Anda di halaman 1dari 19

Nama Mahasiswa : Caecilia Ayu Putri Wulandari Tanda Tangan:

NIM : 11-2017-149
Dokter Pembimbing : dr. Rini Ismarijanti, Sp.S
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Cipinang Bali II RT/RW 012/013
Agama : Islam

B. ANAMNESIS
Anamnesis pada tanggal 4 Maret 2018 secara autoanamnesa di Poliklinik Saraf RSAU
Dr. Esnawan Antariksa
PASIEN DATANG KE RS
Datang sendiri.

I. Keluhan Utama
Telapak tangan kanan sering terasa kesemutan sejak 1 minggu.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang sudah dirasakan sejak
2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu.
Kesemutan terutama dirasakan pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan
bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada pada malam hari atau pun sedang
mencuci baju. Pasien mengatakan tangan kanannya sering kesemutan hingga terasa
kebas.
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga yang aktivitasnya sehari-hari mengurus
pekerjaan rumah seperti mencuci baju, mencuci piring dan lainnya. Pekerjaan rumah
tangga ini sudah dijalani oleh pasien selama lebih dari 20 tahun. Pasien menyangkal

1
riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan. Pasien juga menyangkal riwayat
jatuh dengan posisi menumpu pada tangan maupun adanya kelemahan anggota gerak.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, diabetes, ataupun penyakit jantung.

IV. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal adanya keluarga yang menderita hipertensi, diabetes, ataupun
penyakit jantung.

V. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi


Sosial ekonomi pasien cukup baik untuk sehari-hari.

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 E: 4 V: 5 M: 6
Tinggi badan :158 cm
Berat badan :50 kg
Tanda Vital
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
Frekuensi nadi : 70 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,5˚C
Skala nyeri :1
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor +/+
Leher : Tidak ada pembesaran KGB maupun tiroid (-)
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum

2
Mulut : bibir lembab, lidah tidak kotor
Telinga : daun telinga normal, liang telinga lapang
Thorax
Paru-paru : simetris kanan kiri statis dan dinamis, suara nafas
vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :bunyi jantung I dan II murni reguler, gallop (-), murmur
(-)
Abdomen :bentuk cembung, bising usus (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis pada
extremitas superior dan inferior.

II. STATUS NEUROLOGIS


A. Tanda Rangsang Selaput Otak
Kaku kuduk : tidak dinilai
Brudzinski I : tidak dinilai
Brudzinski II : tidak dinilai
Kernig sign : tidak dinilai
Laseque sign : tidak dinilai
B. Pemeriksaan Saraf Kranial
N. I (olfactorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Tidak dinilai Tidak dinilai
Objektif dengan bahan Tidak dinilai Tidak dinilai

N. II (opticus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Tidak dinilai Tidak dinilai
Lapang pandang Normal Normal
Funduskopi Tidak dinilai Tidak dinilai

N. III (occulomotorius)
Pergerakan bulbus baik ke semua arah baik ke semua arah

3
Strabismus tidak ada tidak ada
Nistagmus tidak ada tidak ada
Eksoftalmus tidak ada tidak ada
Pupil
- Besar ±3mm ±3mm
- Bentuk bulat bulat
Membuka kelopak mata ya ya
Refleks cahaya + +

N. IV (trochlearis)
Pergerakan mata normal normal
(kebawah-keluar)
Sikap bulbus normal normal
Diplopia tidak ada tidak ada

N. V (trigeminus)
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Tidak dinilai Tidak dinilai
Sensibilitas normal Normal

N. VI (abducens)
Pergerakan mata normal normal
(lateral)
Sikap bulbus normal normal
Diplopia tidak ada tidak ada

N. VII (facialis)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Normal, simetris Normal, simetris
Menutup mata Normal Normal

4
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Mencucukan bibir Normal Normal
Menggembungkan pipi Normal Normal
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dinilai Tidak dinilai
anterior

N. VIII (vestibulocochlearis)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Rinne Tidak dinilai Tidak dinilai
Weber Tidak dinilai Tidak dinilai
Schwabach Tidak dinilai Tidak dinilai

N. IX (glossopharyngeus)
Perasaan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Sensibilitas : Tidak dilakukan
N. X (vagus)
Arcus pharynx : Simetris
Menelan : Dapat menelan dengan baik
Bicara : Artikulasi jelas, tidak ada suara sengau
N. XI (accesorius)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Mengangkat bahu normal normal
Memalingkan kepala normal normal
N. XII (hypoglossus)
Pergerakan lidah : Tidak ada deviasi
Tremor lidah : Tidak ada
Artikulasi : Jelas

