Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR
Dosen Pembimbing : Pri Astuti Amd. Kep.

Disusun Oleh:
1) VIOLA LASTANIA JANTIKA (820163108)
2) WAHYU RAFLI JULIANSYAH (820163109)
3) WAHYUDI NURIDDIN (820163110)
4) YOLLAWATI (820163111)
5) ZULIANA (820163112)
6) ZUNITA NOOR SOVIANA (820163113)
7) AHMAD SA’IRUDIN (820163005 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus.ac.id

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas limpahan ramat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan
“Fraktur” ini dengan lancar dan pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak trima kasih kepada
bapak/ibu Selaku dosen pembimbing dan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan
kelemahan sehingga saran dan kritik diharapkan untuk menambah wawasan kami.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon ma’af apabila ada
kekurangan atau kesalahan dalam mengerjakan tugas ini.

Kudus , 13 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN

A Pengertian ................................................................................................ 5
B Etiologi.......……. ..................................................................................... 5
C Manifestasi Klinis ..................................................................................... 5
D Pathofisiologi….. ...................................................................................... 6
E Pathway .................................................................................................... 7
F Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 8
G Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 8
H Pengkajian....… ........................................................................................ 9
I Diagnosa………. .................................................................................... 11
J Intervensi……………………………………………………………….11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16

3.2 Saran................................................................................................. ..... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka
masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana
terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan
benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena
itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun
solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian.
Tiap system terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar
dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran
yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya
terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman.
Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa
metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem
Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini
terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat
bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua
macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses
hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam
proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang
kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi

3
sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang
daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik
(kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam
tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari fraktur?
2. Apa etiologi dari fraktur?
3. Apa saja manifestasi klinis dari fraktur?
4. Apa saja pathofisiologi dari fraktur?
5. Bagaimana pathway dari fraktur?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari fraktur?
7. Bagaimana penatalaksaan dari fraktur?
8. Apa saja diagnosa yang muncul dari fraktur?
9. Apa saja intervensi dari fraktur?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari fraktur
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari fraktur
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari fraktur
4. Untuk mengetahui apa pathofisiologi dari fraktur
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari fraktur
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari fraktur
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari fraktur
8. Untuk mengetahui apa saja diagnosa yang dapat muncul pada fraktur
9. Untuk mengetahui apa saja intervensi dari fraktur

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Fraktur di definisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas
tulang/bagian tulang. Seperti lempeng epifisis atau kartilago (Chang, 2010 : 371)
Fraktur atau seringkali disebut dengan patah tulang adalah sebuah patah tulang yang
biasanya disebabkan oleh trauma/tenaga fisik. Kekuatan & sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap/tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006 dalam Wijaya & Putri, 2013 :
235)

B. ETIOLOGI
1. Cidera traumatik disebabkan oleh :
 Cidera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan
 Cidera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misal: jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula
 Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat
2. Fraktur Patologik merupakan kerusakan tulang akibat proses penyakit seperti :
 Tumor tulang
 Infeksi seperti Osteomeylitis
 Rakhitis
 Stres tulang seperti pada penyakit Folio

C. MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri
 Deformitas akibat kehilangan aligment yang dialami
 Pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit

5
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur terjadi tanda beberapa perhari
 Krepitasi
 Spasme otot

D. PATHOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dari gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusuk.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentukklah hematoma di rongga
medulla tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang di tandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang lainnya.
Faktor yang mempengaruhi fraktur :
1) Faktor ekstrinsik : adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur
2) Faktor intrinsik : Beberapa sifat yang terpenting dan tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan/ kepadatan/ kekerasan tulang.

Pada umumnya, pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan mobilisasi
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yeng telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2010 : 1183)

6
E. PATHWAY
Etiologi

Trauma (Langsung/Tidak Langsung), Patologi

Fraktur Terbuka/ Tertutup

Kehilangan integritas tulang perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung


Kerusakan pada jaringan & menembus otat &
Pembuluh darah kulit
Ketidakstabilan posis fraktur ,
apabila organ fraktur di gerakan Perdarahan local Luka

Fragmen tulang yang patah Hematoma pada daerah Kerusakan integritas


menusuk organ sekitar fraktur kulit

Nyeri akut Aliran darah ke daerah


distal berkurang /terhambat

(Warna jaringan pucat, nadi lemah,


Sianosis, dan kesemutan)

Kerusakan neuromuscular

Gangguan fungsi organ distal Ketidakefektifan


perfusi jaringan
perifer

Hambatan mobilitas fisik

7
F. PEMERIKSAAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan rontagen : untuk menentukan lokasi, luas & jenis fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, Ct-Scan / MRI: memperhatikan fraktur & mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Kreatini : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Mansjoer, adalah sebagai berikut :

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan , syok dan penurunan kesadaran , baru
periksa patah tulang
b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman , mencegah komplikasi
c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini dan pemantauan
neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah :
1. Merabah lokasi apakah masih hangat
2. Observasi warna
3. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler
4. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hidung sensasi pada lokasi cedera
5. Meraba lokasi cidera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi nyeri
6. Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan
d. Mempertahankan kekuatan dan pergerakan
e. Mempertahankan kekuatan kulit
f. Meningkatkan gizi , makan makanan yang tinggi serat abjurkan intake protein 150 –
300 gr /hari
g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah di hubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh .

8
H. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama , Jenis Kelamin , Umur , alamat , agama , suku bangsa , pendidikan,
tanggal masuk RS , diagnose medis , no. registrasi
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri . nyeri tersebut
bias akut / kronik tergantung dari lamanya serangan . Unit memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri pasien di gunakan :
 Provoking inciden : apakah ada peristiwayang menjadi factor presipitasi nyeri
.
 Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang di rasakanpasien . apakah seperti
terbakar, berdenyut atau menusuk.
 Region Radiotion , relief : Apakah rasa sakit bila reda , apakah rasa sakit
menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit terjadi .
 Saverity ( scale of pain ) : seberapa jauh rasa nyeri yang di rasakan pasien ,
bias berdasarkan skala nyeri / pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya .
 Time : Berapa lama nyeri berlangsung , kapan , apakah bertambah buruk pada
malam hari / siang hari
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien fraktur / patah tulang dapat di sebabkan oleh trauma / kecelakaan ,
degenerative dan patologis yang di dahului dengan perdarahan , kerusakan jaringan
sekitar yang menyebabkan nyeri , bengkak , kebiruan , pucat / perdarahan warna kulit
, dan kesemutan .
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini ( fraktur femur ) atau pernah
mempunyai penyakit menular menurun sebelumnya .
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga pasien ada atau tidak yang menderita esteoporosis , arthritis dan
tuberculosis atau penyakit lain yang menular / menurun sebelumnya .
f. Pola fungsi kesehatan

9
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan/ gangguan pada personal hygine . missal:
kebiasaan mandi , ganti pakaian , BAK , BAB
2. Pola Nutrisi dan metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan , meskipun menu
berubah misalnya makan di rumah gizi tetap sama sedangkan di RS di sesuaikan
dengan penyakit dan diet pasien .
3. Pola eliminasi
Kebiasaan miksi atau defekasi sehari hari , kesulitan waktu defekasi di karenakan
imobilisasi , feses warna kuning , dan konsistensi defekasi , pada miksi pasien
tidak mengalami gangguan .
4. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang di sebabkan oleh
nyeri , missal : nyeri akinat fraktur .
5. Pola aktivitas dan Latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat darifraktur femur
sehingga kebutuhan pasien perludi bantu oleh perawat / keluarganya .
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada
dirinya, pasien takut cacat seumur hidup / tidakdapat bekerja lagi.
7. Pola sensori kognitif
Nyeri yang di sebabkan oleh kerusakan jaringan , sedang pada pola kognitif atau
cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
8. Pola hubungan peran
Terjadi perubahan peran yang menggangguhubungan interpersonal yaitu pasien
merasa tidak berguna lagi dan menarik diri .
9. Pola penanggulangan stress
Perlu di tanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasanya masalah di
pendam sendiri / di rundingkan dengan keluarga.
10. Pola reproduksi seksual

10
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan mengalami pola
seksual dan reproduksi jika pasien belum berkeluarga pasien tidak akan
mengalami gangguan .
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahankan dan pasien meminta
perlindungan/ mendekatkan diri dengan Allah .

I. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (Domain 12, Kelas 1,Kode 00132)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke jaringan
(Domain 4, Kelas 4, Kode 00205)
3. Kerusakan integritas kulit b.d benda asing menusuk permukaan kulit (Domain
11,Kelas 2, Kode 00046)
4. Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular (Domain 4,Kelas 2,
Kode 00085)

J. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1.Manajemen nyeri
cidera fisik keperawatan selama 3x24 jam - Berikan informasi
diharapkan dengan: kontrol nyeri. mengenai nyeri, seperti
Definisi: Tindakan pribadi untuk penyebab nyeri, berapa
mengontrol nyeri lama nyeri akan
Skala target outcome dirasakan ,dan antisipasi
- Dipertahankan pada: 4 akibat ketidaknyamanan
(sering menunjukkan) akibat prosedur
- Ditingkatkan ke: 3 (kadang- - Ajarkan prinsip-prinsip
kadang menunjukkan) manajemen nyeri
Skala outcome keseluruhan, 2.Terapi relaksasi
indicator: - Minta klien untuk rileks
160502 mengenali kapan nyeri dan merasakan sensasi

