Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBUATAN PRODUK ASAM LEMAK

Kelompok III
Fauzan Maqbulah Muryadi (1607115608)
Hermansyah (1607116032)
Iwa Muchti (1607116086)
M. Rafif Quthronada (1607116097)
Muhammad Saleh (1607115578)

Dosen Pengampu :

Prof. Zuchra Helwani, MT., PhD.

Program Studi Sarjana Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Riau

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemanfaatan asam lemak telah menyebar luas di seluruh dunia. Asam
lemak biasanya digunakan pada sejumlah end-use industri. Pertumbuhan ekonomi
dari industri ini sering menjadi sebuah indikator yang baik untuk menunjukkan
kondisi ekonomi dalam suatu negara.
Pada tahun 2014, Asia merupakan daerah penghasil asam lemak terbesar
di dunia, yaitu sebanyak 49% dari total produksi asam lemak dari seluruh negara.
Apabila produk asam lemak negara Malaysia, Cina, Indonesia, dan India
digabungkan, maka total produksinya dapat mencapai 91% dari seluruh produsi
asam lemak yang ada di Asia (IHS Markit, 2015). Oleh karena itu, merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia pun juga sangat
berkembang di bidang ini.
Asam lemak dapat ditemukan pada berbagai minyak nabati maupun
hewani. Sumber minyak hewani dapat berasal dari ikan, daging sapi, jeroan, dan
lain lain, sementara sumber minyak nabati yang terbesar berasal dari minyak
tumbuhan berbiji, seperti: biji kedelai, bunga matahari, dan kapas. Sumber minyak
nabati yang lain dapat berasal dari kelapa sawit. Indonesia merupakan negara
yang terkenal akan produksi minyak kelapa sawitnya.
Komposisi asam lemak berbeda-beda pada setiap sumber. Minyak kelapa
sawit, gemuk, dan minyak babi memiliki asam lemak jenuh yang panjang (seperti
: asam palmitat dan asam stearat) dan asam oleat monounsaturated, sementara
minyak dari biji kedelai merupakan sumber dari asam linoleat dan minyak canola
dan bunga matahari merupakan sumber dari asam oleat (Cermak et al., 2012).
Apabila asam lemak diolah dengan berbagai proses yang berbeda, maka
asam lemak ini dapat menghasilkan berbagai produk turunan yang berbeda pula.
Berbagai produk akhir turunan asam lemak, antara lain: sabun, detergen,
kosmetik, dan lain-lain. Asam lemak itu sendiri dapat dibuat melalui proses
hidrolisis molekul trigliserida dari lemak dan minyak dalam air untuk
menghasilkan gliserin, sebesar 10% dan campuran dari asam lemak. Treatment
dapat dilakukan dengan menggunakan proses Twitchell atau proes Colgate-emery.
Namun, diketahui bahwa asam lemak yang dihasilkan dari proses Colgate-Emery
menghasilkan warna yang lebih terang apabila dibandingkan dengan proses
Twitchell (Cermak et al., 2012).
Berbagai teknologi telah dikembangkan untuk meningkatkan produksi
asam lemak, salah satu teknologi yang sedang berkembang di bidang ini adalah
metabolism engineering. Mikroorganisme yang dapat mengakumulasi lipid lebih
dari 20% dari biomassanya sebagai trigliserisa (TAG) dikenal dengan nama
mikroorganisme oleaginous (Nicaud, 2012).
Salah satu ragi oleaginous yang memiliki susunan metabolisme dan genom
yang tepat untuk dapat diteliti lebih lanjut adalah Yarrowia lipolytica, namun
strain ini memiliki kelemahan yaitu hanya bisa mengakumulasi 40% lipid dari
massa sel keringnya dan strain ini tidak mampu mengkonsumsi biomassa
lignoselulosa dan pati. Di balik kelemahannya tersebut, Yarrowia lipolytica
memiliki kemampuan untuk mendegradasi protein dan lipid. Hal ini bisa dilihat
dari produksi lipolitik dan proteolitik ekstraseluler yang dihasilkannya (Nicaud,
2012).
Strain Yarrowia lipolytica biasanya terdapat dalam produk olahan susu,
seperti: keju, yogurt, dan sausages. Strain ini juga banyak terdapat dalam media
yang kaya akan lipid (seperti: saluran pembuangan dan media lain yang telah
terkontaminasi minyak) dan media yang memiliki kadar garam yang tinggi
(seperti: air laut) (Nicaud, 2012).
Terdapat dua strategi yang dikembangkan oleh Ledesma-Amaro, et al.
(2016) untuk meningkatkan produksi asam lemak pada Yarrowia lipolytica.
Strategi pertama adalah dengan meningkatkan sekresi asam lemak dengan cara
mengarahkan fluks yang melalui lipid netral. Strategi ini tentunya mampu
meningkatkan produksi total lipid dan dapat mengalahkan produksi lipid
ekstraseluler dari versi tanpa rekayasa (WT). Lebih lanjut lagi terdapat beberapa
pengembangan setelah merekayasa strain Yarrowia lipolytica, salah satunya
adalah dengan menambahkan 15% dodekana sebagai lapisan organik (in situ). Hal
ini tentunya dapat lebih meningkatkan sekresi asam lemak (Ledesma-Amaro et
al., 2016).
Strategi lain yang dikembangkan oleh Ledesma-Amaro, et al. (2016)
adalah Strategi II. Strategi ini dilakukan dengan merekayasa genetika untuk
meningkatkan titer dan sekresi asam lemak. Lebih jauh lagi, peningkatan produksi
dan ekstraksi lipid dilakukan melalui pemisahan asam lemak secara in situ.
Pemisahan FFA dengan pelarut organik terbukti dapat menghasilkan asam lemak
dengan jumlah yang cukup baik, yaitu sebesar 84,3±5,5% dengan menggunakan
dekana dan 89,2±2,0% dengan menggunakan dodekana.
1.2. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui pengertian, jenis-jenis, dan sifat-sifat dari asam lemak
2. Mengetahui sumber dan pemanfaatan dari asam lemak
3. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan kandungan dan kualitas
asam lemak dari sumber hayati
4. Mengetahui proses pembuatan asam lemak baik secara hayati maupun
secara komersil di industri
5. Mengetahui parameter yang perlu diperhatikan dalam proses
pembuatan asam lemak
6. Mengetahui perkembangan pemanfaatan asam lemak saat ini di dunia
dan di Indonesia
7. Mengetahui lebih jelas tentang teknologi yang sedang dikembangkan
untuk meningkatkan perolehan asam lemak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asam Lemak


Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Asam lemak adalah
asam karboksilat yang mempunyai rantai C panjang. Asam lemak atau asil lemak
ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam
molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus
malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis
asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan
gugus asam karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar
dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam
air.
2.2. Jenis-jenis Asam Lemak
Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses
hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika
dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan
mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan
dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga
membentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Berdasarkan jenis ikatannya, terdapat dua jenis asam lemak, antara lain:
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam karboksilat rantai panjang dengan
panjang rantai 12 hingga 24 dan tidak berikatan rangkap. Asam lemak jenuh
hanya memiliki ikatan tunggal, sehingga masing-masing atom karbon dalam
rantai mengikat dua atom hidrogen kecuali karbon omega yang memiliki tiga
atom hidrogen pada ujungnya (Salirawati, 2007). Contoh dari asam lemak jenuh
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam karboksilat rantai panjang yang
memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antar dua karbon. Dua atom karbon yang
terikat pada atomatom karbon yang berikatan satu sama lain mempunyai
konfigurasi cis-trans.
 Asam lemak tak jenuh konfigurasi Cis
Konfigurasi cis berati atom hidrogen berada dalam sisi yang sama pada
atom karbon ikatan rangkap. Kekakuan ikatan rangkap membekukan
konformasinya. Konfigurasi cis menyebabkan bengkoknya rantai dan mencegah
bebasnya asam lemak untuk berkonformasi. Ikatan rangkap konfigurasi cis
mempunyai fleksibilitas yang rendah. Asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan
konfigurasi cis disebut dengan lemak cis.
 Asam lemak tak jenuh konfigurasi Trans
Konfigurasi trans berarti atom hidrogen berada dalam sisi yang
bersebrangan pada atom karbon berikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh dengan
konfigurasi trans tidak terlalu bengkok, dan bentuknya hampir sama dengan asam
lemak jenuh. Asam lemak dengan konfugurasi trans tersebut disebut lemak trans.
Pada asam lemak tak jenuh alami, masing-masing ikatan rangkap mempunyai tiga
n atom karbon setelahnya, untuk beberapa n, semuanya berikatan rangkap cis.
Sebagian besar asam lemak yang memiliki konfigurasi trans (lemak trans) tidak
terdapat di alam. Contoh dari asam lemak jenuh dapat dilihat pada Tabel 2.2.