C. Pemeriksaan Fungsi Motorik


1. Badan
Motorik
Respirasi : simetris dalam keadaan stastis dan dinamis

5
Bentuk columna vertebralis : simetris dalam garis median
2. Anggota gerak atas
Motorik kanan kiri
Pergerakan bebas bebas
Kekuatan 5 5
Tonus normotoni normotoni
Atrofi (-) (-)
3. Anggota gerak bawah
Motorik kanan kiri
Pergerakan bebas bebas
Kekuatan 5 5
Tonus normotoni normotoni
Atrofi (-) (-)
D. Sistem Refleks
Nama Refleks Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Patella + +
Achilles + +
RefleksPatologis:
Babinsky Kanan :-
Kiri :-

E. Pemeriksaan Sensibilitas
1. Anggota gerak atas
Sensibilitas kanan kiri
Taktil baik baik
Nyeri baik baik
Thermi tidak dinilai tidak dinilai
Lokalisasi baik baik
2. Anggota gerak bawah
Sensibilitas kanan kiri

6
Taktil baik baik
Nyeri baik baik
Thermi tidak dinilai tidak dinilai
Lokalisasi baik baik
F. Pemeriksaan Koordinasi

1. Cara berjalan : dapat berjalan dengan baik


2. Tes romberg : tidak dilakukan
3. Tes disdiadokokinesia : tidak dilakukan
4. Tes tunjuk hidung : tidak dilakukan

Tes Tambahan Kanan Kiri


 Deformitas : (-) (-)
 Atrofi : (-) (-)
 Tinel sign : (+) (-)
 Phalen test : (+) (-)

D. RESUME
Subjective:
Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang sudah dirasakan sejak
2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu.
Kesemutan terutama dirasakan pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan
bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada pada malam hari atau pun sedang
mencuci baju. Pasien mengatakan tangan kanannya sering kesemutan hingga terasa
kebas. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga yang aktivitasnya sehari-hari mengurus
pekerjaan rumah seperti mencuci baju, mencuci piring dan lainnya. Pekerjaan ini sudah
dijalani oleh pasien selama lebih dari 20 tahun.
Objective:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 E: 4 V: 5 M: 6
Tanda Vital
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

7
Frekuensi nadi : 68 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,9˚C
Skala nyeri :1
Tes Tambahan Kanan Kiri
 Tinel sign : (+) (-)
 Phalen test : (+) (-)

E. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : carpal tunnel syndrome
Diagnosis Topik : n. medianus dextra di canalis carpi dextra
Diagnosis Etiologi : entrapment pada n. medianus dextra di canalis carpi
dextra

F. TERAPI
Non medikamentosa
 Mengistirahatkan tangannya terlebih dahulu
 Fisioterapi
Medikamentosa
 Mecobalamin 3 x 500 mg
 Na diklofenak 2 x 500mg (jika perlu)
 Ranitidine 2 x 150 mg sebelum makan
Anjuran pemeriksaan
 Laboratorium
 Rontgen
 EMG

G. PROGNOSIS
Ad vitam :bonam
Ad functionam :bonam
Ad sanationam :bonam

8
Tinjauan Pustaka

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah salah
satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal,
baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-
tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan
tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai
nyeri pada daerah ditribusi nervus medianus.1
Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus
terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat
kronik dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesi jari-jari yang
mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar.2
Terowongan karpal terdapat dibagian depan dari pergelangan tangan dimana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa
tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi
terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum
yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan
yang mempersempit terowongan ini, akan menyebabkan penekanan terhadap struktur
yang paling rentan didalamnya yaitu nervus medianus.

Definisi
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang
terjadi termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala yang
termasuk adalah mati rasa, paresetesia, dan nyeri pada distribusi saraf medianus. Gejala
ini mungkin atau tidak disertai dengan perubahan obyektif dalam sensasi dan kekuatan
struktur medianus yang diinervasi di tangan.3
Sindroma ini dulu juga dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar neuritis,
atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati
rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher, gangguan ini sering
terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk

9
mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang
menimbulkan mati rasa dan nyeri, perlu dilakukan gerakan pergelangan tangan, tangan
dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel
syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan
pembedahan.4
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan
penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita diartikan oleh faktor genetik.

