Anda di halaman 1dari 4

1. Analisa Bagaimana kondisi ekologi Indonesia saat ini !

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari
13.700 pulau dan memiliki luas 1.919.443 km2 memanjang sepanjang 5.000 km dari Barat ke
Timur dan 1.700 km dari Utara ke Selatan. Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu
negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 179,8 juta orang, sedangkan pada saat ini jumlah penduduk Indonesia
diperkirakan sekitar 266 juta orang. Indonesia menempati urutan keempat dari negara yang
paling banyak penduduknya di dunia ini setelah Amerika, India dan China. Sebagai negara yang
memiliki jumlah penduduk tinggi, Indonesia menghadapi masalah pada kualitas ekologi yang
tiap tahunnya mengalami penurunan. Penduduk yang banyak, sangat amat berpengaruh pada
mutu lingkungan hidup; antara lain menyangkut lahan pertanian, hutan, air, udara, laut, dan
sebagainya. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak penduduk, maka kebutuhan hidup juga
semakin besar seperti kebutuhan akan lahan. Kebutuhan hidup yang semakin besar berdampak
pada menurunnya kualitas ekologi yang ada di Indonesia.

Sebanyak 40% dari luas wilayah daratan Indonesia adalah berupa hutan. Baik itu hutan yang
difungsikan sebagai hutan lindung, hutan produksi maupun hutan suaka. Hutan lindung
diperuntukkan bagi kelestarian air dan kesuburan tanah, hutan produksi diperuntukkan bagi
penghasil kayu, sedangkan hutan suaka diperuntukkan bagi pelestarian flora/fauna.
Diperkirakan setiap tahun Indonesia kehilangan 700.000 - 1.200.000 ha karena pengerusakan
hutan secara liar. Kerusakan ini dapat berupa kebakaran hutan hingga penebangan liar yang
bertujuan untuk mengeksploitasi lahan agar dapat dialih fungsikan. Eksploitasi lahan dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem yang akan berdampak pada kelangkaan sumber mata air,
erosi, longsor, rusaknya habitat biota,hingga menurunnya biodiversitas

Banyaknya penduduk ternyata juga berkaitan dengan masalah kualitas air. Laju
pertumbuhan penduduk yang masih relatih tinggi sampai dengan tahun 2017 berakibat pada
timbulnya dua masalah yang menyangkut kualitas air. Masalah tersebut yaitu timbulnya
beberapa daerah yang mengalami krisis air dan juga mengalami penuruna kualitas air. Pulau-
pulau yang padat penduduk akan cepat mengalami kekurangan air (bersih), seperti misalnya di
pulau jawa pada tahun 2021 diperkirakan akan terancam kekurangan air bersih. Sementara itu
banyaknya penduduk juga menyebabkan tingginya aktivitas manusia yang berakibat pada
makin banyak limbah domestik (rumah tangga), limbah industri, pemakaian insektisida, bahan
kimia, dan pupuk. Semua bentuk limbah tersebut bila mencemari air akan mengakibatkan
menurunkan kualitas air itu sendiri karena limbah kimia sulit untuk terdekomposisi secara
alamiah.

Pencemaran udara juga ada kaitannya pada kondisi geografis, topografis, klimatologis, dan
meteorologis. Kondisi demografis sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara dan kulaitas
udara di Indonesia. Sumber pencemaran udara itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis
pencemaran yaitu jenis sumber stasioner yang berasal dari rumah tangga dan industri serta
sumber otomotif yang berasal dari kendaraan (berasap). Banyaknya penduduk menambah
sumber pencemaran baik sumber stasioner maupun otomotif, dengan demikian banyaknya
penduduk dapat menambah permasalahan kualitas udara. Hal ini dibuktikan dengan semakin
kotornya kualitas udara pada kota-kota besar di Indonesia khususnya kota besar di Pulau Jawa
yang padat penduduk seperti Jakarta dan Surabaya.

Dari berbagai permasalahan di atas, saya berpendapat bahwa saat ini kondisi ekologi
Indonesia berada di tahap yang cukup mengkhawatirkan. Kurang nya kepedulian dari
masyarakat bahkan pemerintah dan berbagai pihak lainnya membuat kondisi ekologi di
Indonesia semakin parah. Hal tersebut dapat dicegah jika seluruh masyarakat di Indonesia
peduli dan bertindak untuk tidak semakin merusak ekologi Indonesia.
2. Analisa Sumber Daya Alam Khususnya Sumber Daya Alam berbahan fosil bbm yang ada di
Indonesia saat ini dan masa yang akan datang.

Sumber Daya Alam (SDA) menjadi aset kekayaan bangsa yang tak ternilai bagi manusia.
sumber daya alam menopang keberlangsungan hidup manusia dalam hubungan yang saling
menguntungkan. Manusia dapat hidup harmonis karena tidak terlepas dari keterkaitan dengan
alam, begitupun sebaliknya lingkungan lestari karena kasih sayang dan kepedulian manusia.
Namun, saat ini hubungan kedua hal tersebut lebih condong ke arah eksploitatif.

Di Indonesia, sumber daya alam berupa energi migas masih menjadi andalan utama
perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energy
dalam negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di
Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun
terakhir. Peningkatan yang sangat tinggi, melebihi rata-rata kebutuhan energi global,
mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan migas baru, baik di Indonesia
maupun ekspansi ke luar negeri. Cadangan terbukti minyak bumi dalam kondisi depleting,
sebaliknya gas bumi cenderung meningkat. Perkembangan produksi minyak Indonesia dari
tahun ke tahun mengalami penurunan, sehingga perlu upaya luar biasa untuk menemukan
cadangan-cadangan baru dan peningkatan produksi.

Potensi sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia masih cukup besar untuk
dikembangkan terutama di daerah-daerah terpencil, laut dalam, sumursumur tua dan kawasan
Indonesia Timur yang relatif belum dieksplorasi secara intensif. Sumber-sumber minyak dan
gas bumi dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan
menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sangat jelas bahwa mengelola ladang minyak
sendiri menjanjikan keuntungan yang luar biasa signifikan. Akan tetapi untuk dapat mengetahui
potensi tersebut diperlukan teknologi yang mahal, modal yang besar, faktor waktu yang
memadai dan memerlukan efisiensi yang maksimal serta expertise dari sumberdaya manusia
terbaik.

Peraturan Pemerintah yang mengatur usaha minyak dan gas bumi di Hulu dan Hilir belum
dapat menjamin investasi di sektor minyak dan gas bumi akan masuk, karena masih banyak
masalah lain yang menjadi hambatan bagi terealisasinya investasi. Masalah tersebut antara lain
peraturan perpajakan dan lingkungan hidup serta otonomi daerah yang menyulitkan bagi
perusahaan minyak asing beroperasi karena berhadapan dengan raja-raja kecil di daerah.

Sementara itu, konsumsi minyak bumi (BBM) di dalam negeri sudah melebihi kapasitas
produksi. Sumber daya alam berupa bahan bakar minyak (BBM) adalah salah satu sumber
energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Kebutuhan BBM
ini selalu meningkat seiring dengan penggunaannya di bidang industri maupun transportasi.
Ketersediaan BBM yang terbatas dan sifatnya tidak dapat diperbarui, maka diprediksikan akan
terjadi kelangkaan bahan dan menimbulkan krisis energi. Dalam beberapa tahun belakangan ini
penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak domestik,
hampir 20%-30% kebutuhan minyak bumi dalam negeri sudah harus diimpor dari luar negeri.
Kebutuhan impor minyak bumi ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di dalam
negeri yang diharapkan semakin membaik ditahun-tahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai