Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Refluks menurut literatur adalah aliran balik. Kata ini diambil dari bahasa latin yaitu “re”
yang bermakna balik atau kembali dan “fluere” yang artinya mengalir. Refluks Laring
Faring/ Laryngopharyngeal Reflux (LPR) dapat didefinisikan sebagai pergerakan asam
lambung secara retrograd menuju faring dan laring serta saluran pencernaan atas.1 Prevalensi
refluks laringofaring yaitu 15–20%.2 Kejadian refluks laringofaring sering ditemukan di
Negara-negara barat dengan angka kejadian 10-15% dan umumnya mengenai usia diatas 40
tahun (35%). Hal ini berhubungan dengan pola konsumsi masyarakat barat, olahraga genetik
dan kebiasaan berobat.1
Penyebab refluks laringofaring adalah adanya refluks secara retrograd dari asam lambung
atau isinya seperti pepsin kesaluran esofagus atas dan menimbulkan cedera mukosa karena
trauma langsung sehingga terjadi kerusakan silia yang menimbulkan tertumpuknya mukus,
aktivitas mendehem dan batuk kronis.1 Diagnosis refluks laringofaring dapat ditegakkan
bedasarkan reflux symptom index (RSI)/skor gejala refluks (SGR). Kriteria refluks
laringofaring bila skor >13, reflux finding score (RFS)/skor temuan refluks (STR) bila skor
>7.2
Penatalaksanaan refluks laringofaring meliputi diet dan perubahan gaya hidup,
medikamentosa, dan pembedahan. Terapi medika mentosa yang menjadi pilihan adalah obat
golongan penghambat pompa proton (Proton Pump Inhibitor/PPI).3 Angka keberhasilan
terapi cukup tinggi bahkan sampai 90%, dengan catatan terapi harus diikuti dengan
modifikasi diet yang ketat dan gaya hidup.1
1.2 Batasan Penulisan
Penulisan ini membahas anatomi faring dan laring, definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosis refluks laringofaring.
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai
anatomi faring dan laring, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
terapi, komplikasi, dan prognosis refluks laringofaring.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai
literature, termasuk buku teks, jurnal, dan makalah ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi faring dan laring
2.1.2 Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di
bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra.
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra
servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di
bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam
keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur
faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot.
Gambar 2.1. Anatomi Faring
Atlas of Human Anatomy 4th Edition

Faring terdiri atas :


Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang
disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba
Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.asesorius
spinal saraf cranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum
dan muara tuba Eustachius.
Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah
vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,
tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum.

Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Struktur pertama
yang tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan yang
dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada
tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa orang, kadang –
kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi
epiglotis ini berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang
– kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga untuk
melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju
ke sinus piriformis dan ke esophagus

2.1.2 Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI,
dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu
terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Lokasi laring dapat
ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria
dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple
4
atau jakun.
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan
dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan
berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-
otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia,
jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot
4
sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah
atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh
membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan
4
mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.

ANATOMI LARING BAGIAN DALAM


4
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Supraglotis (vestibulum superior),
yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring
2. Glotis (pars media),
yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk
rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior),
yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.

Beberapa bagian penting dari dalam laring :


Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika
4
ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.
Rima Vestibuli.
2
Merupakan celah antara pita suara palsu.
Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis
4
kartilago aritenoidea.
Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika
4
glossoepiglotika medial dan lateral.
Plika Ariepiglotika
Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke
4
kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

Sinus Pyriformis (Hipofaring)


4
Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.
Incisura Interaritenoidea
4
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.
Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan
4
atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.
Plika Ventrikularis (pita suara palsu)
Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk
menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan
4
jaringan ikat tipis di tengahnya.
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)
Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel
terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan permukaan
dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan beberapa kelenjar
seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau
4
sakulus ventrikel laring.

Plika Vokalis (pita suara sejati)


Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum vokalis
dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima belakang dibentuk oleh
4
prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous portion.

Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus
6
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.
4
1. Nn. Laringeus Superior.
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke depan dan
medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu :

Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus pyriformis dan
mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.

Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m. Konstriktor inferior.

6
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di belakang
artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat
dengan Aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke
atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan :

Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea

Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea


Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus
4
Superior dan Inferior.
Arteri Laringeus Superior
Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Superior menembus membrana tirohioid menuju
4
ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
Arteri Laringeus Inferior
Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faringeus Inferior, di dalam
laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan memperdarahi otot-otot dan mukosa
2
laring. Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan Inferior ke V. Tiroidea
2
Superior dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis Interna.

2.2 Definisi
Refluks laringofaring/Laryngopharyngeal reflux (LPR) didefinisikan sebagai gejalaa
kronik atau kerusakan mukosa akibat adanya aliran balik abnormal dari isi lambung ke dalam
saluran perapaan atas. Refluks laringofaring perlu dibedakan dengan Gastroesophageal reflux
disease (GERD), yaitu gejala kronis atau kerusakan mukosa akibat adanya aliran
balikmabnormal dari isi lambung ke dalam esophagus. Meskipun refluks laringofaring dan
GERD diakibatkan karena adanya aliran balik abnormal dari isi lambung, akan tetapi keduanya
memiliki mekanisme patofisiologi yang berbeda.7

2.3 Epidemiologi
Diperkirakan lebih dari 50% pasien dengan gangguan suara yang datang berobat ke
dokter THT diakibatkan oleh refluks laringofaring.4 Data menunjukkan bahwa hampir 15% dari
pasien yang mengunjungi dokter spesialis THT karena manifestasi dari refluks laringofaring.
Dari penelitian Belafsky et al. (2001) didapatkan rata-rata umur dari pasien dengan refluks
laringofaring 50 tahun, dimana 73% adalah wanita, Carrau et al. (2004) mendapatkan rata rata
umur pasien dengan refluks laringofaring 48 tahun dimana 66,7% adalah wanita, sedangkan
Belafsky et al. (2002) mendapatkan rata-rata umur penderita refluks laringofaring 57 tahun,
dimana 56% adalah pria.5 Diduga refluks laringofaring berperan pada patogenesis sejumlah
kelainan pada laring, termasuk stenosis subglotik, karsinoma laring, laryngeal contact ulcers,
laringospasme, dan vokal nodul pada pita suara. Pada anak-anak RLF dihubungkan dengan
asma, sinusitis dan otitis media.6

Anda mungkin juga menyukai

  • Selulitis Orbitalis
    Selulitis Orbitalis
    Dokumen23 halaman
    Selulitis Orbitalis
    Agnes Pretty
    Belum ada peringkat
  • Urolithiasis
    Urolithiasis
    Dokumen43 halaman
    Urolithiasis
    shanaokun
    Belum ada peringkat
  • Struktur Dan Fungsi Sel
    Struktur Dan Fungsi Sel
    Dokumen62 halaman
    Struktur Dan Fungsi Sel
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Surat Ali Imran
    Surat Ali Imran
    Dokumen17 halaman
    Surat Ali Imran
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Surat Al Alaq
    Surat Al Alaq
    Dokumen14 halaman
    Surat Al Alaq
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Terrarium
    Terrarium
    Dokumen16 halaman
    Terrarium
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Mitokondria
    Mitokondria
    Dokumen6 halaman
    Mitokondria
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara Mini Workshop
    Susunan Acara Mini Workshop
    Dokumen1 halaman
    Susunan Acara Mini Workshop
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat
  • Komposisi Bahasa
    Komposisi Bahasa
    Dokumen11 halaman
    Komposisi Bahasa
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Belum ada peringkat