Epidemiologi
Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi per
tahun. Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun dengan
prevalensi rata-rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang resiko tinggi.
Berdasarkan mortalitas dan morbiditas, carpal tunnel syndrome tidak lah fatal tetapi bisa
menyebabkan kerusakan saraf medianus yang irreversibel dengan konsekuensi
kehilangan fungsi tangan yang berat dan tidak bisa diterapi lagi. Untuk perbandingan
rasio nya wanita dan laki-laki 10:1. Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan
terjadi pada usia 45-60 tahun. Hanya 10% pasien yang menderita CTS pada umur
dibawah 30 tahun.5

Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga dilalui
beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya
terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf medianus sehingga
timbul carpal tunnel syndrome.6
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita lanjut
usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan
tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan
termasuk carpal tunnel syndrome. Penyebab CTS menjadi 3 faktor yaitu:6

10
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsic terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit atau
kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang dapat
menimbulkan CTS adalah:
- Perubahan hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormone estrogen pada
menopause, dapat berakibat retensi cairan dan menyebabkan pembengkakan
pada jaringan di sekeliling terowongan karpal
- Penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialysis yang berlangsung lama,
penyakit multiple myeloma, lymphoma non Hodgkin, acromegaly, virus,
pengobatan yang berefek pada sistem imun (interleukin 2) dan obat anti
pembekuan darah
- Obesitas
- Keadaan lain seperti merokok, gizi buruk dan stress
- Riwayat keluarga dengan CTS
- Jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita mempunyai risiko
mendapat CTS lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
2. Faktor Penggunaan Tangan
Faktor penggunaan tangan ini berhubungan dengan hobi dan pekerjaan.
Penggunaan tangan berhubungan dengan hobi, contohnya adalah pekerjaan rumah
tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak, mencuci), kesenian dan olahraga.
Sedangkan yang berhuungan dengan pekerjaan terutama :
- Penggunaan tangan berulang dikombinasikan dengan beberapa unsur kekuatan
terutama untuk waktu yang lama.
- Penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan.
- Konstan dalam mencengkram benda.
- Memindahkan atau menggunakan tangan dan pergelangan tangan terhadap
perlawanan atau dengan kekuatan.
- Menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk getaran teratur yang kuat.
- Tekanan biasa atau intermiten pada pergelangan tangan.
3. Faktor Trauma

11
Gejala Klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial
jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan paresetesi
biasanya lebih menonjol di malam hari.7
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tangannya
atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit
berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin
sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus terasa sampai ke
lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekauan pada jari-jari, tangan, dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita
mulai mempergunakan tangannya. Hipestesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls
sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.7
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada
penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot
thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh saraf medianus.7

Patogenesis
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome.
Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap saraf medianus. Tekanan yang
beruang-ulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler.

12
Akibatnya aliran darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang terjadi akan
mengganggu nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel.
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri yang terutama timbul pada malam
hari. Pada pagi hari akan terasa berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau diurut.
Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural yang merusak
serabut saraf. Lalu saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsinsaraf medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi
tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik
saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intravaskular yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf terganggu. Akibatnya kerusakan
pada saraf tersebut.
Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi nodus
ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.8

Diagnosis
Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakan berdasarkan gejala-gejala yang ada
dan disukung oleh beberapa pemeriksaan:9
1. Pemeriksaan fisik
Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian
khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu menegakan diagnosis carpal
tunnel syndrome adalah sebagai berikut:
a. Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa.
b. Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan secara
serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60

13
detik timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome, maka tes ini
menyokong.
c. Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60
detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong
diagnosis.
d. Torniquet test
Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter diatas
siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala
CTS maka tes ini menyokong.
e. Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
f. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu
jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong
g. Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau gelas.
Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat
maka tes ini menyokong diagnosa.
h. Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang
terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.
i. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination)
pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada

14
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome.
b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang lainnya
KHS akan menurun dan masa latent distal dapat memanjang, menunjukan
adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten
sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemerksaan radilogis
Pemeriksaan foto roentgen pada pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur atau artritis.
4. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya gerakan
tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula
darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

Terapi
Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap
penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan
terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:10
1. Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome
a. Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan
2. Obat anti inflamasi non steroid
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi

15
setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik
6. Vitamin B6 atau vitamin B12 Beberapa hipotesis menyatakan bahwa
CTS terjadi karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa
penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak
bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam
dosis besar
7. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.
b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis nervus
medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus
yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Indikasi
relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas persisten.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari Carpal Tunnel Syndrome
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya carpal tunnel
syndrome harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan
Carpal tunnel syndrome kembali. Pada keadaan dimana CTS terjadi karena
adanya gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun
pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya carpal
tunnel syndrome atau mencegah kekambuhannya antara lain:
 Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
 Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan
hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
 Batasi gerakan tangan yang repetitif
 Istirahatkan tangan secara periodik

16
 Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat
 Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan
secara teratur
Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut maupun
kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita
yang sering hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat tumor
hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular,
artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain
yang dapat menyebabakan retensi cairan atau menyebabakan bertambahnya isi
terowongan.