2.3. Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Komersil di Industri


Proses pembuatan asam lemak yang dilakukan di industri-industri asam
lemak yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat dan metode tertentu yang
bertujuan untuk kepentingan komersil.

Gambar 2.1 Proses Twitchell Splitting


Splitting dilakukan pada tangki terbuat dari logam monel yang
dioperasikan secara batch dengan kondisi operasi pada suhu 100-105℃ dan
tekanan atmosferik. Minyak dilarutkan dengan air (30-35%) dan katalis H2SO4
(2-4%) pada suhu 60oC. Setelah 1 jam, steam hingga mencapai suhu 93oC.
Setelah itu mineral asam dihilangkan dan menambahkan 0.5% katalis H2SO4,
0.75-1.25% Twitchell catalyst dan 25-50% air. Twitchell catalyst yang digunakan
adalah benzenestearosulfonic acid, Hidrolisis ini dilakukan dengan menggunakan
steam selama 20-48 jam.

Gambar 2.2 Proses Autoclave Batch Splitting


Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan dalam industri
pembuatan asam lemak. Teknik ini bisa dilakukan tanpa menggunakan katalis di
dalam reaktor autoclave yang terbuat dari stainless-steel. Reaktor ini bersifat
kontinyu dan dilakukan pada suhu 150-175oC jika menggunakan katalis. Minyak,
air (30-60%) dan katalis (1-2%) dicampurkan dan steam hingga mencapai suhu
150-175oC selama 5-10 jam. Jika tidak menggunakan katalis, suhu mencapai
230oC selama 2-3 jam. Setelah itu, dilakukan pemisahan asam lemak dengan
glyserol. Asam lemak yang telah disintesis dicuci dengan asam dan didapatkan
asam lemak murni dan tak murni. Jika dalam proses tidak menggunakan katalis,
konversi mencapai 95-98%
Gambar 2.3 Continuous Splitting
Metode ini terbilang baru dan mempunyai banyak resiko dalam
pengoperasiannya. Reaktor yang digunakan terbuat dari stainless-steel dan
bersifat kontinyu pada suhu 240-250℃ selama 1-2 jam. Hasil yang diperoleh pada
teknik ini mempunyai nilai konversi mencapai 97-99%. Metode ini tidak
menggunaka katalis dalam proses nya. Tetapi jika menggunakan katalis, maka
produk harus dimurnikan.
Parameter-parameter yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan asam
lemak:
1. Secara hayati
 Media tumbuh
Semakin banyak glukosa maka akan semakin baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme penghasil asam lemak.
 Tingkat kematangan buah (contoh : pembuatan minyak kelapa sawit di
industri)
Kandungan minyak pada buah tergantung kepada kematangan buah,
dimana kandungan minyak pada buah akan maksimum jika buah
sudah benar-benar matang, dan kandungan minyaknya akan sedikit jika
buah belum matang.
 Varian spesies
Berbagai jenis strain menghasilkan asam lemak dengan jumlah kandungan
yang berbeda. Strain terekayasa yang mampu menghasilkan sekresi asam
lemak terbaik adalah strain yang menghambat pembentukan asetil CoA,
penghambat aktivasi, mengandung TGL 4 berlebih, DGA 2 berlebih, Kl
TGL 3 berlebih.
 Penambahan organic layer
Penambahan fasa organik berupa alkana (dekana dan dodekana 10%)
dapat mendorong strain/Y.lipolytica mensekresikan asam lemak lebih
besar dibandingakan dengan tidak menambahkan fasa organik. Terutama
jika strain dikultivasikan dalam bioreaktor
2. Secara Industri
 Suhu dan waktu
Semakin tinggi suhu dan waktu reaksi hidrolisis, maka niai konversinya
juga semakin tinggi.
 Tingkat kematangan buah (contoh : pembuatan minyak kelapa sawit di
industri)
Kandungan minyak pada buah tergantung kepada kematangan buah,
dimana kandungan minyak pada buah akan maksimum jika buah
sudah benar-benar matang, dan kandungan minyaknya akan sedikit jika
buah belum matang.
 Bahan reaktor
Bahan lapisan reaktor yang terbuat dari bahan logam yang tidak mudah
terokdisasi lebih banyak digunakan dalam proses.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Asam lemak
adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai C panjang.
2. Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses
hidrolisis lemak oleh enzim. Berdasakan jenis ikatannya, terdapat dua
jenis asam lemak, antara lain: asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh.
3. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian.
Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Lemak pada
hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.
4. Proses pembuatan asam lemak dapat dilakukan dengan Twitchell Splitting,
Autoclave Batch Splitting, dan Continuous Splitting.
5. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan
asam lemak, antara lain: secara hayati diantaranya adalah media tumbuh,
Tingkat kematangan buah, varian spesis, Penambahan organic layer,
sedangkan secara industri adalah suhu, waktu dan bahan reaktor.
6. Asam lemak telah dimanfaatkan dalam berbagai industri, wilayah Asia
cenderung memanfaatkannya untuk produksi sabun, sedangkan Amerika
Utara cenderung pada bidang industry peralatan rumah tangga, otomotif,
konstruksi dan karet
7. Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan
produksi asam lemak adalah dengan metabolism engineering. Teknologi
ini dilakukan dengan merekayasa strain Yarrowia lipolytica melalui dua
jenis strategi. Kedua strategi ini terbukti mampu meningkatkan sekresi
asam lemak dalam Yarrowia lipolytica.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, H. 2017. Investor Jepang Investasi Rp 12.T Bangun Pabrik Asam Lemak.
Sumber: http://www.industry.co.id/read/3466/investor-jepang-investasi-
rp12-t-bangunpabrik-asam-lemak di akses pada tanggal 3 April 2019.
Browse, J., McCourt, P.J., Somerville, C. R., 1986. Fatty acid composition of leaf
lipidsdetermined after combined digestion and fatty acid methyl ester
formation from fresh tissue. Anal. Biochem. 152, 141–145.
Cermak, S. C., Evangelista, R. L., and Kenar, J. A. 2012. Distillation of Natural
Fatty Acids and Their Chemical Derivatives. USA : Intech.
Dulermo, T., Treton, B., Beopoulos, A., Kabran Gnankon, A.P., Haddouche, R.,
Nicaud, J.M., 2013. Characterization of the two intracellular lipases of
Y. lipolytica en- coded by TGL3 and TGL4 genes: new insights into the
role of intracellular li- pases and lipid body organisation. Biochim.
Biophys. acta 1831, 1486–1495.
Dulermo, R., Gamboa-Melendez, H., Ledesma-Amaro, R., Thevenieau, F.,
Nicaud, J.M., 2015. Unraveling fatty acid transport and activation
mechanisms in Yarrowia lipolytica. Biochim. Biophys. Acta.
Ledesma-Amaro, R., 2015. Microbial oils: a customizable feedstock through
metabolic engineering. Eur. J. Lipid Sci. Technol. 117, p. 141–144.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar biokimia. Edisi kedua. Bandung: UI-PRESS.
Rottig, A., Steinbuchel, A., 2013. Acyltransferases in bacteria. Microbiol. Mol.
Biol.Rev. 77, p. 277–321.
Salirawati. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.
Slabas, A.R., Ormesher, J., Roberts, P.A., Sidebottom, C.M., Tombs, M.P.,
Jeffcoat, R., James, A.T., 1983. The interaction of mammalian medium-
chain hydrolase with yeast fatty acid synthetase. Eur. J. Biochem./FEBS
134, p. 27–32.
Wasylenko, T.M., Ahn, W.S., Stephanopoulos, G., 2015. The oxidative pentose
phosphate pathway is the primary source of NADPH for lipid
overproduction from glucose in Yarrowia lipolytica. Metab. Eng.
Williams, Lippincott dan Wilkins. 2014. Illustrated Biochemistry ed. 6th.
Philadelpia : Wolters Kluwer Health

Anda mungkin juga menyukai