BAB I
PENDAHULUAN
menjadi suatu alat suatu negara untuk mempromosikan negara tersebut, baik
secara kebudayaannya atau bahkan ekonominya yang tetap menjadi sarana
politik luar negeri. Kepentingan suatu negara melalui Diplomasi melalui
kebudayaan saat ini sangatlah tepat, dimana jarak antar negara tak lagi terlihat
dengan adanya teknologi. Republik Korea Selatan dengan baik dapat
menjadikan budaya mereka sebagai soft power yang dapat dijadikan sebagai
alat untuk mencapai kepentingan nasional, selain itu kebudayaannya juga
menjadi dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia Jika berbicara mengenai
perekonomian, memang tak lepas dari sektor makro dan mikronya. Ekonomi
Mikro membahas kegiatan perekonomian individu ,pemasukan dan
penawaran dan laba rugi suatu perusahaan. Sedangkan Ekonomi makro
membahas kegiatan ekonomi secara keseluruhan (agregat), antara lain
pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, investasi,
dan kebijakan ekonomi.
Menurut Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung ekonomi mikro
diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa mengenai
bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.
Indoensia.
BAB II
LANDASAN TEORI
imitasi yang dilakukan oleh penggemar K-pop maka imitasi yang dilakukan
oleh penggemar ini termasuk dalam deliberate imitation karena mereka
mengimitasi idolanya dengan mengetahui tujuan dan maksud mereka
mengimitasi idolanya.
Imitasi membutuhkan pemetaan antara perilaku seseorang dan
perilaku beberapa orang lain atau orang lain. pemetaan ini mungkin
diperlukan tetapi tidak cukup untuk perilaku yang dianggap sebagai imitatif,
karena definisi imitasi berbeda-beda. Pandangan berbeda tentang seberapa
akurat pemetaan dan seberapa baru perilaku yang dihasilkan harus dihitung
sebagai tiruan sejati.
Fenomena sebagian mahasiswa penggemar drama atau k-pop dapat
kita lihat, mereka cenderung mengikuti trend korea. Dalam hal ini mereka
tidak keseluruhan mengikuti hal yang berbau korea, namun hanya sebagian
aspek saja yang mereka tiru. Aspek-aspek yang mereka tiru antara lain,
makanan, gaya berbicara, tarian, dan gaya berbusana yang cenderung
mengadopsi atau meniru artis-artis korea. Hal yang perlu ditekankan, mereka
tidak meniru secara keseluruhan namun hanya sebagian saja.
dengan apa yang diungkapkan oleh Jenkins bahwa kelompok penggemar juga
tidak hanya berkaitan dengan konsumsi saja namun juga berkaitan dengan
produksi. Menurut Jenkins (1992) terdapat tiga hal sebagai penanda utama
pemberian makna dalam teks-teks media dalam budaya penggemar yaitu cara
penggemar menarik teks mendekati ranah pengalaman hidup mereka, peran
yang dimainkan melalui pembacaan kembali dalam budaya penggemar, serta
proses informasi yang dengan sendirinya masuk ke dalam interaksi sosial
secara terus menerus. (Storey; 2010; hal. 162-163)
Penggemar tidak hanya berkaitan dengan konsumsi tetapi memiliki
sifat yang produktif. Menjadi penggemar mendorong mereka untuk
berpartisipasi aktif dan produktif dengan menghasilkan teks-teks sendiri
misalnya berupa cara mereka berbusana, gaya rambut, dan tata rias mereka
sehingga menjadikan diri mereka sendiri sebagai tempat untuk menunjukkan
loyalitas sosial dan budayanya. Budaya penggemar merupakan budaya
produksi dan konsumsi. Penciptaan makna-makna oleh kelompok penggemar
tersebut bisa menjadi produksi budaya yang hasilnya bisa berupa reproduksi
atau perluasan dari teks-teks asli yang dikonsumsi oleh para penggemar.
Misalnya saja dalam kaitannya dengan penggemar K-pop, mereka membuat
video dance cover atau song cover yang kemudian mereka upload ke dalam
akun mereka, membuat blog atau fanpage dari artis favorit yang berisi
tentang fashion style, make-up yang dipakai, ataupun kegiatan dari artis
tersebut untuk dibagi dengan penggemar lainnya.
Para penggemar mengonsumsi berbagai teks-teks tidak hanya untuk
kepentingan pribadi namun menjadi bagian dari komunitas. Budaya
penggemar berkaitan dengan penampilan publik dan sirkulasi produksi makna
dan praktik pembacaan untuk berkomunikasi dengan penggemar yang lain.