Pencegahan
Salah satu cara menhindari Carpal tunnel syndrome adalah dengan cara jika
melakukan sesuatu yang banyak menimbulkan pergerakan pada pergelangan tangan
dianjurkan untuk berhenti sejenak setiap 15-20 menit dengan melakukan stretching agar
pergelangan tangan tidak terekspos terus-menerus. Menjaga tangan tetap hangat karena
tangan lebih mudah terasa sakit bila dalam suhu dingin. Perbaiki postur tubuh karena
potur tubuh yang salah dapat menyebabkan posisi bahu sedikit kedepan sehingga pada
posisi ini otot leher dan bahu akan memendek dan menekan saraf-saraf leher yang dapat
mempengaruhipergelangan tangan, jari dan tangan.11

Prognosis
Pada kasus carpal tunnel syndrome ringan maka prognosisnya adalah baik.
Apabila pada kasus yang membutuhkan tindakan operasi, secara umum prognosanya
juga baik tetapi penyembuhan post operatifnya bertahap. Keseluruhan proses perbaikan
carpal tunnel syndrome setelah operasi ada yang mencapai 18 bulan.
Bila setelah operasi tidak mengalami perbaikan, kemungkinan yang terjadi adalah:
1. Kesalahan menegakan diagnosis, mungkin penekanan terhadap nervus
medianus terletak lebih proksimal

17
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus
3. Terjadi carpal tunnel syndrome yang baru sebagai akibat komplikasi
operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematom atau
jaringan hipertrofik.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas
yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat
adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia, dan gangguan trofik. Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan
terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali
masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif
dapat diulangi kembali

Kesimpulan
Carpal tunnel syndrome adalah keadaan yang sering terjadi karena pergelangan
tangan merupakan salah satu alat gerak yang sering digunakan dan memilki mobilitas
yang tinggi. Penggunaan alat gerak dengan cara yang tidak tepat dan penggunaan yang
berlebihan dapat menimbulkan gejala atau dampak yang mengganggu aktivitas sehari-
hari. Berdasarkan epidemiologinya, wanita, obesitas dan usia sekitar 40-60 tahun
memilki resiko lebih tinggi dibanding yang lainnya. Penyebab adanya sindroma ini yang
aling sering adalah penggunaan yang berlebihan dari sendi pergelangan tangan atau
penggunaan sendi yang tidak baik dan terjadi terus-menerus. Salah satu untuk
menangani gejala tersebut adalah dengan melakukan istirahat terhadap sendi
pergelangan tersebut dan tidak menggunakannya secara berlebihan. Pemberian obat-
obatan penghilang nyeri secara oral dapat juga membantu mengurangi keluhan tersebut
tetapi tidak lah bertahan lama apabila aktivitas dari pergerakan pergelangan tangan tidak
di modifikasi dengan baik.

18
Daftar Pustaka

1. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed, JB
Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9.
2. Maurice Victor, Allan H. Ropper “ Disease of Spinal Cord, Peripheral Nerve
and Muscle”. Adams and Victors Principle’s of neurology. 7th ed. USA: Mc
Graw-Hill, 2011: 1433-4.
3. Nigel L Ashworth.’ Carpal Tunnel Syndrome”. Benjamin M Socher. Access on
Medscape. 2013.
4. Krames Communication. Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno: Krames
Comm;1994:1-7.
5. De krom NC, Krips child PG, Kesler AD, et al. Carpal Tunnel Syndrome:
prevalence in the general population. J.clin. 2002: 373-6.
6. Salter RB. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal system.
2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins Co; 1993.p 274-5
7. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New york:
Mc Graw-Hill; 2007.p 1358-9.
8. Weimer LH. Nerve and Muscle disease. In: Marshall RS, Mayer SA, ed. On call
neurology. Philadelphia.
9. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed, JB
Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9.
10. Walshe III. Manual of neurology therapeutics. 5th ed. Boston: little Brown and
co; 1995.p 381-2.

19

Anda mungkin juga menyukai