Anda di halaman 1dari 5

Tugas yogik

1. Patogenesis Aging

Stressor fisik (Sinar rontgen, sunar UV) , kadar oksigen nonfisiologik, obat, senyawa kimia

meningkatkan produksi
Antioksidan tambahan Mitokondria Antioksidan enzymatic (dalam tubuh)
(Vit.E, Vit C, Flavonoid) (catalase, hidroperoksida, superoksida dismutase)
(luar tubuh) Sirtuin 1-7
pembersihan (deacetilasi)

Reactive Oxygen spesies

ROS > Antioksidan ROS = antioksidan

Stress Oksidatif , apoptosis, nekrosis, aging Pertumbuhan, signaling, survival


(sumber : Robert.2017. Mitochondrial Sirtuins and Molecular Mechanisms of Aging.Cellpress,Pp 1-5)
A. Proses umum
Aging merupakan suatu proses degenerasi organ multiple yang dapat berakhir pada kematian.
Proses aging diawali dengan adanya berbgai macam stressor seperti agen fisik (radisi sinar
rontgen dan ultraviolet) dan non fisik (hipoksia, obat-obatan, merokok, dll akan merangsang
produksi radikal bebas. Selain itu stressor juga memicu pembentukan antioksidan enzimatik
dalam tubuh (Catalase (CAT), hydroperoxide (HPx), superokside dismutase (SOD). Dalam
keadaan normal, kelebihan ROS akan diseimbangkan (dinetralkan) oleh antioksidan
enzymatic dalam tubuh, sehingga kadarnya normal dalam tubuh. Namun apabila kadar ROS
melebihi dari kadar antioksidan maka akan menimbulkan stress oksidatif(kerusakan sel),
apoptosis, nekrosis, gangguan hemostasis, dan aging. Sedangkan jika kadar ROS seimbang
dengan antioksidan maka akan menimbulkan pertumbuhan, signaling, dan survival.
Mitokondria memiliki peran sentral dalam biogenetic, metabolisme anbolik dan katabolic,
mengahasilkan ROS, apoptosis, dan tranduksi sinyal. Apabila terjadi disfungsi pada
mitookondria maka akan terjadi aging. Dalam mitondria juga akan menghasilkan sirtuin (1-7)
dalam struktur n terminal dan c teerminalnya. Dimana sirtuin ini nanti akan memproteksi
tubuh dari penyakit penuaan dengan menginduksi pembersihan ROS yang berlebihan melalui
deacetilisasi dan meningkatkan produksi antioksidant alami dalam tubuh yaitu superoksida
dismute (SOD).Efek yg ditimbulkan dari kehilangan sirtuin :

(sumber : Robert.2017. Mitochondrial Sirtuins and Molecular Mechanisms of Aging.Cellpress,Pp


1-5)

B. ROS sebagai penyebab kerusakan sel


ROS adalah molekul yang tidak berpasangan maka dari itu ROS bersifat tidak stabil dan
sangat reaktif. ROS hanya dapat bertahan dalam hitungan millisecond sebelum bereaksi
dengan molekul lain untuk menstabilkan dirinya. Diketahui ada berbagai macam ROS namun
yang paling berbahaya dan merusak adalah superoksida, hydroxyl (OH), dan perhydroxyl
(O2H). Kerusakan jaringan akibat serangan ROS disebut dengan stress oxidative, sedangkan
faktor yang melindungi jaringan terhadap ROS disebut antioksidan. Adapun berbagai jaringan
yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan akibat ROS adalah DNA, lipid, dan protein.
- Interaksi antara ROS dengan basa DNA, akan merubah struktur kimia DNA,
apabila tidak mengalami reparasi maka akan menimbulkan mutasi genetic/kelainan
genetik yang dapat diturunkan ke generasi selanjutnya (terutama apabila terjadi pada
DNA sel germinal baik di ovarium maupun testis. Sedangkan kerusakan DNA pada
sel somatik dapat mengarah pada proses keganasan (kanker).
- Reaksi antara ROS dengan lipid tak jenuh membrane sel dan plasma
lipoperotein, menyebabkan terbentuknya lipid peroksida (malonyaldehide) yang akan
memodifikasi protein dan basa dari asam nukleat.
- ROS secara kimiawi dapat memodifikasi langsung asam amino dalam protein.
Sehingga protein dalam tubuh tidak lagi dapat dikenali sebagai milik sendiri tetapi
sebagai non-self oleh sistem imun sehingga antibody yang dihasilkan bereaksi
silang dengan protein dari jaringan normal, sebaggai awal munculnya penyakit
autoimun.
- Modifikasi protein dan lemak dalam lipoprotein LDL, menyebabkan LDL tidak
lagi dapat dikenali oleh reseptor LDL yang ada di liver, akibatnya LDL tidak dapat
dibersihkan di liver dan akan diambil oleh makrofag yang pada akhirnya akan
menimbulkan plak aterosklerosis.
- ROS juga akan merusak tyrosin residu dalam protein, yang menyebabkan
pembentukan dihidroxyphenilanin yang selanjutnya bereaksi secara nonenzimatik
untuk membentuk ROS (radikal bebas) baru. yang terdiri dari quercetin,
epicatecin, dll.