11
terjadi yang terjadi
160504 menggunakan tindakan -Tunjukkan dan
pengurangan nyeri tanpa analgesik praktikkan teknik
Domain: pengetahuan tentang relaksasi pada klien
kesehatan & perilaku (IV) 3.Pemberian analgesic
Kelas, perilaku sehat (O) -Tentukan lokasi
,karakteristik,kulaitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
- Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan frekuensi
obat analgesic yang
diresepkan
- Cek adanya riwayat
alergi obat
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor neurologi
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam -Monitot TTV
perifer b.d diharapkan dengan perfusi jaringan -Monitor bentuk otot,
penurunan Definisi: kecukupan aliran darah gerakan motorik
suplai darah ke melalui organ tubuh untuk 2.Manajemen sensasi
jaringan berfungsi pada tingkat sel perifer
Skala target outcome: -Dorong pasien untuk
- Dipertahankan pada :3 menggunakan bagian
(devisiasi sedang dikisaran tubuh yang tidak
normal) terganggu dalam rangka
- Ditingkatkan ke: 4 mengetahui tempat dan
(devisiasi ringan dari permukaan suatu benda
kisaran normal) -Intruksikan pasien dan
Skala outcome keseluruhan, keluarga untuk
indicator: memeriksa adanya

12
042209 aliran darah melalui kerusakan kulit
pembuluh darah perifer 3.Pengaturan posisi
042210 aliran darah melalui - Tempatkan pasien
pembuluh darah pada tingkat sel dalam posisi terapeutik
Domain: kesehatan fisiologis (II) yang sudah dirancang
Kelas: jantung paru (E) -Intruksikan pasien
bagaimana menggunakan
postur tubuh dan
mekanika tubuh yang
baik ketika beraktivitas
4.Manajemen pengobatan
-Tentukan obat apa yang
perlu dan dikelola
menurut resep
-Dapatkan resep dokter
bagi pasien yang
melakukan pengobatan
sendiri dengan cara yang
tepat

3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.Perawatan luka


integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam - Monitor karakteristik
b.d benda asing diharapkan dengan integritas luka,termasuk drainase
menusuk jaringan : kulit& membrane warna, ukuran dan bau
permukaan kulit mukosa - Berikan perawatan
Definisi: Keutuhan struktur dan insisi pada luka, yang
fungsi fisiologis kulit selaput lendir diberikan
secara normal 2.Manajemen nutrisi
Skala target outcome: - Tentukan status gizi
- Dipertahankan pada: 3 pasien dan kemampuan
(cukup terganggu pasien untuk memenuhi

13
- Ditingkatkan ke 4: (sedikit gizi
terganggu) - Intruksikan pasien
Skala outcome keseluruhan, mengrnai kebutuhan
indicator: nutrisi
110101 suhu kulit 3.Pengecekan kulit
110111 perfusi jaringan - Monitor infeksi,
110113 integritas kulit terutama dari daerah
Domain: Kesehatan fisiologis (H) edema
Kelas: Integritas kulit (L) -Dokumentasikan
perubahan membrane
mukosa
4.Manajemen obat
- Tentukan obat yang
diperlukan dan kelola
menurut resep
- Dapatkan resep dokter
bagi pasien yang
melakukan pengobatan
sendiri dengan cara yang
tepat
4. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1.Manajemen energi
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 jam - Bantu pasien
b.d kerusakan diharapkan dengan pergerakan identifikasi pilihan
rangka Definisi: Kemampuan untuk bisa aktivitas-aktivitas yang
neuromuskular bergerak bebas ditempat atau tanpa akan dilakukan
alat bantu - Lakukan ROM
Skala target outcome aktif/pasif untuk
- Diperttahankan pada 3 ( menghilangkan
cukup terganggu) ketegangan otot
- Ditingkatkan ke 4 ( sedikit 2.Terapi latihan
terganggu) - Tentukan kesiapan

14
Skala outcome keseluruhan, pasien untuk terlibat
indicator: dalam aktivitas/ protocol
020803 gerakan otot latihan
020804 gerakan sendi - Bantu pasien untuk
020814 bergerak dengan mudah bberbeda pada posisi
Domain: Fungsi kesehatan (I) duduk/ berdiri untuk
Kelas: Mobilisasi (C) melakukan protokol
latihan sesuai kebutuhan
3.Pencegahan jatuh
- Dukung pasien untuk
menggunakan tongkat
dengan tepat
- Letakkan benda-benda
dalam jangkauan yang
mudah bagi pasien
- Instruksikan pasien
mengenai penggunaan
tongkat/ walker dengan
tepat.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur atau seringkali disebut dengan patah tulang adalah sebuah patah tulang
yang biasanya disebabkan oleh trauma/tenaga fisik. Kekuatan & sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap/tidak lengkap

B. SARAN

Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat


memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-hati
dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu pasien
fraktur .

16
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Wijaya, S. A, S.Kep.& Ns. Putri, Y.M , S.Kep (20013). KMB 2: Keperawatan Medikal
Bedah, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika : Yogyakarta

T. Heather Herdman . 2018. NANDA -1 Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2018-
2020. Ed .11.- Jakarta : EGC, 2018

Bubek, Glori, M dkk. 2016 Nursing Intervension Clasification (NIC) 5 tahun. Indonesia,
Intervention Jakarta Mecommedia

Mooshed.sue Mario Johnson dkk. 2016. Nursing Outcome Clasification (NOC) 5 tahun
Indonesia Edision Jakarta mecommedia

17

Anda mungkin juga menyukai