Tanpa penampilan publik dan perputaran makna tersebut, kelompok
penggemar tidak akan menjadi kelompok penggemar (Storey; 2010; hal.
164). Seorang penggemar akan menciptakan makna-makna untuk
berkomunikasi dengan para penggemar lain dengan cara menampilkannya ke
publik sebagai tanda. Para penggemar tersebut membentuk diri mereka dan
10
pada merek yang digunakan para ikon K-pop. Yang dilakukan oleh
penggemar K-pop tersebut merupakan keinginan untuk menunjukkan gaya
hidupnya.
Gagasan gaya hidup digunakan oleh individu untuk mendefinisikan
siapa dirinya ataupun stasus sosial yang dia miliki, namun gaya hidup sendiri
juga digunakan oleh kelompok sebagai tanda untuk membedakan dengan
kelompok lain. Tanda tersebut biasanya akan diperlihatkan dalam proses
mereka melakukan aktivitas sehari-hari baik dalam mengisi waktu luang
ataupun konsumsi yang mereka lakukan. Hal tersebut juga terjadi pada
penggemar K-pop dimana munculnya trend baru yang diakibatkan dari
mengonsumsi berbagai budaya K-pop.Beberapa mahasiswa mengatakan,
mereka menguki trend berpakaian dari korea sendiri dan mahasiswa lainnya
tetap berpakaian normal. ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa
mereka tidak mengikuti gaya berpakaian yang seperti artis Korea, diantaranya
adalah dari segi budaya, iklim dan daerah tempat mereka tinggal serta adat
istiadat yang berlaku jelas sekali berbeda antara di Korea dan di Indonesia.
Selain itu tidak semua mahasiswa penggemar Korean Wave memiliki
kemampuan dalam segi dana dan fisik untuk mengikutinya.
Berdasarkan data yang didapat daripara informan, ternyata gaya
konsumsi para penggemar Korea ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
mahasiswa pada umunya, hanya saja mereka memiliki selera yang berbeda
dan keinginan yang berbeda pula untuk setiap barang yang dimilikinya, selain
itu mereka juga rela untuk mengeluarkan sedikit biaya lebih untuk membeli
barang-barang yang menurut mereka dapat menunujukkan identitas ke
Korean mereka.
Mereka sering sekali membahas tentang Korea kepada temannya yang
juga suka Korea, baik band atau grupnya, dramanya, maupun kehidupan artis
kesukaannya sendiri. Dari sekian banyaknya penggemar Korean Wave, ada
beberapa diantara mereka yang suka menyisipkan bahasa Korea kedalam
pembicaraanya sehari-hari.
12
BAB III
PEMBAHASAN
foto, album atau kaset. Selain itu mahasiswa juga memanfaatkan uang sakunya
untuk membeli pulsa agar bisa browsing tentang Korea. Mahasiswa penggemar
tayangan Korea di televisi senang menggunakan internet untuk mengekspresikan
kegemarannya terhadap hallyu dengan cara men-download berbagai hal tentang
hallyu, melihat tayangan Korea via internet serta menggunakan media sosial
untuk meng-update segala sesuatu tentang Korea.
Hal yang terjadi saat ini adalah masuknya kebudayaan korea yang
modern ke Indonesia. K-pop dan drama korea adalah contoh industri hiburan
yang paling digemari oleh kalangan mahasiswa di Universitas Indonesia.
Drama korea mungkin menyajikan berbagai kisah dan kehidupan seharian yang
terjadi di korea. Mahasiswa ketika menonton drama korea sebaiknya harus
ingat waktu dan tidak menunda tugas kuliahnya. Ketika menonton juga
mahasiswa tidak mencontoh perilaku yang tidak sesuai dengan moral bangsa
Indonesia.
14
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh karena itu, butuh dorongan dari pemerintah dan masyarakat untuk
saling kerjasama meningkatkan budaya Indonesia yang semakin menurun agar
bisa bangkit dan menampilkan ciri atau kekhasan tersendiri tanpa mengikuti
budaya luar. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda berupaya untuk bisa
menggugat kesegaraman industri hiburan yang sedang populer dalam media, agar
budaya dan kesenian Indonesia bukan sekedar budaya populer, tapi berbobot dan
menjadi identitas bangsa yang terintegrasi.
15
DAFTAR PUSTAKA