C. Antioksidan sebagai penetral ROS

Di dalam sistim biokimia terdapat keseimbangan antara prooksidan dan antiok


sida sehingga jaringan tubuh terhindar dari kerusakan akibat ROS.
Ketika terjadi peningkatan kadar ROS, tubuh akan merespon dengan memproduksi en
zim CAT, HPx, dan SOD untuk menetralkan ROS. Namun demikian tetap ada seba
gian ROS yang masih tersisa, terutama bila produksi ROS berlebihan. Untuk meredam
ROS yang masih tersisa perlu disediakan anti oksidan tambahan seperti vitamin C,
vitamin E, asam urat, polyfenol (flavonoid) yang terdiri dari quercetin, epicatecin,
dll untuk meminimalisir efek ROS tersebut.

Superoxida (O2.), radikal bebas yang dapat diproduksi secara accidental atau oleh r
eaksi yang dikatalisis oleh berbagai enzim akan dinetralkan atau dikonversi menjadi H
2O2 oleh enzim SOD. H2O2 akan diubah menjadi H2O dan O2 oleh CAT. Oleh kar
ena itu sebagian besar enzim yang memproduksi dan membutuhkan superoxide berad
a dalam peroxisome bersama dengan enzim SOD, CAT, dan HPx. Peroksida yang dibe
ntuk oleh reaksi radikal OH dengan asam lemak tak jenuh pada membrane dan fosfol
ipid plasma akan direduksi menjadi asam lemak oleh glutation peroksidase yang te
rgantung selenium (Se) sebagai cofactor. Oleh katena itu pemberian Se secara adeq
uate akan mengoptimalkan aktivitas antioksidan. Glutation yang teroksidasi akan direduk
si oleh glutation reductase yang tergantung NADPH (Robert, 2017)

2. Zat-zat yang terkandung dalam apel yang berpotensi sebagai anti aging dan cara kerjanya

Zat yang terkandung dalama apel yaitu flavonoid, quercetin dan hiperetin, epicatechin, namun
yang paling banyak adalah kandungan quertechin. Adapun cara kerja dan efek dari zat tersebut
adalah menekan pembentukan spesies oksigen relative (ROS) dengan cara baik dengan
menghambat enzim maupun dengan mengikat logam kelumit dalam pembentukan radikal bebas
(Palermo et al. 2012. Research Article AppleCanActasAnti-AgingonYeastCells. Hindawi
Publishing Corporation. Volume 2012,Pp 1-8), selain itu juga beberapa jenis apel (ex.apel Africa)
memiliki kemampuan meningkatkan produksi superoxide dismutase (SOD). Dimana Superoxida
Dismutase dan katalase (CAT) merupakan enzim utama yang dihasilkan oleh peroxixom sel
aerob tubuh yang berperan sebagai antioksidan alami dalam tubuh yang merupakan “first defense
system of neutralization of reactive oxygen species and protecting cells from oxidative injurie”

(sumber : Palermo et al. 2012. Research Article AppleCanActasAnti-AgingonYeastCells.


Hindawi Publishing Corporation. Volume 2012,Pp 1-8)
3. Perbandingan jumlah zat anti aging antara apel dan buah lainnya

Sumber : Liu and Boyer. 2004. Apple phytochemicals and their health benefits. Biomed Central.
Vol.3 Pp 1-15

Anda mungkin juga menyukai