TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1.1. Definisi
yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer &
a. Stroke Hemoragik
bagian tertentu pada otak. Biasanya stroke ini terjadi saat melakukan
2.2.1.3. Etiologi
a. Trombosis Serebral
b. Embolisme Serebral
c. Iskemia Serebral
d. Hemoragi Serebral
dan arteroklerosis-serebral.
a. Hipertensi
b. Infark Miokard
c. Fibrilasi Atrial
penderita yang mengalami fibrilasi atrial memiliki risiko 3-5 kali lipat
d. Diabetes Melitus
menimbulkan stroke.
e. Hiperlipidemia
g. Merokok
j. Life Style
2.2.1.5. Patofisiologi
yang di suplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
ateroklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
jaringan otak yang di suplai oleh pembuu darah yang bersangkutan dan
karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif
(Corwin,2009)
edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
serebro vaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
Menurut (Brunner & Suddart, 2013) gejala klinis pada stroke non
hemoragik yaitu :
(paralisis pada salah satu sisi), hemiparesis (kelemahan salah satu sisi
tubuh)
a. Hipoksia serebral
c. Embolisme serebral
d. Pneumonia aspirasi
f. Kontraktur
g. Tromboplebitis
h. Abrasi kornea
i. Dekubitus
j. Encephalitis
k. CHF
2.2.1.8.Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi Serebral
c. CT Scan
d. MRI
e. Sinar X tengkorak
f. USG Doppler
sistem karotis)
g. EEG
h. Pemeriksaan Laboratorium
hari pertama.
itu sendiri.
2.2.1.9. Penatalaksanaan
1) Rehabilitasi
2) Mobilisasi
3) ROM
b. Penatalaksanaa medis
1) Terapi antikoagulasi
meningkatt)
terjadi.
c. Penatalaksanaan komplikasi
sesuai kebutuhan.
2.2.2.1.Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
f. Pengkajian Psikososiospiritual
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola
laku yang tidak stabil dan kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
a. B2 (Blood)
b. B3 (Brain)
perubahan.
jangka panjang.
c) Kemampuan bahasa : tergantung daerah lesi yang
kiri.
mengunyah.
yang sehat.
f) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan
tuli persepsi.
0.
5) Pengkajian Refleks
c. B4 (Bladder)
d. B5 (Bowel)
makan menurun, mual muntah pada fase akut ini. Pola defekasi
e. B6 (Bone)
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
2.2.2.3.Rencana Keperawatan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
ekstermitas.
3) Bantu klien mengembangkan keseimbangan saat duduk.
Tujuan :
Kriteria hasil :
kemampuan sendiri.
Intervensi :
okupasi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
luka
keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. (Tarwoto &
Wartonah, 2011)
2.2.2.5. Evaluasi
keperawatan. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
2011)
2.2.3.1 Mobilisasi
1. Gaya hidup
2. Ketidakmampuan
3. Tingkat energi
4. Usia
5. Sistem neuromuscular
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu sagital,
Rentang erak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot otot
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serata sendi
2.2.4.1 Definisi
salah satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.
Tujuan ROM,yaitu:
kekuatan otot
melakukan pergerakan
pada klien
2.2.4.4 Klasifikasi Range Of Motion (ROM)
ROM pasif adalah gerakan otot klien yang dilakukan oleh orang