekurangan penambahan berat badan ibu.

4. Gerakan janin yang kurang.

5. Kekurangan volume cairan amnion.

6.  Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)

7.  Tungkai yang kurus (masa otot ↓)

8. Kulit keriput ( lemak subkutis ↓)

Bila penyebab PJT asimetrik berlangsung lama maka janin akan

kehilangan kemampuan untuk melakukan kompensasi →  terjadi PJT

simetrik.

Terhentinya pertumbuhan dan perkembangan kepala akan

berdampak besar terhadap proses tumbuh kembang anak nantinya. PJT

patut diduga bila ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan →

konfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi.

7. Komplikasi

1.  Janin

-   Antenatal          : gagal nafas dan kematian janin


-   Intranatal          : hipoksia dan asidosis

-   Setelah lahir      :

a). Secara Langsung

 Asfiksia

 Hipoglikemi

 Aspirasi mekonium

Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala

yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam

saluran pernafasan bayi. SAM seringkali dihubungkan dengan

suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini,

janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia

(kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan

menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai

dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium

ke dalam cairan amnion.

·         DIC

Disebarluaskan pembekuan intravascular (DIC), juga dikenal

sebagai konsumtif coagulopathy, adalah patologi aktivasi

pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon

terhadap berbagai penyakit.

·         Hipotermi

·         Perdarahan pada paru


·         Polisitemia

Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah

yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia

menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan

berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui

pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa

menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh

darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi

tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya

lemah dan denyut jantungnya cepat.

·         Hiperviskositas sindrom

·         Terjadi karena aliran darah terhambat, akibat darah yang

lebih kental.  Kekebalan dapat terjadi karena volume dan

jumlah sel bertambah atau plasma lebih kental. Mata terlihat

merah dengan pembuluh darah konjungtiva bertambah.

Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus

memperlihatkan pengisian pembuluh darah yang berlerbihan

sehingga lumen arteri dan vena melebar, dismal peningkatan

perkelokan.

·         Gangguan gastrointestinal

b). Tidak langsung


Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai

dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris IUGR

dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi

dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR yang

disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.

2.      Ibu

Mengalami Preeklampsi, penyakit jantung, dan malnutrisi.

8. Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali

pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin

kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi

dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah

menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-

pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.

Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk

mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci

seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung

bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan

pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi

untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian

ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan


dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal

menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.

Tatalaksana kehamilan dengan PJT, karena tidak ada terapi

yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi yang sudah cukup

usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.

Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :

-    PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan

adalah segera dilahirkan

-    PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari

pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka

amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel

plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum :

Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom

serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi

disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke

kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan

untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan

aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus

IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus

segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk


diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin

menggunakan USG setiap 3-4minggu

b. Tatalaksana khusus :

Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya

terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah

nutrisi ibu hamil tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada

wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka

semuanya harus dihentikan

c. Proses melahirkan :

Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.

Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah

komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi

distress janin serta perawatan intensif neonatal caresegera setelah

dilahirkan sebaiknya dilakukan.

Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan

meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh

insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.

Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia

perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi

mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat

mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula

darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu


lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah

dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up”

pertumbuhan setelah dilahirkan.

9. Pencegahan

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah.

Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin

dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama

kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari

dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum

alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga

teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,

vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu

pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit

kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk

setiap ibu hamil sebagai berikut :

1. Usahakan hidup sehat.

Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas,

makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.

2. Hindari stress selama kehamilan.

Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.


3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama

kehamilan.

Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep

dokter kandungan.

4. Olah raga teratur.

Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu

memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.

5.  Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.

6.  Periksakan kehamilan secara rutin.

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan

agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada

kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil

dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan

usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,

pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya,

lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran

atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula

terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan

lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. 


DAFTAR PUSTAKA

Yeyeh Rukiyah,Ai.dkk.2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi

Kebidanan). Jakarta :Trans Info Media

Fadlun.dkk.2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba

Medika

Leveno, J Kenneth, dkk. 2009. Obsetri Williams Edisi

21. Jakarta : EGC

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta: EGC

           

Anda mungkin juga menyukai